- 
Arabic
 - 
ar
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id
Custom Search Widget

Indeks

Judul Kitab

Capita Selecta

Capita Selecta 1 & 2. Download versi PDF, copy-paste link berikut di browser Anda: https://drive.google.com/uc?export=download&id=15Nk2YivJpCHfKS0IERQGaeb2AXkRTVZE

Penulis Kitab

Sayyidi Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi (qs.)

Durasi Baca

136 Minutes

Bagikan

Facebook
WhatsApp

Indeks

Capita Selecta

Prof. Dr. H. Kadirun Yahya
Capita Selecta
Agama – Metafisika – Ilmu Eksakta

Kata Pengantar Editor

بسم الله الرحمن الرحيم

Buku Capita Selecta ini adalah buku gabungan dari buku “Capita Selecta Jilid I dan II” ditambah dengan buku “Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW Ditinjau dari Sudut Ilmu Fisika Eksakta” karya dari Allahyarham Sayyidi Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, seorang Ulama Sufi yang teknokrat, yang menjelaskan secara gamblang tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tasauf Amali (Tarekat) yang sebelumnya sangat sulit untuk dapat dimengerti oleh para intelektual khususnya.

Editor tidak merubah secara substansi isi tulisan dari Buku “Capita Selecta I dan II” serta buku “Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW Ditinjau dari Sudut Ilmu Fisika Eksakta”, editor hanya menulis ulang kembali termasuk menulis ayat Al-Qur’an maupun hadis dan memberikan catatan kaki agar kita dapat lebih mudah memahaminya.

Saran dan kritikan dari pembaca sangatlah diharapkan untuk lebih mencapai sasaran yang diinginkan.

الهي انت مقصودي ورضاك مطلوبي

Medan, 20 Mei 2021

Wassalam,

Tim Dosen Metafisika UNPAB

Riwayat Singkat Prof. Dr. Kadirun Yahya

(Penasehat Ahli Menteri Negara KESRA RI, 31 tahun dinas)

1. Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.

2. Guru Besar dalam Ilmu Fisafat Kerohanian dan Metafisika pada beberapa Universitas Negeri dan Swasta di tanah air dan luar negeri.

3. Sarjana Fisika-Kimia (mengajar Fisika-Kimia ± 30 tahun.

4. Anggota Team Konsultasi Agama-Agama Seluruh Indonesia seksi: Ilmiah/Ketua Cabang Sumatera (sejak tahun 1962).

5. Anggota Dewan Kurator Universitas Sumatera Utara (1965-1970)

6. Anggota International League Religion & Science Florence, Italy-New Delhi, India (1960-1981)

7. Ahli sufi/tasauf sejak tahun 1950.

8. Penasehat pada beberapa Lembaga, Yayasan dalam dan luar negeri.

9. Angkatan 1945.

10. Anggota Majelis Penasehat Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Ketua Majelis Penasehat Daerah Sumatera Utara Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Keluarga Besar Golongan Karya).

11. Chairman dari Lembaga Ilmiah Metafisika Tasauf Islam (LIMTI).

12. Ketua Penanggulangan Bahaya Narkotika di seluruh Indonesia (vide SK U.P.D.M No. 78/K/Ys.U.P.D.M/V/74, bekerjasama dengan Pihak Kepolisian RI dan Kejaksaan Agung).

Pedoman Translitrasi Arab – Latin

Huruf ArabNama HurufHuruf Latin
اAlifa
بBab
تTat
ثTsats
جJimj
حHah
خKhakh
دDald
ذDzaldz
رRar
زZaiz
سSins
شSyinsy
صShadsh
ضDhaddh
طThath
ظZhazh
ع‘Ain‘ (apostrof)
غGhaingh
فFaf
قQafq
كKafk
لLaml
مMimm
نNunn
وWaww
هHa’h
ءHamzah‘ (apostrof)
يYa’y

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan hurufNamaHuruf dan tandaNama
اfathah dan alifāa dan garis di atas
يKasrah dan yaīi dan garis di atas
وDhammah dan wawūu dan garis di atas

Contoh:
قَالَ : qala
قِيْلَ : qīla
يَقُولُ : yaqūlu

Daftar Isi

Hal. ii : Kata Pengantar Editor
Hal. iii : Riwayat Singkat Prof. Dr. H. Kadirun Yahya
Hal. iv : Pedoman Transliterasi
Hal. vi : Daftar Isi

Hal. 1 : Kata Sambutan Rektor UNPAB Pada Peresmian Gedung Sumbangan Kopertis Pusat Tanggal 13 Maret 1981

Hal. 16 : Komentar I
Hal. 18 : Komentar II
Hal. 46 : Komentar III

Hal. 51 : Kata Sambutan Rektor UNPAB Atas Buku yang Berjudul Tanggapan Mengenai Piramida, UFO (Unidentified Flying Object) & ETI (Extra Terrestrial Intelligence Being), Ditinjau dari Sudut Ilmu Metafisika

Komentar:
Hal. 65 : I. Tasauf Islam dan Ilmu Metafisika Eksakta
Hal. 114 : II. Uraian Ringkas Mengenai Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW Ditinjau dari Sudut Ilmu Metafisika Eksakta
Hal. 121 : Persiapan Untuk Menegakkan Shalat yang Khusyu’
Hal. 129 : III. Sumber Kelemahan dan Keunggulan Umat Beragama

Hal. 226 : Pidato Prof. Dr. H. S. Syekh Kadirun Yahya pada upacara HUT Tarbiyah ke-57 DPD Tk. I Sumatera Utara, Perayaan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw tahun 1405 H

Hal. 295 : Daftar Pustaka

Lampiran:
Kesimpulan-Kesimpulan Symposium “Mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa”

Kata Sambutan Rektor UNPAB pada Peresmian Gedung Sumbangan Kopertis Pusat Tanggal 13 Maret 1981

Yang kami hormati:

Bapak Direktur Direktorat Perguruan Tinggi Swasta Dep. P dan K Bapak Prof.Ir. Soekisno Hadikoemoro dan Staf.

Bapak Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I, Bapak Dr. A. P.Parlindungan SH.

Bapak Sekretaris Kopertis Wilayah I, Bapak Chainurrasyid SH.

Bapak-bapak pejabat instansi Pemerintah dan Perguruan Tinggi Swasta lainnya.

Para Guru Besar, para Dosen, para Mahasisiwa, para Staf UNPAB dan hadirin sekalian.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kiranya selayaknyalah bila pada saat yang berbahagia hari ini, kami terlebih dahulu memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT. atas kurnia-rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita sekalian.

Selanjutnya kami mengambil waktu sejenak kesempatan dengan sesederhana mungkin untuk menjelaskan secara garis besar, sesingkat-singkatnya tentang Fakultas Kerohanian dan Metafisika, karena dari semula selalu mengundang berbagai pertanyaan dan tanggapan.

Hanya karena sifatnya secara to the point sesuai dengan waktu singkat yang tersedia, rasanya belumlah memadai maka kami senantiasa melapangkan waktu bagi mereka yang membutuhkan penjelasan lebih mendetail lagi.

Hadirin sekalian,

Fakultas Metafisika UNPAB, yang kini membawahi 3 jurusan yaitu jurusan pedagogik, jurusan kesehatan dan jurusan tasauf atau sufi, adalah merupakan satu kesatuan yang berupa Fakultas.

Berbeda seperti di Amsterdam, Washington atau Los Angeles, di mana metafisika tidak berbentuk fakultas akan tetapi merupakan satu mata kuliah atau maksimal satu jurusan di bawah naungan Fakultas Philosophy.

Fakultas Metafisika Universitas Pembangunan Panca Budi membahas dan mempermasalahkan metafisika dengan menggunakan bahasa penyajian ilmu eksakta, umpamanya matematika, kimia, fisika dan sebagainya, dengan dasar/titik tolak agama Islam mulia raya. Sehingga agama tidak lagi merupakan yang mengkhayal atau menakut-nakuti atau meninabobokan atau membohong-bohongi seperti anggapan sebagian umat manusia yang sinis.

Akan tetapi, agama khususnya agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an, Hadis dan akal itu, ternyata merupakan satu agama yang riil, seriil-riilnya, yang konkrit dan nyata penyelamat di dunia sampai akhirat serta sekaligus penempa terciptanya insan-insan kamil.

Jika sekiranya ilmu eksakta umpamanya ilmu fisika kita lanjutkan, kita tingkatkan sehingga masuk ke dalam ilmu bilghaibi, ke dalam ilmu Kerohanian maka akan terungkaplah, akan di discover¹ apa itu agama, akan jelaslah segala rahasia-rahasia yang selama ini dianggap sebagai kegaiban yang misterius, kini dapat dimengerti dangan nyata dan riil. Sehingga keimanan menjadi kokoh. Kokoh terhadap serangan-serangan atheisme dan manusia- manusia yang tidak percaya. Bahkan akan jelas kelihatan bahwa agama itu adalah hukum-hukum riil seperti hukum fisika, kimia dan sebagainya, hanya martabat dan dimensinya jauh lebih tinggi serta absolut dan sempurna.

¹ ditemukan

Tetapi analoginya secara syar’i sama saja. Bila kita patuhi, kita ikuti hukum-hukum itu dengan seksama maka tersedia bagi kita kurnia yang sebesar-besarnya yang disebut pahala. Coba kita lihat: berabad-abad lamanya para sarjana mengadakan riset dan percobaan-percobaan, eksperimen-eksperimen terhadap alam semesta sehingga menguasai rahasia- rahasia hukum-hukum alam jagad raya, umpamanya dalam bidang elektronika. Hasilnya sebagai pahalanya rahmat elektronika tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan modern dewasa ini.

Bila pula riset dan percobaan-percobaan kita lanjutkan, kita tingkatkan ke dalam alam metafisika maka mau tidak mau, bila kita penuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya dengan metodenya yang tepat. Kita pun akan memperoleh energi alam metafisika yang jauh lebih dahsyat sebagai pahala/kurnia, energi yang dapat menghancurleburkan semua tenaga alam metafisika yang batil dan alam fisika yang batil, karena alam metafisika absolut adalah lebih halus dan lebih tinggi dimensinya dan energinya (ingat saja rumus teori relativitas dari Einstein).

Contoh-contoh energi metafisika antara lain lihat saja kehebatan Nabi Allah Ibrahim menghancurkan Namrud, Nabi Musa menghancurkan Firaun dan Nabi besar Muhammad Saw. yang telah merobah gelap gulita zaman jahiliyah, hanya dalam masa tidak sampai 23 tahun, menjadi alam adabiyah yang cemerlang di mana terdapat “baldatun thaiyibatun warrabbun ghafuur“.² Muhammad telah mengubah manusia dan kemanusiaan yang negatif hidup dalam alam gelap gulita menjadi manusia-manusia positif yang beradab yang hidup dalam alam cemerlang.

² negeri yang sejahtera yang penuh dengan ampunan Tuhan

Demikianlah antara lain kedahsyatan energi metafisika yang di samping hal-hal tersebut di atas, juga membukakan tabir apa sebab segala amalan-amalan misterius dapat membuahkan pahala yang hebat-hebat dan lain-lain dan sebagainya.

Para hadirin sekalian,

Dengan demikian, seperti apa yang kami sitir “Believe in God is no longer mere a believe but it has become to be a science, religion is science of the highest dimension“.³

³ percaya pada Tuhan tidak lagi hanya sekedar percaya, tetapi telah menjadi sains, agama adalah sains dengan dimensi tertinggi.

Seperti halnya ilmu kimia yang dulunya juga dianggap misterius, tetapi menjadi ilmu yang nyata dan riil, setelah diletakkan dasar-dasar ilmiahnya oleh sarjana-sarjana besar umpamanya Lavoisier, Berzelius, Gay Lussac, Avogadro, Proust, John Dalton, Rutherford, Niels Bohr, Arrhenius. Mendelejeff, Einstein dan lain-lain sehingga sekarang telah dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh umat manusia modern dewasa ini, sehingga John Dalton berkata: “Chemistry has proved to be a great blessing for mankind and humanity“, kami tambahkan “in this physical life“.⁴

⁴ Kimia telah terbukti menjadi berkah besar bagi umat manusia dan kemanusiaan dalam kehidupan fisika.

Kemudian kami ucapkan; “Religion, believe in God has proved to be greatest blessing ever existed for mankind and humanity in this life and in the hereafter“⁵.

⁵ Agama, percaya pada Tuhan telah terbukti menjadi berkah terbesar yang pernah ada bagi umat manusia dan kemanusiaan dalam kehidupan ini dan di akhirat

Satu contoh lagi, betapa hebat energi metafisika Al-Qur’an antara lain kelihatan dalam satu ayat berikut ini:

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Lau anzalnā hadzal qurāna ‘alā jabalin laraaitahu khāsyi’an mutashaddi’an min khasyyatillāhi. Wa tilkal amtsalu nadhribuhā lin nāsi la’allahum yatafakkarūn”

Artinya:

“Andaikata Al-Qur’an ini kami turunkan di atas sebuah gunung, akan kamu lihat gunung itu tunduk dan pecah berantakan demi takutnya kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu kami adakan untuk manusia agar mereka berpikir”. (QS. al-Hasyr : 21).

Betapa dahsyat kekuatan energi yang tersimpan dalam Al-Qur’an. Tetapi jika kita salah mengartikannya, dengan meletakkan satu buah kitab Al-Qur’an yang dibaca sehari-hari itu, maka jangankan satu buah, segudangpun kita letakkan di atas bukit, bukan bukit yang akan hancur akan tetapi pasti kitab Al-Qur’an itu yang akan pecah berantakan. Jadi bagaimana ini?

Al-Qur’an mana yang dimaksud?

Metafisika dapat memberi jawaban dengan tegas dan eksak. Coba kita ambil perbandingan dengan ilmu electricity umpamanya, di mana Edison pernah berkata kitabku ini membuat gelap gulita menjadi terang benderang. Tentu di sini bukan benda “buku” karangan Edison itu dimaksud, karena jika bukunya itu diletakkan dalam gelap malahan ia yang akan hilang atau digelapkan orang. Tetapi bila metode yang diterapkan Edison dalam bukunya untuk membangkitkan energi electronika dan kemudian disalurkan dengan bola-bola pijar lampu maka akan terpijarlah cahaya yang cemerlang penghalau kegelapan.

Demikian pulalah tenaga-tenaga energi metafisika yang tersimpan dalam Al-Qur’an, jangankan bukit yang sebuah benda mati akan hancur, bahkan dosa pun akan hancur, setan pun akan hancur, pendeknya apa sajapun akan hancur dihantam oleh energi yang terbit dari Al-Qur’anul Karim jika disalurkan melalui ayat-ayat dahsyat yang tepat. Sehingga seorang sarjana fisika Barat, Steven Hawking, seorang fisikawan yang brilliant dewasa ini mengumpulkan data-data tentang energi Al-Qur’an dalam bukunya, yang berjudul: The subatomic world in the Qur’an.

Energi tersebut di atas tidak hanya dapat menghancurkan tetapi sekaligus/pada saat itu “menerbitkan/menggantiinya” dengan sesuatu yang hebat dan positif.

Lihatlah apa yang telah dipraktekkan Nabi Muhammad Saw. dari menghancurkan jahiliyah, negatif hitam pekat, menjelma dunia adabiyah, yang positif bersih putih sebagai cangkokan dari surga di dunia. Kini timbul pertanyaan apakah energi-energi tersebut di atas sudah dapat dilaksanakan kaum Muslimin?

Apakah ini sudah dikuasai dan diperoleh umat Islam, yang dimasyhurkan dengan nama khalifah Allah di atas bumi, terutama di zaman memuncaknya teknologi modern dewasa ini?

Di manakah letaknya tenaga rahasianya sehingga Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Muhammad dan lain-lainnya yang juga anak manusia seperti kita juga, memperoleh karunia dahsyat metafisika demikian? Sehingga dapat menghancurkan musuh agama yang sedemikian tangguhnya atau memang itu semua hanya untuk beliau-beliau saja, sehingga bagi kita hanya cerita menjelang tidur atau di waktu istirahat, atau apakah Tuhan itu diskriminasi?

Berbagai permasalahan timbul yang harus dipecahkan, apa lagi dalam zaman hyper modern dewasa ini yang teknologi sudah mencapai tingkat mutakhir sehingga alam pikiran manusia sedemikian kritis dan tidak mau menerima semua itu begitu saja.

Segala-galanya itu akan tetap tersuruk, tersirat, terahasia misterius, tersimpan dalam Alqurănul Karǐm dan lenyap kembali tanpa dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin, selama tidak dilakukan riset dan percobaan-percobaan dengan menggunakan “Kunci” utamanya ilmu metafisika yang halus dan tinggi, berasal dan berdasarkan serta bersumber pada Alqurănul Karǐm dan Hadis dan ilmu pengetahuan eksakta, yang khusus hanya ada di Fakultas Metafisika UNPAB, Fakultas satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia, di mana disajikan, dikupas, diolah, dicernakan, diriset Agama/Ilmu Kerohanian dengan menggunakan bahasa alat ilmu Eksakta. The creative of the universe is a big exact event (penciptaan jagad raya adalah pekerjaan maha besar yang eksak).

Membuat rumah, jembatan saja sudah pekerjaan eksak. Betapa lagi penciptaan jagad raya, di mana semua bulan, bintang, matahari, bumi, planet planet semuanya berputar pada as-nya dengan rapi dan teratur, dengan keseimbangan yang mengagumkan keseimbangan antara tenaga – tenaga centrifugal dan centripetal yang maha raksasa, sudah jelas ilmu fisika berhak mengambil bagian dalam menerangkan kebesaran Kalimatullāhil hiyal ‘Ulya.6

⁶ kalimat Allah yang paling tinggi

Dalam hal ini kita jangan salah paham, kami tekankan di sini bahwa metafisika sekali-kali tidak mencampuri soal dan cara ibadah. Sekali-kali tidak. Ibadah satu zarahpun tidak boleh diganggu gugat dan terganggu. Ibadah adalah murni, sebagaimana yang telah disampaikan Allah SWT melalui RasulNya serta telah tertuang nyata dalam Al-Qur’an dan Hadis, Jadi tegasnya metafisika hanya merupakan scientifical explanation⁷ dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis, yang antara lain meriset sehalus-halusnya dengan eksak, satu hal yang maha bernilai yaitu metode untuk mendirikan shalātul khāsyi’īn dan bagaimana pula cara terhayatinya, tidak lalai berkekalan mengingat Allah di mana dan bilamanapun, dan lain-lain ayat yang hebat-hebat.

⁷ penjelasan ilmiah

Semua ini adalah kunci-kunci dari ibadah dalam meraih energi metafisika daripada Allah SWT. yang tersimpan dalam Al-Qur’anul Karīm, dan sesuai dengan ilmu eksakta semua ini membutuhkan riset yang bertahun-tahun serta percobaan-percobaan yang tekun, teliti, dan terus menerus yang dihimpun dalam satu kata istiqamah istilah dalam Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena masalah shalātul khāsyi’īn adalah masalah to be or not to be sebab Allah SWT. satu noktah pun tidak mau mundur dari takaran bahwa shalat yang diterima adalah shalātul khāsyi’īn, sedangkan hingga sekarang ini, dewasa ini tidak kita temukan seorang ustad pun atau Mufti Besar sekalipun yang dapat menerangkan metode atau cara pelaksanaan teknis bagaimana menegakkan shalātul khāsyi’īn, seolah-olah metode ini tidak ada terdapat dalam Al-Qur’an.⁸ Sudah barang tentu hal yang begini maha penting, maha pokok sebagai tiang agama Islam, sudah barang tentu mesti ada dalam Al-Qur’an, hanya saja tempatnya terletak tersembunyi, tersuruk, ter-rahasia dalam ayat-ayat agung, justru karena nilainya yang sangat tinggi, yang hanya dapat diungkapkan dengan alat ilmu tasauf yang dalam pula, bersama-sama ilmu metafisika eksakta yang tinggi.

⁸ menerangkannya dengan ilmu eksakta

Problem-problem sekitar tenaga energi metafisika seperti tersebut di atas yang tersimpan dalam Al-Qur’anul Karim Islam mulia raya inilah dengan alat-alat ilmu eksakta menjadi tugas utama dan lapangan Fakultas Metafisika Universitas Pembangunan Panca Budi.

Para hadirin yang kami muliakan,

Kita melihat di sini bahwa Fakultas Metafisika UNPAB memang benar-benar mengawinkan agama dengan ilmiah eksakta, sesuai dengan apa yang telah didesak, dianjurkan, dan ditonjolkan urgensinya berkali-kali oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama Bung Karno, dan sampai saat sekarang ini anjuran itu masih diteruskan permintaannya sebagai rising demands⁹ yang disampaikan oleh yang mulia menteri Agama kita yang sekarang, yaitu bapak Alamsyah R. Prawiranegara, agar supaya agama Islam didakwahkan secara ilmiah.

⁹ meningkatnya tuntutan

Kalau kita bicara tentang ilmiah, ilmiah ini sangat luas dan banyak mengundang berbagai tanggapan kalau ilmiah itu di bidang sosial, tetapi kalau ilmiah itu di bidang eksakta di mana segala sesuatu tak dapat ditawar-tawar, karena ilmu eksakta mempunyai mata sorot yang tajam yang riil sehingga segala macam khilafiah, segala macam yang tersembunyi dapat dikupas secara nyata, dan pada ilmu bidang eksakta segala sesuatu dapat diambil percobaan-percobaan, dan dapat dilihat perkembangannya.

Dalam puluhan tahun belakangan ini tidak putus-putusnya berdatangan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tokoh-tokoh sarjana besar, profesor-profesor, doktor-doktor pria dan wanita dari luar dan dalam negeri mengunjungi Universitas Pembangunan Panca Budi, dan melihat, meriset, mempelajari teori dan prakteknya dalam pelaksanaan dari pada teknik shalatul khasyi’in, dan bukan sedikit pula yang mencucurkan air mata, ketika mereka sampai kepada ilmulyakinainal yakin dan terutama hakkul yakin¹⁰ di mana dirasakan, diresapkan kebesaran Allah SWT. dalam shalātul khāsyi’īn.

¹⁰ Ilmul-yakin (keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran). Ainul-yakin (keyakinan yang didapat dari fakta kenyataan lahir setelah terungkap/terbuka).Haqqul-yakin (keyakinan yang benar-benar langsung dari Allah, dan tidak dapat diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang mutlak.

Kami sendiri sejak zaman Belanda telah mengajarkan ilmu-ilmu eksakta, fisika, kimia, dan lain-lain pada Mulo B, HBS-B, terus sampai pada zaman Jepang, dan sampai zaman Kemerdekaan sekarang ini.¹¹

¹¹ karya ilmiah beliau antara lain: Synopsis about the atom & nuclear problems analysed on physic-chemistry base (Jakarta, 1968) – Masalah Atom dan Nuklir ditinjau dari sudut Fisika, Kimia.

Dan kami berpuluh-puluh tahun pula mempelajari ilmu agama Islam dalam bidang tasauf-nya dan bidang sufi-nya dari tokoh-tokoh besar dunia yang masyhur-masyhur maka inilah yang memberi kami kemampuan untuk mengawinkan ilmu eksakta dengan Agama Islam mulia raya, pada umumnya ilmu keTuhanan dengan ilmu-ilmu eksakta yang dalam.

Kalau Alquraanul Kariim merupakan wadah dari pada Firman – Firman Tuhan yang tertulis, maka ilmu eksakta merupakan sunnatullah yang tak dapat ditawar yang seperti diucapkan oleh Menteri Agama kita yang dahulu Prof. Dr. H. Mukti Ali pada resepsi Wisuda IAIN (Institut Agama Islam Negeri) pada tahuri 1978 di Medan, dengan demikian ilmu-ilmu alam adalah Firman- Firman Tuhan yang tidak tertulis dalam Al-Qur’an.

Kedua ilmu ini pulalah yang dikawinkan pada Fakultas Metafisika antara ilmu Agama Islam yang mendalam mulai dari lapisan atas sampai lapisan bawahnya, mulai dari lapisan ilmu fiqihnya, ilmu tauhidnya, sampai kepada lapisan ilmu tasaufnya, dikawinkan, diparalelkan, digabungkan, digandengkan, dengan ilmu sunnatullah, sehingga terbitlah suatu perpaduan yang sangat kompak dan maha kuat yang semuanya menjunjung tinggi kebesaran Kalimatullahil hiyal ‘ulyā yang secara riil dapat meresap ke dalam sukma dan kalbu kaum mukmin intelektuil yang menjadikan akan dia lambat laun sebagai insan kamil dan sebagai calon khalifah Allah di atas bumi karena mewarisi “pusaka rahasia” daripada Allah dan Rasulullah antara lain shalatul khāsyi’in.

Di mana-mana ilmu metafisika ini dikuliahkan seperti pada Universitas Padjadjaran di tahun 60-an, sewaktu rektornya dijabat oleh Prof.Drg. Suria Soemantri, pada tahun 1964 di mana kami sebagai guest professor, di SESKOAD¹² Bandung sewaktu direkturnya dijabat oleh bapak Mayjend. Soedirman, di mana juga kami sebagai guest professor dan juga selama bertahun-tahun di Universitas Prof. Dr. Moestopo, pada Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Kedokteran Umum di mana kami sebagai guru besar luar biasa selama 5 tahun, juga selama 3 tahun pada Post Graduate Studies¹³ (yang pertama di Indonesia) di Jakarta, di mana kami sendiri sebagai rektornya semasa bapak Prof.Dr.Ir.Toyib Hadiwijaya sebagai Menteri P&K.¹⁴

¹² Sekolah Staf Komando Angkatan Darat
¹³ Sekolah Pasca Sarjana
¹⁴ P&K (Pendidikan dan Kebudayaan)

Ilmu metafisika ini di mana-mana mendapat perhatian yang mendalam dan sangat berkesan pada para hadirin dan mudah- mudahan mereka itu semuanya mendapat tauhid pada Allah yang sekokoh-kokohnya.

Juga dalam tugas keliling kami sebagai Ketua Scientifical Department Pusat dari Team Konsultasi Penganut-penganut Agama Seluruh Indonesia (di mana duduk di dalamnya Presiden R.I. dan hampir seluruh angkatan Menteri Kabinet Dwikora), dan sebagai Staf Penasehat Ahli Menteri Negara RI Bidang Kesra (semasa Bapak DR. Idham Khalid) hingga pensiun di tahun 1972 (33 tahun Dinas pada RI), ternyata ilmu metafisika eksakta mendapat sambutan dalam dan luar negeri (sebagai Anggota “International League Religion & Science“; Florence Italy tahun 1969 dan New Delhi India tahun 1972), yang benar-benar patut disyukuri akan kebesaran Allah SWT.

Demikianlah secara singkat kami telah mencoba menjelaskan apa itu Fakultas Metafisika Universitas Pembangunan Panca Budi.

Selanjutnya para hadirin sekalian yang dihormati, UNPAB didirikan sejak tahun 1961 dan telah mengalami pergulatan dalam berbagai kesulitan. Dan pada suatu saat di masa lalu berada pada keadaan to be or not to be¹⁵ keadaan yang umumnya pernah dilalui Universitas Swasta.

¹⁵ mencemaskan

Dalam keadaan demikian datanglah cemeti rahmat yang kami pandang sebagai bantuan pertolongan, yaitu diberinya kesempatan untuk membenahi diri, berkat kemurahan dan kebijaksanaan secara nyata dari bapak Dr. A. P. Parlindungan, SH selaku KOPERTIS Wilayah I beserta stafnya, sehingga UNPAB seolah-olah diberi tenaga baru dan dapat berbakti dengan wajar kepada nusa bangsa, sesuai dengan Piagam Panca Budi yang berbunyi :

1. devotion or worship to God – pengabdian kepada Allah SWT

2. devotion or worship to the Nation – pengabdian kepada bangsa

3. devotion or worship to the Country – pengabdian kepada negara

4. devotion or worship to the World – pengabdian kepada dunia

5. devotion or worship to Mankind and Humanity – pengabdian kepada manusia dan perikemanusiaan

Dan sekarang Universitas Pembangunan Panca Budi keadaannya seperti tercermin dengan apa yang dapat kita saksikan saat ini, apalagi sesudah mendapat bantuan-bantuan dari Departemen P & K Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, yang di samping gedung/bangunan yang sedang kita resmikan sekarang ini, kami telah menambah pula pembangunan Fakultas Pertamanan dan Fakultas Metafisika (bangunan bertingkat 3 dan kini telah rampung 30%) dan Fakultas Pertanian (sedang berjalan 20%) serta di samping gedung bantuan Kopertis sedang dibangun pula sebuah kantor yang hampir selesai.

Semua ini dapat kami laksanakan dengan sangat murah, karena di kampus kami ini bermukim sekitar 100 orang pemuda dari seluruh pelosok Indonesia dan dari berbagai macam suku serta berasal dan bermacam-macam golongan, ada yang yatim piatu ada yang keluarganya tidak berpunya, ada yang berasal dari drop out sekolah, pecandu narkotika, pemabuk, pengangguran, banditisme, setengah sinting, frustasi dan lain-lain, yang good for the devil¹⁶, yang kemudian setelah diluruskan mentalnya secara teknis metaphysic magnetis (sejajar dengan memagnitkan besi yang molekul-molekulnya duduk centang perenang setelah dimagnitkan menjadi teratur dan berkiblat ke Utara Selatan, kalau manusia berkiblat ke Tuhan), mereka dalam waktu sangat singkat berobah 180 derajat, kemudian mereka dimasukkan ke dalam Vocational job training centre¹⁷ sehingga mereka dapat bekerja dan turut membangun, sesuai dengan bakatnya masing-masing, ada yang jadi tukang batu, tukang kayu, tukang listrik, tukang water leiding, sopir, administrasi serta lain-lainnya; tentu saja dengan dibimbing dan dituntun oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya masing-masing, semuanya secara cuma-cuma dibiayai oleh Yayasan kami.

¹⁶ baik untuk Iblis
¹⁷ training ini dinamakan juga dengan i’tikaf atau suluk

Dengan sistem dan cara inilah kami membangun sehingga berdasarkan perhitungan selama ini kami dapat membangun dengan biaya 4 atau 5 kali lebih hemat. Umpamanya seperti gedung sumbangan KOPERTIS ini berkisar biayanya sekitar Rp. 9 juta, sedangkan gedung yang sedang dibangun di sampingnya yang kami bangun sendiri yang hampir sama besarnya, tetapi biayanya hanya sekitar Rp.2,5 juta saja, dan sampai sekarang baru keluar biaya sekitar tidak sampai Rp.1,5 juta.

Atas dasar itu, jika sekiranya kami diperkenankan mengajukan permohonan berupa usul yaitu jika sekiranya nanti ada sumbangan bangunan untuk Panca Budi maka sebaiknya sumbangan tersebut diberikan saja berupa uang tunai, sehingga kami dapat membangun dengan memakai dana yang sama untuk bangunan yang mungkin 5 kali lebih besar, tentu saja dengan pengawasan dan kerja sama dengan KOPERTIS Wilayah I. Akhirul kalam, kami sebagai insan beragama bukan saja terutama sekali bersyukur sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT, akan tetapi istimewa pula berterima kasih yang sebesar-besarnya baik kepada Bapak Prof.Ir. Soekisno selaku Direktur PTS Pusat dan juga kepada Bapak Dr.A.P.Parlindungan,SH selaku KOPERTIS Wilayah I beserta Staf KOPERTIS Wilayah I diiringi doa harapan semoga Rahmat Allah SWT senantiasa menyertai beliau-beliau itu, Amin.

Sekian dan terima kasih atas segala respons terhadap pidato singkat kami ini.

Medan, 13 Maret 1981.

PROF. DR. HAJI KADIRUN YAHYA

“Dianjurkan agar ditelaah oleh yang benar-benar sarjana atau sederajat (Voor Denkers en Filosofen, Voor Zoekers en Serieuzen)”¹⁸

¹⁸ untuk pemikir, filosof, peneliti dan orang-orang yang berpikir serius.

Komentar I

Metafisika Eksakta

Adalah Ilmu yang;

1. Membuktikan, bahwa agama adalah wet-wet riil/Hukum-hukum yang sempurna, yang nyata menyelamatkan hidup dan kehidupan insan dunia dan akhirat, dan yang mampu membentuk insan-insan kamil.

2. Tidak mengganggu gugat satu zarah pun soal-soal ibadah, bahkan memperkokoh ibadah dan amalan-amalan yang nawafil.

3. Merupakan Scientifical Explanation dari ayat-ayat Suci Al-Qur’an & Alhadis atas dasar ilmu Eksakta.

4. Meng-ungkapkan (me-ontdekken), bahwa: Believe in God is no longer mere a believe but it has become to be a science; religion is science of the highest dimension. Chemistry, which was also considered to be “misterious” before, has proved to be a great blessing for mankind and humanity in this life. Religion, believe in God has proved to be the greatest blessing ever existed for mankind and humanity in this life and in the hereafter.¹⁹

¹⁹ percaya kepada Tuhan tidak lagi sekedar percaya tetapi telah menjadi sains; agama adalah sains dengan dimensi tertinggi. Kimia, yang juga dianggap misteri sebelumnya, telah terbukti menjadi berkah yang besar bagi umat manusia dan kemanusiaan dalam kehidupan ini. Agama, percaya pada

5. Ternyata adalah sebagai/dapat disebut pahlawan agama bhayangkara agama, yang mempertahankan dan mempertebal Iman dan Tauhid kepada Allah SWT, dan berdiri kokoh sebagai batu karang atas dasar eksakta menghadapi lawan (atheisme, kafirisme, syirik-isme dan lain-lain).

6. Menerangkan fenomena-fenomena dalam agama dan mu’jizat para Rasul diterangkan dengan ilmu eksakta yang dalam.

7. Jelas menunjukkan mana yang mu’jizat para Nabi, mana yang berupa keramat para shalihin dan siddiqin dan mana pula yang berupa istidraj dari sihir, jin, setan ala Fir’aun, Bal’an bin Bal’un, Basisa dan lain-lain.

8. Menunjukkan mana yang tasauf Islam sejati, mana pula aliran kepercayaan kebatinan yang bathil, walaupun sama-sama memakai ayat-ayat Al-Qur’an (perbandingan saja mana manusia yang berasal dari nikah, mana pula manusia yang berasal dari zina, sedangkan semua proses physis dan manusia-physisnya pada zahirnya sama saja kelihatannya).

9. Menerangkan masalah yang paling sulit tetapi paling pokok dan paling bernilai, yaitu; bagaimana metode/pelaksanaan teknis/menegakkan shalatul khasyi ‘in, atas dasar Al-Qur’an dan Hadis & ilmu eksakta (jangan lupa ilmu eksakta membuat semua masalah menjadi objektif, tidak subjektif).

10. dan lain-lain dan lain-lain.

Tuhan telah terbukti menjadi berkah terbesar yang pernah ada bagi umat manusia dan kemanusiaan dalam kehidupan ini dan di akhirat kelak.

Komentar II

Metafisika Eksakta

Adalah Ilmu yang:

Mengungkapkan, men-discover²⁰, me-ontdekken²¹, bahwa kalaulah sarjana sarjana Ilmu fisika menemukan tenaga-tenaga dahsyat dari elemen-elemen alam (nature elementer), umpamanya air Danau Toba yang hening bening sunyi senyap yang dipakai sehari-hari oleh orang-orang kampung hanya untuk mandi, mencuci dan lain-lain, dengan metode yaitu dibuat waterfall (air terjun) yang mengeluarkan tenaga raksasa berpuluh-puluh kilowatt atau tekanan-tekanan yang beratus-ratus atmosfir, hanya dengan metode pemampatannya saja yang pada gilirannya dapat pula menerbitkan tenaga tenaga atom, nuclear, hydrogen, sinar laser yang dahsyat-dahsyat dan lain-lain, maka paralel dengan itu, ilmu metafisika eksakta mengungkapkan men-discoverme-ontdekken pula tenaga-tenaga yang lebih dahsyat, lebih halus dan lebih hebat lagi yang keluar dari ayat-ayat suci Al-Qur’an, yang sehari-hari hanya dilagu-lagukan dalam musabaqah dangan lagu-lagu yang merdu oleh para Qori dan Qori’ah, yang akan mengeluarkan dengan metode yang jitu tenaga-tenaga yang “Unlimited“²² dahsyatnya dari getaran getaran “Maha Ultra-sonoor“²³ dari “Goddelijke isotopen²⁴ yang absolut“yang akan sanggup menghadapi tenaga-tenaga fisik dari atom dan nuklir dari negara-negara superpower mana sajapun, walaupun dari “manusia” mars sekalipun, semua

²⁰ menemukan
²¹ menemukan
²² tidak terbatas
²³ suara super
²⁴ isotop Ilahi

itu tergantung kepada metode pelaksanaan teknisnya, sehingga mencapai getaran-getaran yang sebenarnya. Coba kita dengarkan ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

وَاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًا

Wa an lawistaqāmu ‘alath tharīqatil laasqaināhum mā an ghadaqā

Artinya:

“Dan bahwasanya jika mereka tetap berdiri di atas methodik yang benar niscaya akan Kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (nikmat yang banyak)”. (QS. Jin ayat 16)

Tenaga-tenaga Metafisika Al-Qur’an ada tegas disebut-sebut Tuhan dalam Al-Qur’an (antara lain, Surat Al-Hasyr: 21) yang kita sitir pada pidato di atas dan telah dipertontonkan keunggulannya oleh para Rasul dalam menghadapi lawan-lawan agama yang tangguh-tangguh yang bersenjatakan senjata yang hebat-hebat dan berlasykar yang besar-besar serta memiliki pula tenaga-tenaga metafisika yang sakti-sakti (Fir’aun sampai sekarang sebagai mummi dikabarkan masih sakti) namun semua itu hancur dihantam kekuatan Al-Qur’an.

Tenaga -tenaga fisika yang bagi kita, “Mortal beings”²⁵, sudah begitu hebat, tak disebut-sebut Tuhan dalam Al-Qur’an, Tuhan hanya menyebut-nyebut tenaga Al-Qur’an, itu tandanya bahwa tenaga Al-Qur’an adalah absolut sedangkan tenaga alam fisika adalah relatif sesuai dengan apa yang disebut Prof. Dr. Albert Einstein dalam relativiteits theorinya.

²⁵ makhluk fana

Allah SWT Yang Maha Absolut itu tidak menganggap penting membicarakan yang relatif-relatif, karena semua itu kecil bagi-Nya, tenaga metafisika banyak sekali diperlihatkan Tuhan dalam kitab suci, ingat saja kiamat dunia pada zaman Nabi Nuh, kiamat pada zaman Luth, mu’jizat-mu’jizat Nabi Sulaiman, Nabi Daud melawan Goliath, Nabi Isa menghidupkan orang mati. Kerikil-kerikil atau buah Sijjil yang memusnahkan tentara Abrahah yang menyerang Ka’bah, Nabi Ibrahim melawan Namrud, Nabi Musa melawan Fira’aun, Mu’jizat-Mu’jizat Nabi Muhammad semasa hidupnya dan lain-lain.

Sedangkan tenaga alam fisik yang relatif itu, hanya disebut- sebut dan dipertontonkan para profesor profesor, para teknisi pada umat manusia itu pun sudah hebat sekali kelihatannya.

Undang-undang alam fisik sejak dunia berkembang sudah ada, dan akan tetap ada dan tidak habis-habisnya selama dunia ini ada, tetapi baru dalam abad-abad mutakhir ini dijuluk dan dikeluarkan oleh para sarjana di negara-negara superpower untuk dimanfaatkan umat manusia.

Undang-undang alam metafisika sudah ada sebelum dunia ada, dan di dunia ini ia tetap ada terus, tetapi tersembunyi dan di alam akhir ia masih tetap ada terus, karena ia adalah absolut. Namun, pada zaman awal. Zaman purbakala dahulu ia sudah dikeluarkan/dijuluk dan dipertontonkan kehebatannya oleh para Nabi, diteruskan oleh para pewaris para shalihin dan shidiqin oleh para Wali Songo sebagal ahli-ahli “professi” metafisika di zaman purba, sedangkan di zaman modern sekarang ia seolah-olah sudah hilang bukan karena ia tidak ada lagi, tetapi karena tak ada lagi orangnya yang mengetahui rahasianya bagaimana metode pelaksanaan teknis cara menjuluknya, supaya ia dapat terbit kembali dari alam tersembunyinya dengan dahsyatnya, yang akan sanggup menghadapi senjata apa sajapun dari lawan, walaupun sakti fisik, atau sakti metafisik sekalipun.

Sebenarnya tenaga metafisika secara tradisionil di Indonesia sudah seringkali dipakai olah para Kiyai-Kiyai, Mbah-Mbah atau Tuan Syekh-Tuan Syekh kita yang sudah banyak kembali kepangkuan Allah SWT. Umpamanya di zaman Jepang dan di zaman revolusi fisik, di mana kami sendiri mempersaksikannya selaku pucuk pimpinan di Sumatera dan salah satu laskar Islam, di mana berhari-hari bermalam-malam beliau-beliau itu beramal beramai-ramai dangan para jemaahnya, berwirid dengan khusyuk 10-40 hari agar Indonesia jaya dalam perang kemerdekaannya.

Dan beliau-beliau itu berhasil sukses dengan gemilang bersama-sama laskar- laskar pemuda kita walaupun mereka tak tahu teori ilmiah metafisiknya.

Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa perang Saidina Ali r.a (perang dengan kekuatan fisik) adalah perang betina dan perang saidina Abu Bakar adalah perang jantan (perang dangan kekuatan kebatinan).

Betapa hebatnya dan dahsyatnya kekuatan metafisika itu sehingga tenaga metafisika dapat mempertahankan dan menjamin keamanan dunia dan keutuhan jagat raya, dapat kita dengar dari sabda Rasulullah:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ²⁶

La taqūmus sa’atu hattā lā yuqāla fil ardhi Allāhu Allāh

Artinya:

“Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi Allah, Allah” (HR. Muslim)

(Tentu saja dengan metode yang tepat, kalau tak memenuhi syarat segala sesuatu tentu tak laku, umpama: Kalimah Allah yang “sembrono” diucapkan asal saja, mana laku).

²⁶ Imām Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh, Dār Taibat lin Naṣyr waṭ Tauzi’, 2006), cet.I, Jilid I, h.78

Jadi pada hakikatnya bukan karena negarawan-negarawan yang hebat-hebat, atau senjata-senjata yang mutakhir atau angkatan perang yang dasyat atau politik yang melangit tingginya, yang dapat menjamin keamanan dan keutuhan jagad ini, tetapi tenaga metafisik yang terbit dari kalimah Allah yang Maha Agung. Di sini kelihatan, bahwa kekuatan potensi kalimah Allah adalah maha dahsyat sehingga mampu mempertahankan eksistensi dunia dari kehancuran total oleh tenaga apa saja apapun. Ilmu yang begini dahsyat sudah barang tentu perlu sekali kita riset dimana letak ilmiahnya, di mana letaknya clue nya²⁷, the how to do it²⁸-nya, dari amalan-amalan yang kelihatannya mubazir, atau seolah-olah hanya untuk membuang-buang waktu saja, seperti yang dianggap kaum muda zaman sekarang, seolah-olah menghabis-habiskan waktu dengan percuma, karena tak ada kelihatan hasilnya, sebenarnya karena dilaksanakan tanpa metode yang tepat atau tanpa metode sama sekali tetapi jika dilaksanakan dengan metode yang tepat, baru kelihatan segala kebenaran dari segala ucapan Rasul dan Allah dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Alhadis bukanlah untuk orang tolol dalam menafsirkannya dan mengamalkannya, tetapi untuk orang yang benar-benar berakal dan berilmu tinggi dan dalam. Al-Islam adalah Agama yang sangat agung dan sangat dalam.

²⁷ petunjuk
²⁸ bagaimana melakukannya

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ²⁹

Innaddina ‘indallāhil islām

Inilah salah satu contoh problema berat yang menjadi tugas utama dari Fakultas Metafisika UNPAB untuk memecahkannya, yang satu-satunya ada di dunia.

²⁹ QS. Ali Imrān:19

Satu lagi ucapan Rasul:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ مَا فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ³⁰

Bismillāhil ladzī lā yadhurru ma’asmihi syaiun mā fil ardhi wa lā fissamā-i

Artinya:

Atas nama Allah, yang tidak memberi mudharat apa-apa yang di langit dan di bumi ialah orang-orang yang beserta dengan nama-Nya”. (HR. Abu Daud).

³⁰ Imām Abī Daud, Sunan Abī Daud, (Beirut, Dār ar-Risālah al-‘alamiyah, 2009), Jilid VII, cet. I, h. 419.

Ternyata Kalimah Allah itu benteng yang maha hebat pula rupanya yang tak dapat ditembus oleh apa sajapun. Kami yakin atas dasar kedua sabda Rasul di atas bahwa nanti di hari-hari terakhir itu “Insinyur” Allah SWT yang hebat yang bernama Isa Al Masih akan turun ke dunia dan dengan seorang diri saja mampu menghancurkan segala musuh agama, Dajjal dan Yajud Ma’jud dengan senjata metafisika yang tak ada taranya itu.

Sedangkan Archimedes saja di zaman dahulu sudah mampu dengan seorang diri saja memusnahkan habis sebuah Armada besar Xerxes, raja diraja Parsi, hanya dengan berdiri di atas Bukit Syracuse meng-covergeer sinar-sinar matahari dengan cermin besar berbentuk setengah bola, yang ditujukan sebagai kaca api terhadap layar-layar armada Xerxes. Hasilnya mengagumkan, seluruh Angkatan perang Xerxes musnah terbakar.

Begitu pulalah secara analog, insinyur Allah Ta’ala yang bernama Isa anak Maryam itu akan mengconcenter energi cahaya dari nur Ilahi yang tak terhingga besarnya, melalui suatu aparatur metafisis terhadap Dajjal dan Ya’jud Ma’jud, cahaya dahsyat halus yang bergerak tidak melalui wereld ether sebagai media, tetapi melalui media yang lebih halus lagi, yang tak dapat ditangkap oleh radar media yang disebut dalam Ilmu Tasauf, LatifaturrabbaniahAnd that will blaze everthing and every enemy into atomic pieces which will dissappearas as dust before the wind.³¹

³¹ Lathifaturabbaniah: akan menghidupkan segala sesuatu dan setiap musuh akan menjadi atom yang akan menghilang seperti debu ditiup angin.

Dalam satu perkataan: vernietigd tot oer atomen door fenomenale Goddelijke Isotopen (Musnah habis manjadi oeratom oleh Isotop-Isotop dahsyat tenaga Ketuhanan). The Hands of God32, kata orang awam. Lihat Rumus Matematikanya:

³² kekuasaan Tuhan

Musuh Dajjal, Ya’jud Ma’jud + hantu + lawan apa saja lagi ÷ ∞ = 0

∞= Goddalijke Isotopen (isotop-isotop Ketuhanan), tenaga Unlimited yang absolut yang kekal dan Abadi, yang ada di Dunia dan di Akhirat = senjata Allah = Kalimah Allah, istilah pewayangan = Senjata Cakra dari Wisnu di tangan Ramawijaya yang mampu memapas habis jagad ini jika perlu.

Coba pula kita lihat

أَعُوْذُ بِهِ اللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiimi

Artinya: “Aku berlindung dengan Allah dari pada Syetan yang kena rajam.

Setan, hantu, jin,gondorowo, setan alas mana saja ÷ ∞ = 0

∞ = Kalimah Allah.

Tetapi kalau ∞ bukan asli, tetapi palsu karena tanpa metode atau salah metode (jadi batal = tak jadi), maka semua lawan yang di atas tak akan lari, bukan jin dan lain-lain yang lari, tetapi akhirnya kita sendiri yang terpaksa terbirit-birit, lintang pukang atau tunggang langgang atau kita ditangkapnya dan habis dimakannya atau dicekiknya dan dibunuhnya.

Apakah ini tidak serius namanya? Lampu merah, atau barangkali sudah S.O.S bagi kita?, jika pada sakratul maut nanti ternyata Kalimah Allah kita lumpuh, tak berdaya, tak mampu/palsu, menghadapi dan menghantam segala macam godaan yang menyesatkan dari setan angkara murka dan iblis la’natulaah yang sangat sakti, di saat-saat terakhir kita?

Fisakratil maut hanya datang 1 kali dalam hidup dan kehidupan kita, ini berarti: Harus lulus ujian terakhir: to be or not to be. Jangan harap Nabi turun ke kubur. Nabi-nabi semua turun di dunia, di dunia diselesaikan semuanya. Di dunia harus semua sudah rampung. Lebih-lebih lagi/istimewa lagi tentang menguasai senjata kalimah Allah yang maha dahsyat dan maha sakti yang mampu mempertahankan jagad ini dari kehancuran. Berfikir secara eksak. Bukankah kriteria: mampu mengendalikan /handling kalimah Allah, salah satu barometer yang nyata tentang sempurnanya Iman seseorang, karena dalam hidupnya telah mampu memanfaatkan kalimah Allah yang maha dahsyat dan maha suci?

Berfikir secara Eksak. Jika Kalimah Allah yang maha suci yang maha dahsyat itu sudah jinak di tangannya, bukankah itu suatu pertanda, bahwa ia seorang mukmin sejati, karena mewarisi pusaka Allah dan Rasul.

Berfikir secara Eksak,dan bukankah ia telah menjadi seorang Expert³³ Metafisika Ketuhanan, seorang Insan Kamil, seorang Khalifah Allah di atas bumi? yang semuanya ini cara mencapainya ada terdapat pada lapisan sebelah dalam AQur’an?

³³ ahli

Inilah dia orangnya yang termasuk golongan yang mengusai Awaluddini Ma’rifatullah dan Akhiruddini Ma’rifatullah. Dan inilah dia orangnya yang menguasai sepenuhnya dengan ilmulyakin, ainalyakin dan hakkulyakin, Rukun Islam yang maha pokok, yaitu: Dua Kalimah Syahadat yang maha dahsyat, inilah dia Mukmin sejati, Inilah manusia, Insan yang telah dibina oleh Al-Qur’an secara yang sebenar-benarnya.

Itulah gunanya Al-Qur’an diturunkan, untuk membentuk manusia-manusia menjadi insan-insan kamil, khalifah-khalifah Allah di atas bumi, ahli-ahli surga di dunia dan di akhirat kelak, karena di tangannya/di dadanya duduk bersemayam akrab sekali/jinak sekali kalimah Allah yang Maha Sakti yang tidak bercerai dengan yang punya nama yaitu Allah SWT Yang Maha Kamil sendiri.

قال الله تعالى : لَمْ يَسَعْنِي أَرْضِيْ وَلَا سَمَاءِ وَوَسِعَنِي قَلْبُ عَبْدِيَ الْمُؤْمِنُ الَّيِّنُ الْوَادِعُ³⁴

Qalallahu ta’ālā: Lam yasa’nii ardhii wa lā samā-ī wa wasi’anī qalbu ‘abdiyal mu’minul layyinul wādi’

Artinya:

Allah Ta’ala berfirman: Tak dapat memuat zat Ku, bumi dan langit-Ku, yang dapat memuat Zat-Ku, ialah hati hamba-Ku yang Mukmin, lunak dan tenang“. (HR. al-Ghazi)

³⁴ Najmuddin Muhammad bin Muhammad al-Ghazi, Itqan Maa Yuhsin Min al Akhbar ad Dāirah ‘alā al Sunna (Cairo: al Faruq Al-Haditsah li ath-Thaba’at wan Nasyr), Jilid I, hal. 515

Jadi bagaimana rahasianya, supaya ia asli? tidak palsu atau negatif, atau batal atau tak jadi ?

Secara sangat sederhana coba lihat : + x – = – Hak x bathil = bathil; Haq gandeng bathil = bathil. Kita lihat pula

لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

Lā yamassuhū illal muťahharūn

Qur’an ini tak dapat disentuh tak dapat berhasil bagi yang tak disucikan.“(QS. Al-Waqi’ah: 79)

Jadi bagaimana mestinya? coba kita lihat lagi : + x + = +

Haq dibaca di atas yang Haq (suci), jasmani suci dan Rohpun suci baru ia menjadi Haq = Asli = Syah = benar tak bathal.

Sebenarnya yang mengatakan: A`uďzu billāhi minas syaithānir rajīm“, siapa? Nabi, kita yakin/iman pada beliau,

karena Sabda beliau adalah sama atau dibenarkan oleh Firman Allah, kenapa pada beliau berhasil, dan pada kita tidak. Mau tak mau kita harus letakkan isi dada pribadi Rasul-Rasul itu di bawah teropong mikroskop metafisika kita, karena beliau-beliau itulah yang menguasai tekniknya, dan beliau-beliau itu bagi kita adalah turutan, ikutan, suri tauladan, contoh, bukan saja dalam peri akhlak atau ibadat saja, tetapi juga dalam semua hal-hal, juga dalam hal ma’rifatullah, kalau tidak mana bisa kita masuk surga?

Untuk masuk surga yang sama, syaratnya harus sama pula? Mana pula ada surga kelas kambing yang syaratnya lebih murah dan Tuhan tidak mengukur dengan 2 (dua) sukatan, Tuhan itu kan adil? Surga itu kan kampung abadi, kampung Allah Ta’ala?, rumah Allah, istana Allah? yang suci bersih untuk ahli-ahlinya yang dikasihi? rumah Allah hanya satu, yaitu pada sisi-Nya,

يَأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبْدِيٌّ وَادْخُلِي جَنَّتِي

Ya ayyatuhan nafsul muthma`innah irji’i ilā rabbiki radhiyatam mardhiyyah fadkhuli fi ‘ibadi wadkhuli jannati

Artinya :

“Hai nafsu (jiwa) yang tenang (suci), kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dengan (hati) ridha dan diridhai (Tuhan), maka masuklah kamu dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kamu ke dalam surga-Ku”.(QS.al-Fajr ayat 27-30)

Di atas telah disebut-sebut bahwa perjuangan Kemerdekaan kita berisi penuh dengan “The Hands of God“, yang dijuluk oleh para Kyai kita; coba renungkan saja; mana mungkin kita dapat menang perang terhadap Sekutu, yang sudah 2(dua) kali memenangkan perang dalam Perang Dunia yang besar-besar, sedangkan kita bangsa yang tak terlatih dengan sebagian besar hanya bambu runcing pula sebagai senjata? “The Hands of God” lagi.

Dalam pemberontakan PRRI-PERMESTA yang sangat berbahaya yang hampir memecah belah Negara Kesatuan Pancasila kita. Tetapi berakhir dengan smooth dan baik-baik saja, “The Hands of God” lagi. Begitu juga perang TRIKORA, DWIKORA, kemana jadinya perginya Karel Doorman, “The Hands of God” lagi, apalagi di saat-saat yang sangat mengerikan lagi, COUP GESTAPU yang terkutuk yang mernbunuh Putra-putra terbaik Bangsa kita? yang hampir menghapuskan Negara Pencasila secara total dari muka bumi?

Coup Komunis Internasional tak pernah gagal di mana- mana di dunia, kenapa di Indonesia ia mesti gagal? nyata “The Hands of God” yang dijuluk oleh para Kyai dan Shalihin kita yang sangat berjasa di masa lalu, sehingga negara Pancasila yang sangat kita cintai yang bersila Pertamanya “Ketuhanan Yang Maha Esa” terhindar dari bahaya kiamat dan hapus dari muka bumi persada Indonesia.

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ³⁵

Lā taqūmus sa’atu hattā lā yuqāla fil ardi Allāhu Allāhu

Artinya:

“Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi Allah, Allah” (HR. Muslim).

(Tentu saja dengan metode yang tepat, kalau tak memenuhi syarat, segala sesuatu tentu tak laku, umpama Kalimah Allah yang “Sembrono” diucapkan asal saja, mana laku). Dan lain-lain dan lain-lain.

³⁵ Muslim, Shahīh, h. 78

Sebagai Muslim yang bertanggung jawab akan hidupnya, begitu juga sebagai ABRI sebagai alat pertahanan bangsa, kita wajib benar-benar menyelidiki sedalam-dalamnya dimana letak sebenarnya kekuatan Kalimah Allah itu. Inilah termasukdalam lapangan dan tugas dari Fakultas Metafisika UNPAB.

Kita mengetahui bahwa energi dapat ditransformir menjadi tenaga apa saja yang konstruktif. Umpamanya elektronika dapat ditransformir jadi cahaya, panas, tenaga penggerak, suara, jarak dekat, jarak jauh, radio, televisi dan lain-lain dan lain-lain, tergantung pesawat apa (media apa) yang dipakainya. Itu sebabnya Tuhan dapat mengeluarkan tenaga dahsyat seperti neraka untuk memusnahkan segala yang kotor-kotor, dapat dibayangkan betapa hebat panasnya api neraka itu digerakkan oleh tenaga inti yang tak terhingga (∞) besarnya. Dan tenaga itu (∞) semuanya diwariskan Allah pada pewaris-pewaris (para Rasul dan para solihin dan para Mukmin sejati).

Sehingga Allah memberi nama julukan pada golongan istimewa itu sebagai Khalifah Allah di atas bumi, karena menguasai tenaga maha super power yang dapat dipakai untuk damai dan untuk perang suci semata-mata, bukan untuk perang expansi/agressie atau lain-lainnya, tetapi defensif aktif, kita akan lihat ayat-ayat itu hidup dan dahsyat bertenaga sepenuhnya karena telah diisi dengan tenaga inti kalimah Allah (∞).

Ia mampu membabat semua lawan fisik atau metafisik, di lautan, di daratan, di udara dan di langit sekalipun (manusia angkasa).

Perbandingkan (sebagai illustrasi) :

1. Tenaga singkang dari silat Tiongkok kuno yang dapat membuat sabuk sutra yang lemas menjadi toya sebagai baja yang keras jika dialiri oleh singkang tersebut.

2. Pukulan jarak jauh melalui udara dari tenaga singkang yang hebat.

3. Senjata metafisika Ramawijaya yang bernama Kiyai Dangu, berupa panah hidup yang mampu menawan Dasa Muka/Rawana yang kesaktiannya tak dapat ditandingi oleh Dewa manapun dan yang tak dapat mati-matinya sepanjang masa. Kiyai Dangu hidup bergerak dan terbang sendiri, mengelilingi angkasa sesudah diisi oleh Ramawijaya dengan digendangi oleh Tabuh Gala Galur.

4. Kawat-kawat elektronika tak ada tenaga sedikit pun sebelum diisi dengan energi elektronika dari central. Begitu dibuat Contact, kawat-kawat tersebut adalah sangat berbahaya, dapat membunuh, membakar, dan lain-lain, tetapi dapat pula dimanfaatkan guna pembangunan-pembangunan yang positif dan konstruktif.

5. Jangankan ayat-ayat Al-Qur’an, batu-batu, air dan lain-lain jika diisi dengan kalimah inti, akan mempunyai daya hancur yang menakjubkan, ingat saja batu-batu sijjil yang dijatuhkan burung-burung ababil, batu-batu pelontar pemusnah setan oleh Nabi Allah Ibrahim pada Jumroh yang tiga di Mina. Air yang dibacakan fatihah oleh Rasulullah untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan lain-lain. Tongkat yang diisi dengan kalimah Allah oleh Musa menjadi Naga yang memakan semua ular-ular Fir’aun dan lain-lain.

6. Kalimah inti yang dipakai oleh Nabi Isa disalurkannya melalui tangannya untuk mengusir setan, jin, penyakit, kematian dan lain-lain dengan :Rumus : Everything/∞ = 0 Desease/∞ = 0 Jin,setan,hantu/∞ = 0 Death/∞ = 0

Hadis:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ³⁶

Man kāna ākhiru kalāmihi lā ilaha illallahu dakhalal jannata

Artinya:

Barangsiapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) Lā ilaha illallāh” maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud)

³⁶ Imām Abi Daud, Sunan Abi Daud (Beirut: Dār al Risālah al ‘ālāmiah, 2009), Jilid V, hal. 34

Hadis tersebut bermakna: “Tiada mati seseorang yang menyebut pada akhir katanya Lā ilaha illallāh, melainkan hidup pada sisi Allah”

Para pembaca yang budiman,

Maafkan kami, rasanya kami tidak dapat meneruskan penguraian dari teori-teori dari pelaksanaan tekniknya di sini, karena bukan saja rasanya terlalu sakral, tetapi juga terlalu sulit, dan akan terlalu panjang dan luas karena harus banyak sekali memakai hukum-hukum Agama dan hukum-hukum fisika berdampingan, karena selalu harus berdasarkan 2 (dua) dasar pokok (akal dan Al-Qur’an) serta harus memakai 2 (dua) istilah yang sinonim = sama arti, yaitu istilah dalam Al-Qur’an dan AlHadis dan istilah akademis eksak, yang meyakinkan dengan wet-wet³⁷ pokok dari ilmu fisika dan ilmu Al-Qur’an.

³⁷ hukum-hukum

Dengan lain perkataan, firman Allah harus disesuaikan selalu/harus konfirm dengan Sunnatullah Qur’an (bidang tasauf) dan akal (bidang eksakta).

Tetapi sebagai gantinya di bawah ini kami akan nukilkan suatu pengalaman kami yang berkesan, yang dapat berfungsi sebagai illustrasi dari soal-soal di atas, yaitu dalam pertemuan kami dengan Bung Karno, PBR (Pemimpin Besar Revolusi) semasa hayatnya.

Kisahnya adalah sebagai berikut:

Pada sekitar bulan Juli 1965 kami sebagai Anggota Dewan Curator seksi ilmiah USU (tahun 1965-1970) diminta oleh Rektor USU, Drg. Nazir, atas nama USU menghadap Presiden di Jakarta untuk berbagai urusan. Selama ini Anggota-Anggota teras USU belum pernah dan kurang berani menghadap sendiri pada PBR yang merupakan seorang Tokoh Besar yang paling hebat dan ditakuti/disegani pada zaman itu, berhubung banyak di antara Pimpinan USU bekas N.S.T.,³⁸ tetapi sejak Drg.Nazir sebagai Rektor (seorang dari Angkatan 45) mulailah dirintis hubungan langsung dengan PBR di mana kami (juga dari Angkatan 45) diutus ke Jakarta pada waktu itu (Insya Allah semua urusan berhasil baik). Yah, kami merasa tak perlu takut-takut/enggan, karena kami merasa tak pernah bersalah, walaupun politis maupun sosial, kulturil, kriminil atau lain-lain.

³⁸ Negara Sumatera Timur, negara boneka yang dibentuk Belanda

Pada saat itu kami diterima di beranda Istana Merdeka bersama-sama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof.Dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, KAPOLRI, Duta Besar Belanda, dan lain-lain semua beserta Staf, ada sekitar 20 orang semua.

Dan kami beserta rombongan (Drs. Iskandar, sekarang Koordinator Teknis Inspeksi Pajak Jakarta Pusat dan isterinya yang khabarnya masih keturunan dari Kadilangu jadi masih ada hubungan dengan Bung Karno, dan Bapak Drs. Yahya Senawat sekarang Pegawai Tinggi pada Departemen Pertanian R.I.).

Begitu berkumpul, Bung Karno berucap; Wah pagi-pagi begini: saya sudah dikepung olah 3 (tiga) Profesor dan kemudian saya dipersilahkan langsung duduk dekat Beliau, dan Beliau berucap; Professor, ik hoorde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas ontmoet ik jou (Saya dengar tentang engkau sudah 4 (empat) tahun, tetapi baru sekarang aku ketemu engkau) Ik wou je eigenlijk iets vragen (Sebenarnya ada sesuatu yang akan ku tanyakan padamu) tentang sesuatu hal yang kira-kira 10 (sepuluh) tahun, saya cari-cari jawabnya, tetapi belum ketemu jawaban yang memuaskan.

Saya bertanya-tanya pada semua ulama-ulama dan para intelektuil yang saya anggap tahu, tetapi semua jawaban tidak memuaskan saya, en jij bent ulama tegelijk intellectueel van de Exacta en Methaphysica-man.39

³⁹ dan anda adalah ulama sekaligus intelektual yang paham eksakta dan metafisika

Kami menjawab: apakah soalnya itu Bapak Presiden?

Beliau menjawab, saya bertanya lebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya memajukan pertanyaan yang sebenarnya.

Manakah yang lebih tinggi, presidentschap atau generaalschap atau professorschap dibanding dengan surga-schap?

Kami menjawab; Surga-schap, accoord, kata Bung Karno. Manakah lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi, dibanding dengan pangkat surga?

Kami jawab untuk presidentschap atau generalschap atau professorschap, harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan berabdi pada negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan, sedangkan untuk mendapat surga harus berkorban untuk Allah segala-galanya berpuluh-puluh tahun terus menerus bahkan menurut Agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana. Accoord kata Bung Karno.

Nu heb ik je pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau, professor). Tetapi sebelum saya majukan pertanyaan pokok itu, saya cerita sedikit:

Saya telah banyak melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya, saya pun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Qur’an dan Hadis bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan mati senyum, dan saya ketemu satu Hadis yang bagi saya sangat berharga.

Bunyinya kira-kira sebagai berikut. Rasulullah kira-kira bersabda: Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing yang kehausan, wanita tadi mengambil gayung dan air dan memberi anjing kehausan itu minum, Rasul lewat dan ia berkata: Hai Para sahabatku, lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat dan ia ahli surga.

Professor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapat surga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk surga, itu pun barangkali. Sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itu pun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga.

How do you explain it Professor? Waar zit’t Geheim (mana rahasianya itu?).

Saya hening sejenak lalu berdiri meminta kertas, sambil berkata: Presiden, U zeit, dat U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi Bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabnya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 (dua) menit saja saya coba memberikan jawaban yang memuaskan. Bung Karno adalah seorang insinyur dan saya adalah ahli kimia/fisika, jadi bahasa kami sama, yaitu eksakta.

Saya tulis di atas kertas.

10 ÷ 10 = 1 ya kata Beliau.

10 ÷ 100 = 0.01 ya kata Beliau.

10 ÷ 10000 = 0.001 ya kata Beliau.

10 ÷ ∞ = 0 ya kata Beliau.

1.000.000 ÷ ∞ = 0 ya kata Beliau. ∞= (tak terhingga)

Berapa saja + Apa saja ÷ ∞ = 0 ya kata Beliau

Dosa ÷ ∞ = 0; ya kata Beliau.

Nah,

1 x ∞ = ∞ ya kata Beliau.

0.5 x ∞ = ∞ ya kata Beliau.

1 zarah x ∞ = ∞ ya kata Beliau.

Nah, sang wanita walaupun hanya sezarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan Yang Maha Akbar, mengikut sertakan Yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadat yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping, ditorpedo oleh pahala yang Maha Besar itu: 1 zarah x ∞ = ∞ Dosa ÷ ∞ = 0

Ziedaar het antwoord, Presiden (itulah dia jawabnya Presiden) Bung Karno diam sejenak dan kemudian berucap: Geweldig (Hebat). Belum habis 2 (dua) menit jawabannya sudah dapat, didukung pula oleh ilmu matematika.

Ia diam sejenak, kemudian dengan tajam ia bertanya lagi. Bagaimana ia dapat hubungan dengan sang Tuhan? Jawab: Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.

Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio kita dengan frekuensi yang tidak sama, radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga, walupun Tuhan itu dikabarkan berada lebih hampir dari kedua urat leher kita tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tak kita dapati.

Tanya: Bagaimana mungkin kita dapat frekuensi dari Yang Maha Akbar sedang kita manusia kecil, sibaharu yang sedang berkekurangan?

Jawab: Melalui isi dada Rasulullah, Hadis Qudsi berbunyi:

أَبْشِرُوا فَإِنَّ هَذَا القُرْآنَ طَرَفُهُ بِيَدِ اللهِ وَطَرَفُهُ بِأَيْدِيكُمْ. فَتَمَسَّكُوْا بِهِ⁴⁰

Absyirū fainna hādzal qur-āna tharafuhū biadillāhil wa tharafuhū biaydīikum fatamassakū bihi

Artinya:

Hendaklah kamu sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini ujungnya berada di tangan Allah sedang ujungnya yang lain ditangan kamu sekalian. Oleh sebab itu hendaklah kalian berpegang teguh kepadanya…” (HR. Thabrani)

⁴⁰ Abī al Qasim bin Ahmad ath Thabārānī, al Mu’jamul Kabīr (Cairo: Maktabah Ibn Taimiyah, Jilid II), hal.126

Qur’an adalah salah satu tali hubungan antara Rasul dengan Allah dan Firman Allah

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَجِدِينَ

Fa idzā sawwaituhū wa nafakhtu fīhi mir rūhī faqa’ū lahū sājidin

Artinya:

Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian RohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”. (QS. Al-Hijr: 29 )

Nur ilahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung nur ilahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi pula, sudah jelas kita akan mendapat frekuensi daripada Allah SWT.

Lihat saja sunnatullah: Hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari, tak ada yang sampai pada matahari, melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang seringan-ringannya tak ada yang sampai pada matahari, walaupun edelgassen⁴¹ seperti: xenon, crypton, argon, helium, hydrogen dan lain-lain tidak sampai, semua vacuum.

⁴¹ golongan gas mulia

Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit dari padanya dan tak bercerai siang dan malam dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun maka cahayanya pun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang, maka cahayanya pun hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, matahari pun tak dapat dilihat.

Namun cahaya matahari, bukanlah matahari-cahaya matahari adalah getaran transversaal dan longitudinaal dari matahari sendiri. (Huygens)

Begitu pula Nur Illahi adalah terbit dari fi’il – Sifat – Zat Allah – Ta’ala (Lihat buku Tasauf seperti: AlHikam-Tanwirur Qulub – Hidayatus Salikin dan lain-lain). Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia di akhir zaman yang mendapat Nur Ilahi dalam dadanya mutlak jika hendak mendapat frequensi Allah, ujung dari Nur itu yang berada dalam dada Rasul mutlak perlu kita hubungi.

Tanyanya lagi: Bagaimana pula kita dapat menghubungi ujung tali Allah itu, yang berada dalam dada Rasulullah. Sedangkan Beliau itu sudah sekian lama wafat? Dan dimana pula roh Beliau itu sekarang? Semuanya tetap masih misteri?

Memang tajam Bung Karno itu.

Jawab: Dengan khidmat dan tadarruk memperbanyak Shalawat atas Nabi, kita berhubung dengan roh Beliau, berarti kita dapat frekuensi Beliau dan dengan langsung pula dapat frekuensi Allah SWT karena Rasul tidak terdinding dari Allah SWT. Umar bin Khathab berkata,

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ⁴²

Innad du’ā-a mauqufun bainas sama-i wal ardhi lā yash’adu minhu syaiun hatta tushalliya ‘alā nabiyyika shalallāhu ‘alaihi wasallam

Artinya:

“Sesungguhnya do’a akan terhenti di antara bumi dan langit, ia tidak akan naik sehingga kamu bershalawat kepada Nabimu Shalallahu ‘alaihi wa salam.” (HR. Tirmizi)

⁴² Abi ‘Isā Muhammad bin ‘Isā at Tirmidzi, al Jāmi’ al Kabir (Beirut: Dar al Gharib al-Islāmi, 1996), cet. I, Jilid I, hal. 496

Terjemahan akademis: “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku.” Ternyata Rasulullah is the big conductor⁴³ kita kepada Allah SWT. Bung Karno berdiri dan berucap: Professor, you are marvelous, you are wonderful, enormous,⁴⁴ kemudian dengan merangkul kedua tangan saya, ia berkata professor doakan saya supaya dapat mati senyum nanti di belakang hari.

⁴³adalah konduktor besar, fungsi konduktor adalah sebagai penyalur
⁴⁴Profesor, anda luar biasa, anda mengagumkan, sangat hebat

Saudara-saudara pembaca yang budiman,

Saudara-saudara tentu saja dapat menerka, bahwa semua urusan berjalan lancar dan berhasil, Bung Karno sejak itu tak bertemu lagi dengan kami.

Beberapa tahun kemudian. Beliau diberitakan wafat. Dari resensi-resensi Ibu Kota, harian-harian, majalah-majalah yang mengcover kepergian Beliau selalu memberitakan bahwa Beliau dalam keadaan senyum menutup matanya untuk selama-lamanya.

Ada seorang wartawan bernama Mahmud Fatah yang memberitakan dalam majalahnya (Selecta/Indah), bahwa beberapa tahun sebelum wafatnya Bung Karno bertemu dengan seorang ulama Intelektual, dimana ia mohon dido’akan pada Allah agar ia dapat mati senyum kelak; rupanya ternyata do’a tersebut dikabulkan Allah SWT.

Para pembaca yang budiman,

Kami telah tiba pada akhir komentar kami, yang akan kami tutup dengan Komentar Nomor III. Tetapi sebelumnya kami turunkan di sini beberapa Ayat dan Hadis tentang Khalifah-Khalifah Allah insan-insan kamil mukamil pewaris-pewaris Allah dan Rasul yang dimaksud dalam komentar ini. Pada halaman ini tertera beberapa ayat dan Hadis tentang pewaris Allah dan Rasul / Mukmin sejati.

1. QS. Al-Qashash : 5

وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

Wa nurīdu an namunna ‘alalladzīnastudh’ifu fil-ardhi wa naj’alahum a immataw wa naj’alahumul-wāritsīn

Artinya :

“Dan kami kehendaki dengan nikmat Kami kepada hamba-hamba Kami, di muka bumi lalu Kami jadikan mereka menjadi ikutan dan orang penerima warisan”.

2. QS. An-Nisā’ : 69

فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلَٰئِكَ رَفِيقًا

Fa ulā`ika ma’alladzīna an’amallahu ‘alaihim minan-nabiyyīna wash-shiddīqīna wasy-syuhadā`i wash-shāliņīn, wa hasuna ulā`ika rafiqā

Artinya:

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah seperti para Nabi-Nabi, Siddiqin (Ulama), Syuhada, dan Shalihin (Ulama).”

3. QS. As-Sajadah : 24

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآَيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Wa ja’alnā min-hum a`immatay yahdūna bi`amrinā lammā shabarū, wa kānū bi`āyātinā yūqinun

Artinya:

“Dan Kami jadikan mereka menjadi ikutan untuk menunjuki manusia dari perintah Kami dengan sabar serta yakin dengan keterangan Kami”.

4. QS. Al-An’am : 90

أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُاقْتَدِهْ

Ulā`ikalladzīna hadallāhu fa bihudāhumuqtadih

Artinya:

“Mereka itulah orang yang telah diberi Allah petunjuk, maka ikutlah dia dengan petunjuk itu”.

5. QS. Al-Ahqaf : 31

يَقَوْمَنَا أَجِيبُواْ دَاعِيَ اللَّهِ وَءَامِنُواْ بِهِ يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُم مِّنْ عَذَابٍ الِيْمٍ

Yā qaumanā ajībū dā’iyallāhi wa āminū bihī yaghfir lakum min dzunūbikum wa yujirkum min ‘adzābin alīm

Artinya:

“Wahai kaum Kami ikutlah (kata-katanya) orang yang menyeru kamu kepada Allah, dan percayalah kepadanya, niscaya Allah mengampuni dosamu dan melepaskan kamu daripada azab yang pedih”.

6. QS. Al-Anfal : 4

أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَتْ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ‎

Ulā`ika humul-mu`minūna ḥaqqā, lahum darajātun ‘inda rabbihim wa maghfiratuw wa rizqun karīm

Artinya:

“Mereka itulah orang-orang sebenar-benarnya beriman, mereka mendapat derajat yang tinggi dari Tuhannya, dan ampunan serta rezki yang mulia.”

7. QS. Al-Fath : 10

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ‎

Innalladzīna yubāyi’ūnaka innamā yubāyi’ūnallāh, yadullāhi fauqa aidīhim

Artinya:

“Barang siapa berjanji teguh dengan engkau sebenarnya mereka berjanji teguh dengan Allah; tangan Allah di atas tangan mereka.”

8. QS. Yasin : 21

اتَّبِعُوا مَن لَّا يَسْلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ‎

Ittabi’ū mal lā yas’alukum ajraw wa hum muhtadūn

Artinya:

“Ikutlah orang yang tiada meminta upah kepadamu itu, karena mereka mendapat pimpinan yang benar”.

9. QS. Al-Maidah : 56

وَمَن يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَلِبُونَ

Wa may yatawallallāha wa rasūlahū walladzīna āmanū fa inna hizballāhi humul-ghālibun

Artinya:

“Barangsiapa yang mengangkat Allah dan Rasul-Nya dan orang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka ia masuk partai Allah. Itulah yang mendapat kemenangan.”

10.

قال الله تعالى: لَمْ يَسَعْنِي أَرْضِي وَلَا سَمَائِي وَوَسِعَنِي قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنُ اللَّيِّنُ الْوَادِعُ⁴⁵

Qalallahu ta’ālā: Lam yasa’ni ardhi wa lā sama-i wa wasi’ani qalbu ‘abdil mu’minul layyinul wadi’

Artinya:

“Allah Ta’ala berfirman: Tak dapat memuat zat-Ku, bumi dan langit-Ku, yang dapat memuat zat-Ku ialah hati hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang.” (HR. al-Ghazi)

⁴⁵ al-Ghazi, Itqān, hal. 515

11. QS. Al-Muzzammil : 19

إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَن شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا

Inna hādzihī tadzkirah, fa man syā`attakhadza ilā rabbihī sabīlā

Artinya:

Sesungguhnya ini menjadi peringatan. Barangsiapa yang hendak mendapat pengajaran, niscaya diambilnya metode untuk menyampaikannya kepada Tuhan.

12.

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّرَبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِـِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيدَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ ⁴⁶

Innallāha qāla man ‘ādā li waliyyan faqad ādzantuhu bil harbi wa ma taqarraba ilayya ‘abdi bisyai-in ahabba ilayya mimmaftaradhtu ‘alaihi wa mā yazālu ‘abdi yataqarrabu ilayya bin nawāfili hattā uhibbahu faidzā ahbabtuhu kuntu sam’ahul ladzi yasma’u bihi wa basharahul ladzi yubshiru bihi wayadahul lati yabthisyu bihā warijlahul lati yamsyi bihā wa in sa-alani la-u’thiyannahu walainista’ādzani la-u’idzan tanahu wa mā taradadtu ‘an syai-in ana fā’iluhū taraddudi ‘an nafsil mu’mini yakrahul mauta wa ana akrahu masāatahū

Artinya:

“Barangsiapa yang memusuhi seseorang penolong-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya, dan apabila hamba-hamba Ku menghampirkan diri kepada-Ku dengan sesuatu amalan, tanda lebih kasih ia kepada-Ku, dari pada hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Kuwajibkan atasnya. Kemudian ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik), hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar, dan Aku lah penglihatannya bila ia melihat, dan adalah Aku tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu), dan adalah Aku kakinya bila ia berjalan; demi jika memohon niscaya Aku perkenankan permohonannya, demi jika ia meminta perlindungan pastilah Aku lindungi dia.” (HR. Bukhari)

⁴⁶Abi Abdullah Muhammad bin Ismā’il al Bukhari, Shāhīh Bukhari, (Damaskus: Dār Ibn Katsīr, 2002) hal.1617.

Komentar III

Metafisika Eksakta

Para pembaca yang budiman,

Kiranya janganlah para pembaca yang budiman beranggapan, setelah membaca pidato, komentar, mengenai metafisika eksakta yang mungkin masih baru terdengar bagi para pembaca yang budiman, mendapat kesan atau beranggapan bahwa kamilah orangnya yang dapat mempraktekkan segala apa yang kami utarakan di atas, bukan, sekali-kali tidak.

Kami hanya pencetus yang kira-kira paling banyak seperti yang kalau kita ambil sebagai contoh umpamanya : 1) Galileo Galilei yang mencetuskan pendapat, bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi. Galileo Galilei yang mencetuskan, tetapi Copernicus yang membuktikan sesudah kira-kira 300 tahun di belakang. Ucapan bersayap dari pada Galileo Galilei: To Explain one word of a wiseman, science sometimes needs one thousand years for it.⁴⁷

⁴⁷untuk menjelaskan satu kata orang bijak, sains terkadang membutuhkan waktu seribu tahun.

2) Pascal mencetuskan Hukum pemampatan dari pada air, tetapi yang melaksanakan prakteknya dengan tenaga-tenaga raksasa Hydraulik untuk meluruskan Menara Eifel sewaktu miring letaknya, adalah para teknisi pada abad-abad berikutnya.

3) James Watt adalah orangnya yang mencetuskan tenaga uap dalam pot Papin (Papiniaanse pot), tetapi yang membuat kapal api dan lokomotif bukanlah dia tetapi sarjana di belakang dia.

4) Edison sipencetus ilmu Electronika, tetapi yang mengelolanya secara luas adalah Sarjana besar Prof.Dr. Lorenz dari Negeri Belanda.

5) Hukum Black, mengenai panas, ia yang mencetuskannya tetapi yang mengolahnya adalah Prof. Kamerlingh Onnes dan Prof. Keesom dari Negeri Belanda juga (a.l. membekunya Helium dengan Helium-Liquifactor).

6) Arrhenius, adalah sipencetus ionen theoria tetapi pengelolanya dilaksanakan secara electrolysa oleh sarjana-sarjana lain dalam penciptaan pabrik-pabrik raksasa dalam menguraikan unsur-unsur tunggal dengan cara Electrolysa atas dasar ionen theorie dari Arrhenius dengan memakai Anode dan Kathode sebagai Pool positif dan negatif.

7) Prof. Dr. Albert Einstein ahli Fisika terbesar di dalam abad 20 ini, yang mencetuskan theorie Relativiteit dengan Rumusnya yang masyhur, tetapi yang melaksanakan pembentukan bom atom bukanlah dia tetapi sarjana-sarjana di belakangnya di masa Perang Dunia Ke II dan diikuti pembuatan Nuclear dan lain-lain. Ia sendiri terkejut melihat hasil dari teorinya itu.

8) Dan lain-lain dan lain-lain.

Rasanya kami pun paling banyak paling banter, begitulah rasanya barangkali kira-kiranya. Jadi para pembaca yang budiman, kalau rasanya pembaca yang terhormat “tertarik”pada wejangan-wejangan di atas janganlah cari diri pribadi kami, kami hanya pencetus, Wet-Wet itu di mana-mana ada dan kami adalah seorang pensiunan pegawai negara yang sudah tua, yang lebih suka bermain-main dengan cucu-cucunya yang lucu-lucu yang dikumpulkannya berpuluh-puluh orang banyaknya di kelilingnya bersama-sama tinggal dalam kampus.

Kami lebih suka beristirahat atau berjalan kaki di tempat-tempat yang tenang-tenang daripada mencampuri urusan dunia yang tidak habis-habisnya, yang akhirnya toh akan ditinggalkan juga. Namun, jika andaikata, umpamanya para pembaca yang budiman berkebetulan berada di Medan dan hendak mengunjungi Fakultas Metafisika sudah barang tentu dapat diterima dengan hormat oleh para petugas-petugas kami, tentu saja sebaiknya diconfirm lebih dahulu, karena petugas-petugas kami semuanya selalu sibuk dalam tugas-tugasnya, yang mana Insya Allah dapat memberikan keterangan-keterangan secukupnya yang diperlukan, karena kami sendiri selalu tak dimana beradanya justru karena suka sekali sebentar-sebentar berkelana, suka tetirah ke Malaysia umpamanya, ke pegunungan-pegunungan dan lain-lain ke tempat yang nyaman-nyaman, atau hubungi saja perwakilan-perwakilan kami berada di seluruh persada tanah air dan luar negeri yang alamatnya dapat dilihat pada kalender kami teristimewa perwakilan Jakarta.

Segala tugas kami, sebagai ketua umum yayasan dan rektor universitas maupun pengobatan metafisika, untuk luar dan dalam negeri sebenarnya semua telah kami pindah tangankan, hanya nama kami masih terpampang sebagai simbolik, sebagai sesepuh/pembina untuk restunya saja lagi, kata mereka.

Sebagian besar dari pengurus yayasan dan pengurus universitas adalah anak-anak didik kami sendiri, atau anak atau menantu, yang masih senang melihat kami, orang tuanya dan gurunya, sebagai pemimpin nya untuk semangat, dayamotor, semangat juangnya barangkali.

Segala kegiatan urusan luar dan dalam negeri sebenarnya sudah kami letakkan, diambil alih oleh tenaga-tenaga muda sarjana – sarjana dari bermacam-macam bidang yang senantiasa berada di keliling kami, dan bermukim dalam kampus.

Patah tumbuh hilang berganti, kata pepatah.

Sebelum saya akhiri komentar ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya pada para pembaca yang budiman, rekan-rekan yang dihormati, mufti-mufti yang dikasihi, andaikata kiranya komentar ini terasa seperti menggurui rekan-rekan yang kami cintai semuanya, kami sadar benar, bahwa kita tak pantas jadi guru satu sama lain, karena ilmu kita itu hanya sekelumit, dibanding dengan kemaha-pintaran jagad ini.

Kami anggap yang semua kami paparkan ini hanya sebagai “The egg of Columbus“⁴⁸ tak lebih tak kurang, jadi bukanlah sesuatu yang luar biasa, hanya sesuatu yang kebetulan ketemu saja, sudah tentu dengan Bimbingan, Taufik dan Hidayat dari yang Maha Rahman dan Yang Maha Rahim.

⁴⁸Kisah yang menceritakan bagaimana Columbus mengajarkan cara mendirikan telur tanpa memegangnya.

Sekianlah kiranya ala kadarnya uraian-uraian kami sebagai penutup dari komentar kami. Semoga kita semuanya selalu kiranya mendapat Taufik dan Hidayah dari Allah SWT, hidup dalam ketentraman dan ketenangan serta senantiasa selalu beserta dengan yang Maha Rahman dan Maha Rahim hingga akhir hayat dan terusnya hingga nun di seberang sana kelak, Amin.

Terima kasih atas segala respons membaca naskah ini.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهم صل على سيدنا محمد

اللهم صل على سيدنا ومولنا محمد

اللهم صل على سيدنا ونبينا وحبيبنا وشفيعنا وذخرنا ومولنا محمد


Hormat kami,

Prof. Dr. Haji Kadirun Yahya

Kata Sambutan Rektor UNPAB Atas Buku yang Berjudul Tanggapan Mengenai: Piramida, UFO (Unidentified Flying Object) & ETI (Extra Terrestrial Intelligence Being), Ditinjau dari Sudut Ilmu Metafisika

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Pertama sekali kami mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Drs. Haji Iskandar Zulkarnain Sm. Hk. Sdr. Drs. U.N. Lukman Hakim dan Sdr. dr. Haji Firman Sebayang, Bsc atas usahanya dalam menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Tanggapan Mengenai: Piramida, UFO ( Unidentified Flying Object) dan ETI (Extra Terrestrial Intelligence Being), ditinjau dari sudut ilmu Metafisika.

Dengan terbitnya buku ini maka terlihatlah beberapa hal yang sangat positif dan membesarkan hati kami, yaitu:

Pertama, adanya kemampuan dan keberanian dari alumni Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB. untuk menyatakan buah fikirannya kepada masyarakat, melalui sebuah buku, yang berarti bahwa “Transfer of Knowledge” dari Fakultas ilmu Kerohanian dan Metafisika kepada anak didiknya atau dari seorang Maha Guru kepada mahasiswanya, secara relativ telah berhasil sehingga penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat dalam bidang ilmu metafisika, tentunya akan dapat disempurnakan dan ditingkatkan lagi untuk seterusnya.

Kedua, penulisan buku ini tentu tidak terlepas dari akibat adanya dorongan dan tuntutan dari beberapa faktor yang saling mendukung satu sama lain, yaitu adanya kebanggaan dan kegembiraan penulis terhadap Ilmu metafisika yang dipelajarinya, sedang di lain pihak terlihat pula adanya kebutuhan terhadap hukum ilmu metafisika dari mahasiswa-mahasiswa Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika itu sendiri, yang dalam hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya minat masyarakat untuk mempelajari/ memperhatikan/ mempercayai serta meyakinkan, adanya faktor-faktor metafisis, yang harus diperhitungkan dalam hidup dan kehidupan seseorang manusia, maupun dalam kehidupun bernegara dan eksistensi di dunia selanjutnya; dan semua hal ini menunjukkan hak hidup atau eksistensi Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika telah sedemikian kokohnya ditinjau dari segala bidang.

Ketiga, dengan adanya dasar-dasar yang kokoh di atas, maka secara pribadi kami melihat bahwa cita-cita yang melatar belakangi pendirian Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika yang secara hakikinya semata-mata ditujukan untuk mempertahankan dan menerangkan secara ilmiah eksakta akan kebenaran dan kepercayaan terhadap kebesaran Allah SWT yang Maha Akbar serta firman-firmanNya dan Fenomena-fenomena dalam Al-Qur’an dan Hadis telah menjadi suatu kenyataan. Justru itu kami sangat bergembira atasnya, dan bersyukur pada Allah SWT tak putus-putusnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan yang dewasa ini telah begitu hebat, mengakibatkan masyarakat ilmiawan berpikir secara lebih kritis dan lebih mendalam, dan hanya dapat dan mau bersedia meyakini sesuatunya melalui adanya pembuktian yang ilmiah dan nyata, masyarakat tidak lagi dapat dipaksa berpikir secara dogmatis sedang di lain pihak, fenomena-fenomena alam metafisika, bahkan firman-firman Tuhan di dalam kitab-kitab suci banyak yang sulit untuk dimengerti dan ditafsirkan dengan logika biasa, misalnya saja firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan itu berada di Arasy, sehingga Nabi Muhammad Saw memerlukan kendaraan yang sangat cepat (buraq) untuk melaksanakan Isra’ dan Mikrajnya seakan-akan bertentangan pula dengan firman lainnya yang mengatakan bahwa Tuhan itu berada lebih dekat bagimu daripada urat lehermu sendiri, lalu dilemahkan pula oleh ayat-ayat yang mengatakan, Tuhan itu berada di mana-mana, dan ayat yang terakhir ini dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, misalnya: apakah Tuhan itu berada di pokok kayu, di rumah berhala, di gua-gua, di Istana Nyai Loro Kidul, dan rumah maksiat, di meja judi, pada sisi orang musyrik, atau di tempat-tempat lain dan sebagainya?

Akibat adanya hal-hal yang sulit-sulit itu, yang seolah- olah bertentangan ayat satu dengan ayat yang lain, dapat membuat masyarakat yang kritis menjadi jauh daripada kepercayaan terhadap agama. Pendapat-pendapat yang didukung oleh argumentasi-argumentasi yang seakan-akan rasionil, dapat menyudutkan ajaran-ajaran tentang kebenaran agama. Masyarakat akan menjadi mudah terpengaruh kepada filsafat-filsafat yang berbau atheisme dan akhirnya lambat laun akan kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan dan agama. Masyarakat yang terombang-ambing itu secara mudah dapat melaksanakan larangan agama membuat-buat filsafat hidup sendiri-sendiri yang akhirnya akan menghancurkan masyarakat itu sendiri seperti yang kita lihat dan rasakan dewasa ini di mana di tengah-tengah syiar agama yang diperhebat secara tradisionil dengan memakai biaya yang bermilyar-milyar rupiah, iman dan keyakinan terus juga menjadi pudar dan merosot terus-terusan di kalangan masyarakat, kriminalitas-kriminalitas, kemorosotan- kemorosotan akhlak dan moral, kenakalan-kenakalan remaja, bukan merupakan yang wajar lagi, tetapi menggidikkan bulu roma yang hanya dapat dilakukan sebagai manifestasi dari jiwa yang seolah-olah tak pernah disentuh atau dihinggapi oleh agama, seperti tindak-tanduk atheisme, kafirisme total, dan lain-lain semata-mata.

Keadaan inilah antara lain yang mendorong Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika mengangkat senjata dengan mendidik kader-kader akademisi yang militan dan cerdas, agar memiliki kekuatan iman yang sempurna dan pengetahuan- pengetahuan agama yang luas dan dalam, berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis serta dilandasi ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu eksakta.

Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika mengingatkan dan menunjukkan dengan nyata, dan dapat dirasakan dan dipraktekkan kepada umat manusia, bahwa Agama Islam mulia raya ada menyimpan tenaga energi metafisika yang sangat dahsyat yang terpendam dan tersembunyi sebagai limpahan kurnia dan sebagai Rahmat Allah, yang tak habis-habisnya yang mampu membendung semua yang negativ tersebut di atas, yang secara ilmiah disebut: tenaga positif tak terhingga (∞) dari alam metafisika Ketuhanan yang mampu menghancurkan segala keonaran-keonaran dalam diri pribadi (dunia kecil) dan di dalam dunia yang luas ini. Teknik-teknik metodik pembangkit tenaga metafisis yang hebat itu perlu sekali di akhir zaman ini diriset, diselidiki dan digali kembali untuk dapat dimanfaatkan untuk kemenangan umat manusia yang beragama, sebab tanpa unsur-unsur energi metafisik, agama akan merupakan kebudayaan manusia belaka yang pasti lambat laun akan hancur berantakan dan akhirnya lenyap dari muka bumi antara lain dilanda taufan teknologi modern yang dahsyat dewasa ini. Dan ibadat hanya akan merupakan kegiatan-kegiatan dalam lingkungan alam fisika saja, yang berarti tidak menembus alam metafisis (Ketuhanan) sedang dilain pihak, pada zaman nabi-nabi dahulu kala terlihat pula kenyataan-kenyataan bahwa tenaga-tenaga yang menghancurkan kezaliman dan menegakkan kebenaran, semuanya selalu memakai undang-undang tenaga metafisika.

Tanpa faktor energi metafisis tidak akan mungkin Nabi Isa As dan Nabi Ibrahim As, dapat menghidupkan makhluk yang sudah mati, Nabi Isa As mampu berjalan di atas air dan mampu berjalan menembus dinding, Nabi Ibrahim tahan diakar hidup-hidup, Nabi Nuh As mampu menggiring ke dalam kapalnya segala macam binatang liar, ular-ular, kalajengking, lebah liar, dan lain-lain, dan kotoran-kotoran dan najis manusia yang dimasukkan kaum kafir ke dalam bahteranya, bertukar sifat menjadi obat yang sangat mujarab dan dikuras habis kembali oleh kaum kafir tadi, dan tanpa tenaga metafisik Nabi Musa As tak akan mampu membelah lautan, dan Nabi Sulaiman As tak akan mampu dapat berkomunikasi dan menguasai alam hewan, dan alam halus, dan Nabi Daud As yang masih belum cukup dewasa, dapat menumbangkan lawannya yang perkasa raksasa Goliath, dan Nabi Muhammad Saw yang tak pernah kalah dalam perangnya, walaupun tentaranya seringkali lebih sedikit bilangannya daripada musuh, dan mampu memutar umat dan dunia dari mental jahiliah hingga menjadi berakhlak adabiah yang terpuji dan gilang gemilang dalam waktu yang relatif amat singkat.

Begitu juga Sholihin dan Shiddiqin Islam seperti Walisongo diJawa, Syekh Abdur Rauf di Aceh, Syekh Burhanudin di Ulakan Padang Pariaman dan lain-lain berhasil dengan brilian menegakkan panji-panji Agama di bumi Indonesia dengan bantuan tenaga metafisik (secara populer/tradisionil disebut dengan rahmat atas kurnia Allah SWT dan lain-lain, dan lain-lain lagi).

Tenaga-tenaga ini mesti dan wajib diolah kembali sebab dengan tenaga ini kebesaran agama dahulu kala dimulai, hanya dengan tenaga ini pula agama dapat dilanjutkan dan dipertahankan sampai akhir zaman, dan akhirnya hanya dengan tenaga ini pulalah kemenangan agama dapat terujud (wadzkurullāha katsīra la’allakum tuflihūn).¹

¹ dan berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyak, agar kamu memperoleh kemenangan. (QS. al-Anfal:45)

Di samping mengajarkan ilmu metafisis secara teoritik, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika juga mengajarkan metodik praktik metafisika itu sendiri.

Sebab ilmu pengetahuan yang tinggi tanpa dibarengi dengan praktik tidak akan ada hasilnya.

Sebagai contoh, suatu pengetahuan yang tinggi dan sempurna tentang perlistrikan, tidak akan ada manfaatnya sama sekali bagi manusia tanpa memulai mempraktikkan pembuatan generator-generator listrik itu sendiri.

Dengan memiliki kemampuan teori dan praktik, sarjana-sarjana lulusan Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika akan mampu melaksanakan dakwah Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis dan ilmu eksakta, sedangkan secara spesialisasi sarjana-sarjana Jurusan Tasauf mampu memimpin dan membina Spirituil Islamic Training Centre dan Spirituil Mental Health Centre.

Sarjana-sarjana jurusan kesehatan dapat melaksanakan pengobatan-pengobatan terhadap penyakit psikis dan fisis dengan lebih gemilang dan sukses, lebih khusus lagi terhadap bermacam-macam penyakit mental, karena penterapannya memakai sistem berganda (multiple system) yakni pengobatan berdasarkan ilmu kedokteran modern, dibantu dengan pengobatan alam (Naturheil wissenschafft) dan ramuan-ramuan alam (Natural ingredients) dan dibantu pula oleh tenaga metafisis yang disalurkan dan ditujukan langsung ke arah sasarannya yakni penyakit itu sendiri. Dengan getaran-getaran yang maha ultrasonoor, penyakit-penyakit gigih tersebut seperti kanker, leukemia, rheumatic, dan lain-lain, ikut intensif bergetar hingga di luar kemampuan kapasitasnya, dan akhirnya hancur dan pecah berantakan dengan sendirinya, sedangkan daya hidup sisakit, ditingkatkan semaksimal mungkin.

Terhadap keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan penyakit mentalnya dan penyakit jiwa lainnya, cukup diluruskan dan diarahkan mentalnya ke arah qiblat yang haqiqi yakni pada Allah SWT, di mana semua penyakit itu dilebur di dalamnya hingga 0 (nol) atau diluruskan seperti meluruskan magnit-magnit dalam sepotong besi yang centang perenang duduknya hingga lurus dan teratur, dan besi itu menjadi sebuah magnit yang mempunyai daya tolak dan daya tarik, sebagai karunia alam fisik, jika pada manusia akan mampu menolak bala dan menarik rahmat secara otomatis, sebagai karunia dari alam metafisik.

Sarjana-sarjana jurusan pendidikan, dapat mengajarkan teori-teori tentang filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa dan metafisika pada badan-badan pendidikan tinggi atau badan- badan lain yang diperlukan.

Melalui penelitian-penelitian, riset-riset yang kira-kira selama 35 tahun lamanya telah dilaksanakan, ilmu Kerohanian dan metafisika eksakta sekarang telah mampu dan meyakinkan umum menerangkan secara ilmiah eksakta teori-teori dari setiap kebesaran yang diperlihatkan Allah SWT melalui firman- firmanNya dalam kitab-kitab suci, dan melalui mukjizat-mukjizat yang dikeluarkan oleh para nabiNya dan di samping itu metafisika menerangkan pula kekeramatan- kekeramatan dari para ahli tasauf yang hidup di belakang para nabi yakni Sholihin dan Shiddiqin kita. Adakalanya dengan menyelidiki sejarah kehidupan para ahli metafisika Islam (para ahli Tasauf/ahli Sufi) dari zaman dahulu kala, dan dalam hubungannya satu sama lain, kebenaran-kebenaran dan fakta-fakta dari kitab-kitab suci dapat pula diperkuat dan dibuktikan, melalui kenyataan-kenyataan dalam sejarah.

Dan yang paling kita syukuri tak habis-habisnya, ialah kenyataan-kenyataan, bahwa baru sekarang ilmu metafisika secara eksak dapat mempertemukan falsafah dari Al-Mukarram-Al-Mukarram Islam yang masyhur-masyhur, umpamanya dapat mempertemukan paham tasawuf Al-Ghazali dan paham tasauf Ibnu Thaimiyah dan Jalaluddin Rumi. Dengan sendirinya dapat pula dipertemukan paham Syekh Ahmad Khatib dan Syekh Mungka dalam ilmu tasaufnya dan lain-lain, sehingga metafisika eksakta besar sekali sahamnya dalam mempersatukan Al-Islam mulia raya. Bahkan lebih jauh lagi, ummat ber-Agama di dunia dapat dipersatukan metafisika dalam Hukum Universilnya (Alle meridianen komen by de polen samen) = semua meridian bersatu di titik pool Utara dan pool Selatan.

Jika DR. Mohammad Natsir berkata:” Iqbal adalah jembatan yang mempertemukan Filsafat Barat dengan persediaan Bathin Timur (Buku Tasauf karangan Prof. DR. Hamka halaman 197) dan Prof. DR. Hamka menulis: Rumi dan Ghazali telah bertemu dalam jiwa Iqbal (Buku Tasauf karangan Prof. DR. Hamka halaman 197), dan kalau Iqbal mempertemukannya secara filosofis sosial, metafisika eksakta mempertemukan kedua filsafat itu secara filosofis eksak yang tak dapat dibantah, seperti juga dapat diterangkan secara eksak, pertemuan antara darah hitam dan darah merah dalam tubuh manusia.

Metafisika eksakta telah menemukan dan dapat menguraikan dengan hukum-hukum dan dalil-dalil eksakta dan membuktikannya, dalam menerangkan mukjizat-mukjizat para nabi antara zaman yang satu dengan zaman yang lain, walaupun telah beratus-ratus tahun jauhnya. Perlu dijelaskan, bahwa melalui yang dipelajari, diriset dan dimanfaatkan pada Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika adalah semata-mata metafisika Islam yang absolut yang didasari atas dasar Al-Qur’an dan Hadis tidak menyinggung atau mempelajari metafisika lain-lainnya yang bukan bersumber dari agama. Bahkan Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika juga memberi penerangan kepada umat ber-agama, agar jangan terpengaruh kepada aliran-aliran kebatinan yang batil/tidak bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis.

Kami teringat akan sejarah pada zaman dahulu kala, sewaktu Islam mulai mendarat di tanah Jawa, dan Islam mulai membawa hukum-hukum Islam, maka rakyat di sana menolaknya dengan alasan, kami telah mempunyai agama kebatinan Jawa (mysticsm). Kemudian Islam menerjunkan ke depan kekuatan-kekuatan metafisikanya (tasauf dan ilmu sufinya) sebagai pahlawan dan bhayangkaranya atau “RPKAD²-nya”, maka barulah kebatinan di pulau Jawa itu mundur dan tunduk menerima Islam, kemudian barulah dapat bersemi dan berkembang ilmu fiqih sebagai pengatur yang sempurna dalam tatakrama kehidupan umat Islam pada waktu itu. Untuk kesekian kalinya terbukti lagi, bahwa kekuatan metafisika dalam agama, sebagai proyek yang sempurna dari Allah SWT tak pernah kalah dan selalu mampu mengungguli segala macam tenaga kebatinan dari aliran kebatinan mana saja pun yang tidak bersumber dari kitab-kitab suci.

² RPKAD = Resimen Para Komando Angkatan Darat adalah kesatuan elit Angkatan Darat sekarang ini disebut Kopassus = Komando Pasukan Khusus

Di dalam agama ternyata tersembunyi tenaga-tenaga kebatinan maha dahsyat yang tak dapat dikalahkan oleh tenaga aliran kebatinan mana sajapun, karena kebatinan agama bersumber dari energi alam metafisika Ketuhanan yang tak terhingga (lihat komentar).

Selanjutnya sarjana-sarjana Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika, tidak akan kesulitan dalam mencari atau menciptakan pekerjaan, sebab sarjana-sarjana metafisika dapat berwiraswasta dengan mendirikan tempat-tempat peribadatan seperti mesjid-mesjid, surau-surau, madrasah yang selain untuk tempat mengaji dan beribadat pada Allah SWT, berfungsi pula sebagai Spirituil Mental Health Centre dan Spirituil Islamic Training Centre, yang antara lain melaksanakan kegiatan-kegiatan di bidang sosial, seperti tempat pengobatan pecandu narkotika, premanisme. Vocational Job Training dan lain-lain yang pada saat ini sudah didirikan sebanyak lebih dari 70 (tujuh puluh) buah jumlahnya di seluruh Indonesia dan luar negeri.

Akhirulkalam, dan last but not least³, tidaklah rasanya berlebihan, maka kami utarakan di sini, bahwa Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika adalah senjata Trisula yang sangat ampuh dari pahlawan dan bhayangkara Agama dan ibu pertiwi Indonesia, yang mempertahankan kemurnian agama dan keampuhan serta kesaktian Pancasila.

³ terakhir tetapi bukan yang akhir.

Senjata Trisula tersebut :

1. Sula Pertamanya merupakan alat penangkal dan penghancur filsafat atheisme dan ekses-eksesnya.

2. Sula Kedua merupakan penangkal dan pembasmi aliran kebatinan yang batil (syirik dan kafirisme).

3. Sula Ketiga berfungsi untuk menggugah kembali hati nurani umat beragama, untuk meneliti dengan seksama tenaga-tenaga rahasia yang sangat dahsyat, yang selalu tersedia, tetapi tersimpan tersembunyi dalam Al-Qur’an yang suci dan agung (The sub atomic world in the Qur’an), yang selama ini kurang diperhatikan, bahkan diabaikan sama sekali pembinaannya. (Baca kesimpulan seruan Simposium IAIN Ciputat).

Dan finally, terakhir sekali Kepada Sdr. Drs. Haji Iskandar Zulkarnain Sm.Hk, Sdr. Drs. U.N. Lukman Hakim dan Sdr. dr. Haji Firman Sebayang, Bsc saya mengucapkan selamat yang setulus-tulusnya, serta terus berjuang dan maju terus, pantang mundur dalam menegakkan panji-panji kebesaran Ketuhanan yang Maha Esa, sebagai sila pertama yang maha sakti dari pancasila yang kita cintai bersama, dan sekaligus mentenarkan nama Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika di dunia sebagai sumbangsih dan bakti suci saudara-saudara pada Tuhan Yang Maha Esa, pada nusa dan bangsa, pada perikemanusiaan, dan pada dunia khusus dalam segi: mengangkat moral/harkat agama di dunia dan pancasila di bumi Persada Indonesia yang kita cintai. Semoga Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim memberkahi karya-karya saudara berlipat ganda.

Āmīn.

Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi

Prof. Dr. H.S.S Kadirun Yahya Muhammad Amin, Msc.

Komentar

I. Tasauf Islam dan Ilmu Metafisika Eksakta

(1)

Di zaman memuncaknya teknologi modern dewasa ini, di akhir zaman, di Abad Kurun XV Hijriah yang tingkatan rasio telah begitu tinggi dan begitu pesat dan hebat perkembangannya, agama masih tetap saja diterangkan dan dijabarkan secara tradisional dan secara dogmatis, sehingga dunia ilmiah Internasional mulai mencapnya kolot, usang, out of date, ketinggalan zaman, tak laku, bahkan dianggap dusta dan macam-macam lagi yang dilontarkan pada agama, karena kelihatan seolah-olah agama tak mampu atau tak berani didebat-ilmiahkan, sehingga sama derapnya dengan perkembangan teknologi modern dewasa ini.

Juga karena tenaga energi agama tak pernah lagi kelihatan dan tak dapat terbuktikan lagi akan kebesarannya. Agama seakan-akan kehilangan bukti-bukti dan fakta-fakta tentang fenomena-fenomenanya dan keramat-keramatnya, yang khas ditunjukkan oleh para Rasul di zaman dahulu kala, sewaktu agama baru mulai ditegakkan. Ini adalah karena sebahagian besar dari perhatian dan pembinaan agama, di dalam maupun di luar negeri, hanyalah pada bidang-bidang Islam yang menyangkut zahir agama saja, seperti fiqih, tilmu mantiq, nahu, bayan, ilmu sharaf, tafsir, bahasa Arab, tarbiyah, sejarah, kebudayaan dan lain-lain, sehingga perhatian dan pembinaan terhadap nyawa agama, yang mengandung energi dari agama Islam itu sendiri, yaitu bidang tasauf dan sufinya, yang sebenarnya begitu dahsyat dan dalam serta sangat ilmiah, diabaikan dan dilupakan sama sekali.

Sedangkan firman Allah dalam Al-Qur’an:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

Yā ayyuhalladzīna āmanudkhulū fis-silmi kāffah

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu dalam Islam itu secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah : 208)

Memang benar sekali firman Allah itu, karena sebenarnya ilmu tasauf dan sufi itu adalah ilmu yang sangat halus dan sangat dalam, yang mampu secara vertikal menembus sedalam-dalamnya dan sehalus-halusnya, terus masuk ke dalam lapisan terdalam dari Al-Qur’anul Karim. Ia ternyata mampu dan berhasil dengan gilang-gemilang secara teori dan praktek, bersama-sama dengan penerangan dari ilmu metafisika eksakta, membukakan tabir rahasia dan kekuatan kalimah Allah yang Mahasakti, yang terpendam dalam Al-Qur’an, sesuai dengan firman-firman Allah yang Maha Suci dan yang Maha Perkasa, antara lain sebagai senjata metafisika mukmin yang maha ampuh, yang abadi, yang tak dapat luntur dan tak terkalahkan sepanjang masa, di alam mana sajapun, di dunia dan di akhirat, karena ilmu rahasia yang dahsyat ini sebenarnya, adalah pusaka Allah dan Rasulullah bagi para mukmin sejati, sebagai modal segala-galanya baginya, yang semestinya harus telah dapat diterimanya di dunia langsung dari Allah SWT via Rasulullah SAW, di samping segala macam ilmu hukum Islam, untuk kesempurnaan hidup di dunia sampai ke akhirat, sehingga terujud kesempurnaan Hablum Minannas dan Hablum Minallah.

Sesuai dengan kesimpulan Putusan dari Simposium IAIN tahun 1966, yang antara lain memutuskan bahwa: ilmu fiqih dan ilmu tasauf adalah sama-sama sangat penting, kedua-duanya adalah saudara kembar, yang tak terpisahkan satu sama lain, dan kedua-duanya tak boleh diabaikan dan harus dibina bersama-sama.

Sekali lagi sesuai dengan firman Allah tadi :

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

Yā ayyuhalladzīna āmanudkhulū fis-silmi kāffah

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu dalam Islam itu secara keseluruhan.” (Al-Baqarah ayat 208 ).

Ilmu fiqih mengatur kesempurnaan hubungan hidup beragama dan bermasyarakat, sedangkan ilmu tasauf mengatur kesempurnaan hubungan dengan Allah SWT sebagai sumber kekuatan dan kemenangan umat beragama. Kedua-duanya meliputi lautan ilmu, kalau fiqih merupakan lautan ilmu yang meluas secara horizontal, maka Ilmu tasauf dan sufi, merupakan lautan ilmu yang menembus vertikal ke dalam.

Kalau pelajaran ilmu fiqih masuk ke dalam otak dan alam sadar manusia serta tindak-tanduknya manusia, maka pelajaran Ilmu tasauf dan sufi tembus ke dalam alam di bawah sadar dan alam di atas sadarnya, bahkan terus kepada rohnya/nyawanya yang dihubungkan langsung dengan kebesaran Allah SWT via arwahul muqaddasah Rasulullah SAW. Jika ilmu fiqih umpamanya mengajarkan lafaz, niat dan pelaksanaan teknis dari dimensi fisisnya/zahirnya ibadat, maka ilmu tasauf/sufi mengajarkan teknis pelaksanaan kerohanian daripada ibadat yaitu cara menghubungkan diri rohani/arwah, langsung kehadirat Allah SWT.


(2)

Dalam hal menerangkan teori-teori ilmiah daripada pelaksanaan teknis ilmu kerohanian ini yang termasuk dalam bidang Ilmu tasauf dan sufi, juga tentang proses-proses dan perkembangannya, Ilmu metafisika eksakta mempunyai saham yang terbesar dalam menguraikan hukum-hukum yang absolut, berkenaan dengan liku-liku ilmu kerohanian agama Islam ini. Di sanalah nyata kembali peranan yang sangat pentingnya dari ilmu kerohanian dan metafisika eksakta. Mengenai penerangan dan pelaksanaan teknisnya sebenarnya kita telah masuk ke dalam alam gaib, yang tak dapat dilihat dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata yang tepat. Sejak zaman dahulu kala sampai sekarang ini belum diketahui atau belum ditemui Ilmunya yang cukup sempurna dan mampu secara memuaskan memberi penerangan bagi para cendekiawan Islam.

Sewaktu manusia masih sederhana pemikirannya, agama tak mungkin dapat diterangkan secara ilmiah yang sempurna, walaupun Islam adalah Agama ilmiah dan amaliah.

⁴الْإِسْلَامُ عِلْمِيٌّ وَعَمَلِي

Al-Islāmu ‘ilmiyyun wa amaliyyun

Islam adalah ilmiah dan amaliah

⁴ ungkapan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Oleh karenanya, penerimaan agama bagi umat pada waktu itu untuk sebagian besar ditekankan dan diajarkan secara dogmatis dan kepercayaan semata-mata. Hanya sebagian kecil saja agama diajarkan secara ilmiah populer. Kemudian fakta-fakta/fenomena-fenomena dari agama itu sendiri yang ditonjolkan sebagai mukjizat-mukjizat para utusan-utusan Allah yang diwahyui, yang memang dahsyat mengagumkan, mengimponir dan meyakinkan para pengikut-pengikutnya.

Dengan meningkatnya taraf ilmu pengetahuan, maka nyata kelihatan, bahwa Islam adalah agama yang sangat ilmiah, ia mampu diuraikan secara lebih memuaskan, namun sejauh ini masih tetap didekati melalui metodologi ilmu sosial dan falsafah, belum memakai metodologi ilmu eksakta.


(3)

Semua fenomena-fenomena, keajaiban-keajaiban atau kekeramatan-kekeramatan yang terbit dari alam gaib ke alam nyata, oleh agama mulai zaman dahulu hingga sekarang dipublisir sebagai berikut: Jika datangnya dari para Rasul, itu tandanya disalurkan dari kekuatan Allah SWT, dan jika tidak dari para Rasul, maka itu datangnya dari ahli-ahli sihir, yang disalurkan dari setan, jin dan iblis.

Jadi pedoman bagi agama, yang maha mutlak dari dahulu sampai sekarang, ialah: segala sesuatu adalah haq atau sah dari Allah, jika disalurkan/datangnya melalui RasulNya masing-masing. Dan ini masih berlaku sampai sekarang dan sampai kiamat dunia dan sampai ke akhirat, karena ini adalah hukum yang abadi/hukum yang hakiki dan mutlak, karena hanya dalam dada/rohani para Rasul ditanamkAn-Nur Ilahi/wahyu/frekuensi tak terhingga (∞) daripada Allah SWT, untuk disalurkan melalui lisan dan gerak-geriknya pada umat manusia di dunia (para Rasul sebagai satelit Allah SWT. Di alam mayapada ini, yang selalu, setiap saat, dapat berkomunikasi dengan Allah SWT).


(4)

Kemudian ilmu pengetahuan jalan terus, berkembang dan meningkat terus. Teori-teori ilmu alam yang dahsyat-dahsyat ditemukan, dan sewaktu teori dahsyat itu dilaksanakan dalam praktiknya, terbitlah dan muncullah fenomena-fenomena dahsyat dari alam fisika, sebagai hasilnya atau pahalanya, yang disebut Wonders or marvels of physical nature (kedahsyatan-kedahsyatan alam fisika). Sedangkan agama masih dianut secara tradisional dan dogmatis yang kalaupun ada pengupasan secara ilmiah, adalah hanya dalam bidang ilmu sosial atau falsafahnya saja. Oleh karenanya, sudah jelas agama akan jauh ditinggalkan dan akhirnya tak dipedulikan sama sekali, dan kalau agama sudah mulai ditinggalkan dan tak dipercayai lagi, maka kehancuran dunia sudah di ambang pintu.


(5)

Untuk mengimbangi ini semua, kaum agama yang sadar akan hal ini memperhebat dakwahnya. Bermilyar-milyar dana dikeluarkan, namun kelihatannya masih sia-sia belaka, demoralisasi akhlak jalan terus, iman terus juga memudar, amanah terus juga rusak, silaturrahim, kasih sayang dan lain-lain antara sesama umat merosot, peperangan sesama beragama Islam berkecamuk, semua urusan mulai di atur atas dasar materi semata-mata dan lain- lain, dan lain-lain.

Sebagian ulama-ulamanya gontok-gontokan, karena merebutkan harta, tahta dan ayatul “karosi”. Ustad-ustadnya banyak yang tak dapat dipercayai lagi, korupsi merajalela, ayat-ayat Al-Qur’an dibelokkan untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan lain-lain, dan lain-lain. Kemudian kesalahan ini semua dicarikan di luar agama, bukan di dalam pelaksanaan agama atau di dalam diri pribadi sendiri.

Kesalahan-kesalahan semua itu dicarikan kambing hitamnya yaitu kemajuan teknologi modernlah yang menyebabkannya. Sebenarnya kemajuan teknologi, dengan segala fasilitas dan pahalanya, adalah Rahmat Ilahi dari keKayaanNya dan keRahmanan serta keRahimanNya yang dijolok keluar dengan metode ilmu teknologi modern. Tetapi, bagi yang kurang imannya, rahmatpun akan menjadi bala, apalagi didatangkan bala padanya, tentu akan menjadi neraka baginya (jadi fasiq). Bagi yang beriman, jika bala sekalipun yang didatangkan, disambutnya sebagai Rahmat, yang dianggapnya sama dengan petunjuk dari Allah SWT., apalagi jika didatangkan Rahmat, itu baginya mendatangkan kebahagiaan atau surga. Jadi: It is not the gun, and it is not the man behind the gun, but is the soul in the spirit of the man behind the gun.⁵

⁵ bukan senjata atau fisik manusia yang memegang senjata yang menentukan, tetapi yang menentukan kekuatan senjata adalah jiwa manusianya


(6)

Ilmu tasauf dan sufi seperti yang kami sitir di atas tadi, adalah suatu ilmu dalam agama Islam yang sangat dalam dan sangat halus, yang mampu menembus ke dalam alam bilghoibi, alam bathin, yang sudah jelas sulit sekali untuk diilmiahkan, apalagi pada zaman dahulu kala. Justru di sinilah letak problema yang sebenarnya, apa sebab Ilmu tasauf dan sufi itu diabaikan dan kurang diperhatikan.

Karena sulitnya ilmu ini diterangkan secara konkret, persoalannya bahkan dapat menimbulkan khilafiah, seperti yang selama ini dirasakan, dan ada kalanya dapat merenggangkan kesatuan dan persatuan umat Islam yang maha bernilai itu. Oleh karenanya, dalam diskusi-diskusi para pemeluk agama selalu dihindari penelaahan mengenai ilmu tasauf dan sufi, karena persoalannya dianggap terlalu berat dan halus dan terlalu sulit dicerna oleh orang awam.

Ahli-ahli di bidang ini yang menguasai seluruh teori dan prakteknya atau guru besarnya yang mampu memberikan penerangan ilmiah yang memuaskan bagi para ahli fikir Islam jarang sekali dapat dijumpai. Pertikaiannya sering terletak pada tafsir masing-masing pengalaman serta rasa dalam beribadat yang tak mungkin dipindah rasakan kepada orang lain yang belum pernah merasakannya atau belum pernah merasakannya sendiri. Tetapi semua itu bukanlah alasan untuk melupakan atau untk membuangnya sama sekali, apalagi untuk ditendang atau ditolak. Jangan, seribu kali jangan. Tindakan serupa itu adalah salah sama sekali. Karena justru kedahsyatan agama terletak pada energi yang tersimpan dalam lapisan sebelah dalam Al-Qur’an. Hal ini hanya dapat dijolok dan dikeluarkan melalui suatu metode yang terletak dalam bidang ilmu tasauf dan sufi bukan terletak dalam bidang hukum fiqih.

Fiqih Islam bukanlah ilmu dan metodenya untuk mengupas pengaturan kesempurnaan hubungan antara rohani kita dengan Allah SWT sebagai sumber kekuatan dan kemenangan umat berAgama. Ilmu tasauf dan sufi Islamlah yang mampu membuka dan menerangkan secara tuntas metodologinya untuk menembus dari alam sadar ke alam di bawah sadar dan terus kepada rohnya/ nyawanya yang dihubungkan langsung dengan kebesaran Allah SWT sejajar dengan kekuatan benda materi yang terletak dalam atomnya, yang hanya dapat dijolok dan dikeluarkan dengan suatu yang termasuk dalam bidang hukum-hukum fisika, kimia, bukan dalam bidang hukum-hukum pidana ataupun perdata dan sebagainya.


(7)

Cukup banyak pemeluk agama Islam yang telah merasa puas diri dengan mempelajari dan merasa menguasai Ilmu fiqih. Sebenarnya dengan penguasaan pengetahuan ilmu fiqih orang baru mengenali salah satu atau sebagian dari ilmu yang bersaudara kembar yaitu ilmu fiqih dan ilmu tasauf serta sufi.

Orang yang belum mempelajari ilmu tasauf dan sufi tentu merasa asing terhadap ilmu tasauf dan sufi tersebut. Karena asing dan belum mengenalnya, orang bisa saja tidak menyukainya atau menghindari untuk mempelajarinya.

Keadaan ini sama halnya dengan agama Islam pada awal kelahirannya, sebagaimana Rasulullah SAW. pernah bersabda:

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاء

BadaAl-Islāmu gharīban wa saya’ūdu kamā bada-a gharīban fa thūba lil ghurabā⁶

Artinya:

“Permulaan Islam ini asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-orang yang dianggap asing.” (HR. Muslim).

⁶ Imām Muslim, Shaḥīḥ Muslim, (Riyadh: Dār Ṭaibat lin Nasyr wat Tauzī’, 2006), cet. I, Jilid I, h. 77

Coba lihat saja kehebatan kalimah Allah yang bertubi-tubi disebutkan dalam Al-Qur’an dan Alhadis. Kekuatan dan kesaktian Islam benar-benar asing bagi sebahagian besar orang Islam sendiri, walaupun dapat dibacanya setiap saat mukjizat-mukjizat kalimah sakti yang maha agung itu. Karena kesaktian Islam baginya tak pernah menunjukkan bukti kebenarannya secara nyata dalam praktek hidup sehari-hari, maka Islam hanya dipercayainya dalam alam khayalnya, yang tak pernah berbekas dan berkesan sedikitpun serta tak pernah dapat diaktualisasikan dalam kenyataannya.

Kebesaran dan kebenaran serta kemaha manfaatan dari kalimah Allah ini, harus mampu kita realisasikan setiap waktu yang diperlukan. Bila hal ini terbukti, maka ilmu ini baru sungguh-sungguh benar. Nilai kebesaran dari suatu ilmu ialah, bila ilmu itu dapat menghasilkan dalam realitasnya manfaat yang besar bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya. Ilmu yang hanya diketahui teorinya saja tanpa menguasai cara/metode pelaksanaan teknis daripada praktiknya, belumlah dapat dikatakan benar (masih dusta).

Umpamanya saja seseorang yang hanya mengetahui teorinya atau dan pendengarannya saja tentang Ilmu bela diri terhadap serangan harimau, orang itu pasti akan tewas jika diserang harimau, walaupun ia telah yakin (ilmul yakin) akan ilmu bela diri itu, apalagi pernah melihat sendiri bahwa ilmu itu dapat menyelamatkan seseorang dari serangan harimau. Begitu juga orang yang selalu ataupun tiap hari melihat bela diri itu dimainkan, dilatih di mukanya sendiri, dipertontonkan dalam arena adu tempur dengan macan dan ternyata menang, dan walaupun ia sendiri barangkali telah pula mempelajarinya dan melatihnya sendiri ilmu itu tetapi belum tamat atau belum sempurna, maka besar sekali kemungkinannya ia pun akan tewas juga, kalau diserang harimau walaupun ia telah ilmul yakin dan ainal yakin sepenuhnya terhadap ilmu itu. Tetapi seseorang, yang telah menguasai ilmu itu sepenuhnya dalam teori dan praktiknya, atau dalam hidupnya memang itu pulalah profesinya, yaitu menangkap macan hidup-hidup dengan ilmu silatnya, maka barulah ilmunya itu dinamai haqqul yakin (sungguh-sungguh benar baginya). Tepat sekali dalam AlHikam disebut:

Ilmul-yakin (keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran). Ainul-yakin (keyakinan yang didapat dari fakta kenyataan lahir setelah terungkap/terbuka). Haqqul-yakin (keyakinan yang benar-benar langsung dari Allah, dan tidak dapat diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang mutlak. Dengan demikian, ilmul-yakin adalah masih dusta, ainul-yakinpun masih dusta, haqqul-yakin barulah benar.


(8)

Menguasai ilmu bela diri sebagai senjata, sampai pada haqqul-yakin sama sekali tidaklah wajib bagi kita, tetapi ilmu handling, ilmu menguasai teknik senjata kalimah Allah sebagai pokok dan dasar segala ibadat, ini pastilah wajib sekali bagi seluruh kaum Muslimin. Karena kalau tidak dikuasainya, mana mungkin ia dapat menegakkan shalat yang khusuk (shalātul khāsyi’īn), karena hanya kalimah Allah yang Maha Suci yang dapat mensucikan hati sanubari kita dari noda-noda syirik khafi, yang dimasukkan iblis ke dalam diri kita.

Shalat yang tidak khusuk adalah karena sang Iblis laknatullah masih tetap bersarang dalam hati kita. Dengan lain perkataan: Dalam menegakkan shalat, walaupun kita (jasmani) telah disucikan dari segala macam najis, kita (rohani) selalu masih disertai Iblis-laknatullah dalam shalat kita. Sudah jelas shalat yang begini rupa shalat yang tertolak.

Rumus Aljabar:

+ x – = – yang haq (shalat) gandeng yang bathil (iblis) = Bathal; daging kambing campur daging babi, tertolak, naik haji pakai uang curian, uang korupsi, uang judi, uang maksiat, hajinya

tertolak, bathal, membuat mesjid dari uang haram, tertolak (bathal amalannya) malahan mendapat murka lahi, bukan ridha Ilahi (+ x – = -).


(9)

Dan sang iblis ini bukan main saktinya. Coba bayangkan saja, Iblis ialah guru dari Firaun yang sangat sakti, dialah guru Bal’an bin Bal’un yang bukan kepalang saktinya, dialah yang mampu mengalahkan Basisa yang bukan main dahsyat kesaktiannya, dia pulalah yang memperdayakan Adam As, Rasul utama dan Rasul pertama, sehingga terpelanting dari dalam surga.

Ilmunya sangat halus dan tinggi, sehingga ia mampu menyusup ke dalam surga, apalagi menyusup ke dalam hati kita manusia yang lemah, tanpa terasa. Tidak mungkin kita menang melawannya dan tak mungkin kita mampu mengusirnya dari hati kita dengan kalimah Allah buatan kita sendiri, karena kita yang membuat-nya pun tidak ikhlas. Selain sangat sakti dan tak kelihatan karena halusnya, iapun tamatan sekolah tinggi di langit, bukan main pintarnya, sedangkan kita hanya tamatan sekolah di bumi. Belum lagi umurnya, entah sudah berapa ratus ribu tahun.

Bila dibandingkan dengan Iblis, kita adalah sebagai bocah yang masih ingusan dan selalu dapat ditokoh/ ditipunya dengan mudah. Hanya senjata kalimah Allah asli dan tulen dari Allah yang diberikan-Nya, yang harus kita kuasai teknik/cara pendayagunaannya, itulah yang mampu menghancurkan iblis.


(10)

Firman Allah berbunyi:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَشِعُونَ

Qad aflaḥal-mu’minun alladzina hum fi shalātihim khasyli’un

Artinya:

Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang-orang mukmin yang berhati khusyuk dalam Shalatnya“. (QS. Al Mu’minun: 1-2).

Tiada khusyuk berarti tiada menang, dan tiada menang berarti kalah dan orang yang kalah pastilah dijajah, apalagi oleh Iblis musuh bebuyutan itu. Selama ia tidak mampu khusyuk, atau selama ia tidak mampu menguasai cara meng” handling” kalimah Allah yang maha sakti itu, selama itu pulalah ia jadi anak jajahan iblis, dan kalau ini berlarut-larut sampai ke-fisaktaratil maut, alangkah karamnya hidup cucu Adam yang begini rupa. Tidak menang berani kalah, orang kalah pastilah dijajah, apalagi kalah oleh Iblis laknatullah, musuh bebuyutan itu selama-lamanya kita akan dijajahnya, disiksanya, dihajabnya, dianiayanya, diperdayanya, dan akhirnya dijualnya ke neraka, kecuali bila kita mampu menegakkan shalat khusyuk atau sampai kita mampu handling kalimah Allah itu. Begitu kita pandai shalat khusyuk, barulah kita mulai menang (Al Mu’minun ayat 1-2) itu berarti barulah iblis mulai lari, barulah mulai berjaya ucapan kita: A`ūdzu billāhi minasy syaithānir rajīm dalam realitasnya, dalam Haqqul Yakin yang sebenar-benarnya. Kalimah Allah yang disalurkan/yang terbit daripada Allah SWT sendiri, barulah ia tulen/asli/haq/sah dan berjaya, yang kita salurkan via rohani Rasulullah SAW dan via rohani kita sendiri, terus melalui lisan kita, ditujukan pada sasarannya. Barulah maha dahsyat akan hasilnya.

Lihat Rumus Aljabarnya:

Setan, Iblis, Hantu, Jin dan lain-lain ÷ ∞ = 0

∞ = Nama Allah

(∞ = Kalimah Allah asli langsung dari sumbernya dengan potensi tak terhingga).

Coba kita dengar firman Allah yang berbunyi :

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ

wa mā ramaita idz ramaita wa lākinnallāha ramā

Artinya:

“Bukan Engkau (ya Muhammad) yang melontar, memukul, memanah, melainkan Aku (Allah)”. (QS. Al Anfal: 17).

Kesimpulan eksakta: Bukan engkau (ya Muhammad) yang melontar, memukul, memanah, menyebut melainkan Aku (Allah).


(11)

Pengertian daripada ilmu tasauf dan sufi serta rahasia teknis pelaksanaannya yang diuraikan oleh ilmu metafisika eksakta yang harus kita pelajari, kita kuasai dan kita mahirkan, kita raga-sukmakan, yaitu harus ada schakel⁷ antara gerak Allah dengan gerak kita, kira-kira seperti schakel antar putaran mesin mobil dengan roda mobil.

⁷ hubungan

Atau jika mau lebih erat lagi, seperti sebatang pedang di tangan seorang ahli silat yang masyhur dan hebat yang memegang pedang itu, sehingga lawan benar-benar berhadapan dengan pendekar atau jagoan yang tak terkalahkan, yang memegang dan mengendalikan pedang itu sendiri. Dapat diperkirakan, bahwa semua lawan akan terbabat habis. Apalagi kalimah Allah yang tulen, yang haq, yang disalurkan dari sumber aslinya. Belum lagi ia sampai pada sasarannya, radiasi-Nya/sinar-Nya/nur-Nya sajapun sudah memusnahkan segala lawan, segala setan, segala bencana, segala huru-hara, segala yang onar-onar di dalam dan di luar diri kita, dan dapat pula ditujukan dalam segi positifnya pada diri di sekeliling kita, pada diri kampung halaman kita, dan pada diri negara kita dan akhirnya dapat pula ditujukan energi yang maha hebat tersebut pada dunia kita, bahkan pada seluruh jagad ini, sehingga kiamat dunia dan kiamat jagad ini sekalipun dapat dibendung dan dicegah, apalagi bencana alam, galudo, gempa bumi dan lain-lain malapetaka, semuanya sudah pasti dan jelas dapat dihindarkan dan akhirnya dapat dibatalkan sama sekali, ditahan oleh energi tak terhingga dari kalimah Allah yang maha dahsyat itu, yang dijolok turun dengan pelaksanaan teknis daripada handling (pengalaman) kalimah Allah, ilmu mana terletak dalam bidang tasauf dan sufi, yang teknis pelaksanaannya diuraikan secara ilmiah oleh ilmu metafisika eksakta yang hipermodern.

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ

La taqūmus sa’atu hattā lā yuqāla fil ardhi allahu allah

Artinya:

“Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi Allah, Allah” (HR. Muslim)

⁸ Muslim, Shahīh, h. 78

Tentu saja yang dimaksud dengan orang yang membaca Allah Allah, ialah hamba-hamba Allah seperti yang tersebut di atas, yaitu manusia-manusia pilihan/master-master specialis atau teknokrat- teknokrat yang menguasai ilmu teknik kalimah Allah atau yang menguasai ilmu fisika di alam meta Yang Maha Akbar (Alam KeTuhanan).

Lihat rumus Aljabar:

Ancaman + Bencana Alam + Kiamat Dunia + Kiamat Jagad Raya ÷ ∞ = 0

∞ = Kalimah Allah asli yang maha dahsyat, dengan penuh potensi-potensi tak terhingga, yang setiap saat “standby”/ siap sedia untuk diterjunkan dan disalurkan melalui saluran haqnya dan ditujukan terhadap sasaran-sasarannya, jika dijolok turun oleh para master-master specialist. Teknokrat-teknokrat ahli fisika di alam meta (alam Ketuhanan).

Menurut istilah tradisionalnya jika didoakan oleh para kekasih-kekasih Allah, para Rasul, para Aulia, para Rijalullah (laki-laki Allah, pahlawan-pahlawan Allah) yang perkasa, maka turunlah perlindungan Allah dari sifat Rahman dan RahimNya. Kalimah Allah yang di handling, diamalkan, atau menurut istilah tradisionalnya dido’akan dengan khyusuk, kalimah Allah yang demikian, mempunyai daya hancur, daya energi yang maha dahsyat yang tak terhingga. Ia tidak terkungkung pada jarak dan waktu, karena jarak dan waktu, lenyap dengan potensi yang tak terhingga (∞), karena potensi kalimah Allah mempunyai aksi radius yang tak terhingga (∞) ke segala jurusan dan segala masa dan zaman, sampai-sampai dapat tembus ke akhirat. Sebelum dunia dan sesudah dunia diciptakan. sebelum alam semesta diciptakan dan sesudah alam semesta dilenyapkan. Kalimah Allah tetap jaya, karena ia tak bercerai dengan yang punya nama ialah Zat Yang Maha-Maha Segala.

Waktu ÷ ∞ = 0
Neraka ÷ ∞ = 0

Alangkah bahagianya kaum Mufarridun9 yang mendapat kurnia Ilahi yaitu mampu beserta nama Allah sepanjang masa dari dunia sampai ke akhirat. Betapa dahsyat kalimah Allah yang begini rupa, yang dipusakakan Allah pada para Khalifah-Nya yaitu para Rasul, para Anbia, para aulia, para sholihin, shiddiqin, para syuhada, para Mukmin sejati dan para Mujaddid10 yang menguasai ilmu metode pelaksanaan teknisnya secara ilmul, ainal dan haqqul yakin. Allahu Akbar.

9 kaum yang banyak berzikir
10 pembaharu



(12)

Sudah jelas yang mempusakai ini bukan jasmani kita (termasuk otak, fikiran-fikiran dan lain-lain) tetapi roh kita. Roh kita adalah kita juga. Di dunia, sekarang ini ia ada beserta dengan jasmani kita nanti pada sakaratul maut ia bercerai dengan jasmani kita, masing-masing kembali pula asalnya. Kalau jasad kembali pada tanah karena isi dan asalnya adalah dari tanah, roh kita ini kemana ia kembali. Apakah selama ini, isinya, substansinya, berisi kalimah Allah asli? Jika begitu sudah jelas ia pasti kembali pada Allah SWT, karena dalam hidupnya sudah, selalu, senantiasa ia beserta dengan Allah itu.

Hadis Qudsi:

قَاْلى الله تَعَالَى: لَمْ يَسَعْنِيْ أَرْضِيْ وَلَا سَمَاءِ وَوَسِعَنِي قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنُ الَّيِّنُ الْوَادِعُ¹¹

Qālallāhu ta`ālā: Lam yasa’nī ardhi wa lā samā-ī wa wasi’anī qalbu ‘abdil mu’minul layyinul wādi`

Artinya:

“Allah Ta’ala berfirman: Tak dapat memuat zat-Ku, bumi dan langitKu, yang dapat memuat zat-Ku ialah hati hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang” (HR. Muhammad al-Ghazi).

¹¹ Najmuddin Muhammad bin Muhammad al-Ghazi, Itqān Mā Yuhsin Min al Akhbar ad Dairah ‘alā alSunna (Cairo: al Fāruq Al-Haditsah li ath-Thabā’at wan Nasyr), Jilid I, hal. 515

Ia tidak masuk surga lagi, karena sejak di dunia ia sudah masuk, sudah berada di dalam surga sesuai sabda Rasulullah “Siapa yang di dunia sudah masuk surga, di akhirat ia tak masuk lagi” (yang sudah di dalam, tentu tak masuk lagi ke dalam, mereka yang di luarlah yang masuk).

Surga hakiki ialah beserta dengan Allah.

Roh yang senantiasa beserta dengan nama-Nya di dunia, maka roh yang demikian adalah sangatlah sucinya, karena Allah selalu menyertainya, sejak dari dunia semasa ia masih hidup berdampingan dengan jasmaninya.

Allah yang di akhirat adalah sama juga dengan Allah yang di dunia dan roh kita yang di dunia, adalah sama dengan roh kita yang di akhirat, memang roh kita yang di dunia itulah yang menyeberang ke akhirat kelak, dan roh kita itulah sejak dari dunia ini, yang harus diajar menyertai Allah dalam gabungannya dengan roh Rasulullah SAW sehingga pastilah roh kita itu beserta dengan nama Allah yang Wajibul Wujud¹², karena senantiasa bersama-sama bahkan selalu bersatu, bergabung, berimam-imam tahkik dengan roh Rasulullah SAW yang tidak berdinding dengan Allah SWT.

¹² wujud yang pasti

Usaha menggabungkan roh kita dengan roh Rasulullah, menyertakannya, tidaklah merupakan suatu dosa atau suatu kesalahan, sekali-kali tidak.

Bahkan suatu kehormatan yang tak dapat dinilai tingginya, suatu pekerjaan yang sangat perlu sekali dilaksanakan, agar roh kita dapat bersujud dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya, bersama-sama, berimam-imam tahkik dengan roh Rasulullah yang khalis mukhlisin, sebagai tanda abdi kita yang setinggi-tingginya dan suci murni terhadap Al-Malikul Mulki yang Wahdahu Lā syarīkalah (inilah Shalat yang muntahi, Shalat ihsan, Shalat Ashshalātul mi’rājul mu’minīn).

Sebagai gambaran kita lukiskan di bawah ini secara eksak:

I. Jasmani berisikan darah, daging (asal dari tanah) ➜ Kembali ke tanah, jika meninggal dunia (jika terpisah dengan roh)

II. Balon berisi penuh dengan CO² gas (lebih berat dari udara) ➜ Balon ini jika dilepas dari tangan tetap duduk, balon tak dapat naik ke udara karena berat jenis CO² gas lebih berat dari

III. Balon berisi penuh dengan Hydrogen (H²) gas yang teringan di antara semua gas. Jika dilepas akan terbang menuju ke angkasa raya, dan baru berhenti di tempat yang teratas di alam “Stratosfer” di mana alam kelilingnya hanya ada H², kemana saja sang balon “memandang” di luar dan di dalamnya di situ hanya ada gas H²

IV. Muatan Hati*
Isi Roh : Kalimah اللله

*Tak dapat memuat Zat-Ku, Bumi dan Langit-Ku, yang dapat memuat zat-Ku ialah Hati/Roh hamba-Ku yang mukmin, lunak (suci) dan tenang.

Roh yang demikian (IV), jika telah dilepas dari Jasmaninya, ia akan terbang langsung ke alam kalimah Allah secara kilat dengan kecepatan tak terhingga (∞), bersama-sama dengan roh Rasulullah, yang telah dilazimkan berada bersamanya (berimam/beserta) sejak dari dunia dan ia hanya berhenti pada alam kalimah tak terhingga (∞); sang roh memandang ke luar dan ke dalam hanya ada kalimah Allah saja yang kelihatan. Sang roh berucap: Allahu Akbar, sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ

fa ainamā tuwallū fa tsamma waj-hullāh

Artinya:

“Barang kemana saja kamu memandang di situlah wajah Allah” (QS. Al-Baqarah : 115)

Sang roh telah tiba di surga, tanpa jasmani, untuk selama-lamanya.

Hadis Qudsi:

مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ¹³

Man kāna akhiru kalāmihi la ilaha illallahu dakhalal jannah

Artinya:

“Barang siapa yang pada akhir katanya La ilaha illallah, masuklah ia ke dalam surga” (HR. Abu Dawud)

¹³ Imām Abī Daud, Sunan Abī Daud (Beirut: Dār al Risālah al ‘Ālāmiāh, 2009), Jilid V, hal. 34

Sewaktu di dunia, roh yang seperti itu, selalu juga tiba di surga (beserta dengan Allah) karena telah dibiasakannya selalu berzikrullah dalam keadaan bersatu dengan roh Rasulullah, tetapi kemudian selalu pula kembali lagi ke dunia, karena belum tiba waktunya untuk pergi selama-lamanya, berhubung masih ada tugas daripada Allah untuk dunia.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَلَمِينَ

Qul inna shalātī wa nusukī wa mahyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn

Artinya:

“Katakanlah! Sesungguhnya shalatku dan segala ibadatku dan hidup matiku bagi Allah Tuhan sekalian alam” (QS.Al- An’aam : 162).


(13)

Kembali kita pada soal menyebut kalimah Allah. Rupanya bukan main sulitnya menyebut dan menyalurkan kalimah Allah itu secara yang sebenar-benarnya sehingga mampu menghancurkan sasaran-sasarannya, kalau hanya untuk menyebutnya saja orang kafir pun dapat melakukannya dengan mudah, tetapi sekedar hanya untuk menyebut bunyinya saja. Tenaga tak terhingga (∞) alam metafisika ketuhanan itu yang benar-benar harus/wajib mampu dihadirkan dan dimunculkan, barulah sang iblis lari. Kalau tidak, ia tidak akan lari bahkan kita yang akan dihajarnya terus menerus habis-habisan.

Agar supaya tenaga tak terhingga (∞) itu hadir, kita harus mendapatkan frekuensinya lebih dahulu, yang hanya dapat diperoleh dalam dada (rohani=hati) para Rasul, karena disitu ditanamkAn-Nur Ilahi, ke situ pulalah harus kita hubungkan rohani kita, kita masukkan, kita satukan, kita lebur rohani kita, baru roh kita mendapat frekuensi yang tak terhingga (∞), karena roh kita telah bersatu dengan roh sang Rasul. Kalau ini sudah dapat terlaksana berarti saluran telah dipasang, baru automatis mengalir energi-energi dari ayat-ayat Allah, antara lain energi A’ūdzu billāhi minasy syaithanir rajim dan kita pun ikut membonceng menyebutnya, jadi bukan kita yang memproduksinya sendiri, walaupun pada zahirnya kelihatan dan kedengaran keluarnya sama saja dengan ucapan-ucapan orang-orang awam lainnya.

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى

wa mā ramaita idz ramaita wa lākinnallāha ramā

Artinya:

“Dan waktu kamu melempar itu sebenarnya bukan kamu yang melakukannya,tetapi Allah jualah” (QS. Al-Anfal : 17).

Kesimpulan eksakta: Bukan Engkau (Ya Muhammad) yang melontar, memukul, memanah, menyebut melainkan Aku (Allah).


(14)

Di Zaman teknologi modern sudah begitu memuncak, agama yang mengandung unsur ilmu ketuhanan yang maha dahsyat, sudah waktunya wajib diuraikan dan dijabarkan pula secara teknis ilmiah seperti tersebut di atas, dan harus mampu pula menonjolkan kemaha superior-an dari Ketuhanan itu sendiri. Ilmu Tuhan adalah Maha Superior, Maha Unggul dan harus berada di atas segala ilmu alam mana sajapun. Tidak mungkin Tuhan kalah terhadap ilmu alam yang diciptakan-Nya sendiri.

كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

Kataballāhu la`aghlibanna ana wa rusulī, innallāha qawiyyun ‘azīz

Artinya:

“Allah telah menetapkan bahwa tiada kamus kalah bagi-Ku dan Rasul-Rasul-Ku. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Gagah.” (QS. Al-Mujadilah : 21)

Hanya saja karena manusia hanya memupuk dan mendalami serta meningkatkan teknik daripada ilmu alam belaka, sedangkan para ahli agama, tidak mampu, tidak biasa, dan tidak mengerti bahkan tidak faham dan asing baginya sama sekali untuk memupuk atau mendalami, apalagi meningkatkan teknik daripada ilmu Ketuhanan yang maha dahsyat, sehingga ilmu teknik Ketuhanan (tasauf dan sufi) tidak berkembang dan tercecer atau ketinggalan jauh sekali di belakang, sehingga agama lambat laun kehilangan keramatnya.

Pemeluk agama sendiri mulai bimbang, atau mulai kehilangan kepercayaannya pada agama, mereka mulai dihinggapi rasa cemas, panik, gelisah akan huru-hara,takut dan khawatir dalam hidup. Mereka cari pegangan lain dan berjuang di bidang materi semata-mata, sehingga terbitlah suasana gontok-gontokan dan lain-lain yang negativ dan kurang sehat seperti hal tersebut di atas tadi, atau yang kurang imannya lari kepada alam kebathinan yang bathil.

Di sini pulalah kesyukuran kita yang sebesar-besarnya pada Allah SWT, karena Ilmu metafisika eksakta ternyata mampu sepenuhnya dengan gilang-gemilang mengimbangi, bahkan mengungguli kehebatan-kehebatan teknik daripada teknologi modern. Sehingga perhatian dari puluhan ribu kaum cendekiawan Muslim di dalam dan di luar negeri tertarik kembali akan bukti-bukti kebesaran agama, yang diuraikan secara teori dan praktek, atas dasar ilmu eksakta yang tak dapat ditolak akan kebenarannya. Hal ini meyakinkan dan mengagumkan akan kemaha ilmiahan dari Al-Islam mulia raya, karena antara lain mengungkapkan: Hukum-hukum kemenangan yang mutlak dari hidup dan kehidupan seorang Mukmin sejati dari dunia sampai ke akhirat, di mana sajapun ia berada dan terhadap lawan manapun ia pasti akan menang.

Ilmu metafisika mengungkapkan, bahwa dalam diri pribadi seorang Mukmin yang perkasa, berada tersembunyi, atau ia beserta dengan suatu tenaga oer atom yang maha dahsyat, dan tak terhingga, yang hanya dapat dijolok keluar/dimunculkan dengan mengamalkan Firman-firman Allah dan AlHadis yang terletak dalam hukum-hukum pada bidang tasauf dan sufi dengan memakai suatu metode yang halus dan hebat dalam Al-Qur’an yang selama ini tersembunyi/tersuruk bagi si awam Islam sendiri, justru karena halusnya dan tingginya.

Kita jangan lupa, bahwa di dalam lapisan sebelah dalam dari jalan agung yang dimasyhurkan dengan nama shirathal mustaqim, berada jalan yang sangat halus dan sangat suci, langsung menuju zat yang Maha Suci dan Maha Halus, yaitu Maha Raja Diraja Bumi dan Langit, Al-Malikul Mulki, yang Maha Agung, Maha Perkasa, yang wahdahu la syarikalah.¹⁴

¹⁴ Maha Esa tidak ada yang bersyarikat baginya


(15)

Metode yang halus dan dalam seperti yang dimaksud di atas, itulah antara lain yang diuraikan oleh Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta, secara ilmiah, atas dasar teknologi modern dan atas dasar hukum-hukum eksakta, sehingga benar-benar mengagumkan akan ke-ilmiahan dari Al-Islam mulia raya,dan sekaligus membukakan pula tabir rahasia ke-Maha Dahsyatan energi kalimah Allah. yang kita agung-agungkan sepanjang masa, yang mampu melebur gunung, dosa, iblis, setan dan jagad ini, jika perlu. Bahkan juga sebaliknya, mampu pula menghindarkan, menyingkirkan, membatalkan malapetaka alam, bencana alam, bahkan mampu menahan terjadinya kiamat dunia dan kiamat jagad ini sekalipun. Allahu Akbar.


(16)

Di bawah ini kita akan baca beberapa ayat Al-Qur’an dan AlHadis yang mengkiaskan kehebatan seorang Mukmin yang selalu disertai tenaga Oer atom yang maha dahsyat itu, agar saudara-saudaraku kaum Muslimin dapat berpikir dan merenungkannya serta dapat memanfaatkannya untuk kemenangan hidup dunia akhirat dalam segala sektor kehidupan.

1.

قَاللَّهُ تعَالى: لَمْ يَسَعْنِي أَرْضِيْ وَلَا سَمَاء وَوَسِعَنِي قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنُ الَّيِّنُ الْوَادِعُ¹⁵

Qâlallâhu ta’âlâ: lam yasa’nî ardhi wa lâ samâ-i wawasi’anî qalbu `abdî almu’minul layyinul wâdi’

Artinya:

Allah Ta’ala berfirman, tak dapat memuat zat-Ku, bumi dan langit-Ku yang dapat memuat Zat-Ku, ialah hati hamba-Ku yang Mukmin lunak dan tenang” (HR. al-Ghazi)

Kesimpulan:
Dalam kalbu seorang Mukmin, berada tenaga oer atom yang maha dahsyat yang ia harus pandai /mampu mencari metode/caranya untuk mengeluarkan dan memanfaatkannya.

¹⁵ Muhammad al-Ghazi, Itqân, hal.515

2.

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

wa nahnu aqrabu ilaihi min hablil-warīd

Artinya:

Dan Kami lebih hampir kepadanya daripada kedua urat lehernya”(QS. Qaf ayat 16).

Kesimpulan:
Tenaga dahsyat itu sangat hampir pada sang Mukmin, sayang ia tak mengerti cara pelaksanaan teknis.

untuk memanfaatkannya. la percaya tetapi tak dapat menghasilkannya. Sayang seribu kali sayang. Maka oleh sebab itu, ia tetap kalah dalam perjuangan hidupnya terhadap lawannya (iblis).

3.

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ

wa huwa ma’akum aina mā kuntum

Artinya:

Dia beserta kamu di mana kamu berada “(QS. al-Hadid: 4).

Kesimpulan: Sang Mukmin selalu rupanya beserta dengan Yang Maha kaya, Maha Segalanya, kenapa kita tetap menderita, karena barangkali belum benar Mukmin kita.

4.

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

Wa may yuthi’illāha war-rasūla fa ulā`ika ma’alladzīna an’amallahu ‘alaihim minan-nabiyyīna wash-shiddīqīna wasy-syuhadā` i wash-shālihin, wa hasuna ulā`ika rafiqā

Artinya:

“Barang siapa mentaati Allah dan Rasul, maka mereka itu bersama-sama dalam deretan orang-orang yang diberikan Allah Kurnia kepada mereka yaitu Nabi-Nabi, orang-orang yang benar, orang-orang syahid dan orang-orang yang saleh. Adalah sebaik-baiknya bersahabat dengan mereka.” (QS. Annisa’ : 69).

Komentar: Bersahabat dalam arti bukan saja semasa hidup di dunia yaitu antara jasmani dengan jasmani, tetapi yang lebih penting yang selalu dilupakan, adalah bersahabat antara rohani dengan rohani, yang merupakan persahabatan yang tidak akan bercerai-cerai dan akan tetap bersahabat, walaupun mungkin yang seorang telah mendahului berpulang ke alam baka dan telah menjadi penghuni Surga pada sisi Allah SWT. Karena mereka yang sederetan duduknya dengan para Nabi, syuhada, shalihin, pastilah pada akhir katanya tak mungkin lupa menyebut/mengingat akan Allah, karena selama hayatnya di dunia, zikrullah itu telah dilatihnya sedemikian rupa, sebanyakbanyaknya dan tak henti-hentinya/istiqamah dengan methode yang tepat, sehingga zikrullah itu telah meraga sukma dalam dirinya, tembus hingga ke alam di bawah sadar dan alam di atas sadarnya.

Sesuai Hadis Qudsi:

مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ¹⁶

Man kāna akhiru kalāmihi lā ilāha ilallāhu dakhalal jannah

Artinya:

“Barangsiapa yang pada akhir katanya Lāilāha illallāh, masuklah ia ke dalam surga.” (HR. Abu Daud).

¹⁶ Imām Abī Daud, Sunan Abī Daud (Beirut: Dār al Risālah al-‘ālamīah, 2009), Jilid V, hal. 34

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

wa’lamū annallāha ma’al-muttaqīn

Artinya:

“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang taqwa” (QS. Attaubah:36).

Kesimpulan:

1. Besertalah selalu dengan orang taqwa, karena Allah beserta dia.

2. Orang taqwa selalu dipelihara Allah dari segala bala dan bencana.

3. Kalau kita masih kalang kabut, tandanya kita belum taqwa, belum disertai Allah.

5. Al-Hikam menyebutkan, dalam sebuah hadis qudsi Allah bersabda : Para Wali-Ku di bawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan taufiq hidayah-Nya. Supaya ia langsung juga mengenal kepada Allah dan kebesaran-Nya yang diberikan kepada seorang manusia yang dikehendaki-Nya.

6. Dalam Al-Hikam diceritakan pula: “Sahl bin Abdullah ketika ditanya oleh muridnya: Bagaimanakah mengenal Waliyullah itu? Jawabnya: Allah tidak memperkenalkan mereka, kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka.

(yakni untuk mengenal dan mendekat kepada Allah). Rahmat kebijaksanaan Allah telah menetapkan para Wali itu dengan hijab basyariyah (kebiasaan manusia).

Komentar: Dalam ilmu Sifat 20 ada tertulis: “Harus” Rasulullah itu bersifat manusia, dengan tidak mengurangkan martabatnya yang maha tinggi (Syaikh Thohir bin Saleh Aljazairi Al-Jawahirul Kalamiyyah terjemahan Dja’far Amir, Penerbit Raja Murah Pekalongan, halaman 59-60).

7.

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ أَذَنْتُهُ بِاالْحَرْبِ¹⁷

Man ‘adali waliyyan faqad adzantuhu bil harbi

Artinya:

Barangsiapa yang memusuhi penolong-Ku (Wali-Ku) akan Ku nyatakan perang kepadanya” (HR. Bukhari No.6021)

Kesimpulan: Allah yang Maha hebat, bersiap-siap perang, kalau Wali-nya diserang.

¹⁷ Abi ‘Abdullah Muhammad bin Isma’il al Bukhari, Shāhih al Bukhari (Damascus: Dar Ibn Katsir, 2002), hal.1617.

8.

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى

wa mā ramaita idz ramaita wa lākinnallāha ramā

Artinya:

“Bukan Engkau (ya Muhammad) yang melontar / memukul / memanah, melainkan Aku (Allah)” (QS. al-Anfal : 17)

Kesimpulan: Allah yang berperang melawan musuh Aulia-Nya.

9.

فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ج

fa ainamā tuwallū fa tsamma waj-hullāh

Artinya:

“Kemana saja kamu menghadap maka di sana lah wajah Allah”(QS.Al-Baqarah:115)

Kesimpulan: Allah menempatkan kekasih-kekasih-Nya dalam kapsul/sangkar/benteng yang di luar dan di dalam dijaga dengan Nama-Nya.

10.

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

lā tahzan innallāha ma’anā

Artinya:

“Jangan takut jangan berduka cita bahwa sesungguhnya Allah beserta kita”(QS. At-Taubah : 40)

Kesimpulan: Benar-benar tak perlu takut dan cemas, jika kita adalah orang yang taqwa/mukmin. Kita yang Taqwa, tetap dijaga dan dipelihara Allah.

11.

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا . وَإَنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ ¹⁸

Innalāha ta’ala qala: Man ‘adali waliyyan faqad ādzantuhu bil harbi wa mā taqarraba ‘abdi bisyai-in ahabba ilayya mimmaftaradhtuhu ‘alaihi wa māyazalu ‘abdi yataqarrabu ilayya binnawāfili hattā uhibbahū fa idza ahbabtuhū kuntu sam’ahū alladzī yasma’u bihī wa basharahul ladzī yubshiru bihī wa yadahullatī yabthisyu bihā wa rijlatullatī yamsyī bihā wa in sa-alanī lau’thiyannahu wa lainista’adzani la-u’idzanah

Artinya:

“Barang siapa yang memusuhi seseorang penolongKu, Aku mengumumkan perang kepada-Nya, dan apabila hamba-hambaku menghampirkan diri kepada-Ku dengan sesuatu amalan tanda ia lebih kasih kepada-Ku, daripada hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Kuwajibkan atasnya. Kemudian itu ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan amalan yang nawafil (yang baik) hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar dan Akulah penglihatannya bila ia melihat dan adalah Aku tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu) dan adalah Aku kakinya bila ia berjalan, jika ia memohon niscaya Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan pastilah Aku lindungi dia”

¹⁸ al-Bukhārī, Shāḥīḥ, hal. 1617



(17)

Segala macam Ayat dan Hadis tersebut di atas, selama ini kiranya sudah pernah kita ketahui semuanya, karena dapat dibaca dalam Al-Qur’an dan buku-buku Hadis, tetapi tak pernah atau tidak secara serius, terlintas pada kita untuk mendalaminya dan memanfaatkannya karena kurang mengerti akan bagaimana cara mempraktekkannya. Tak pernah ada gurunya atau guru besarnya yang mampu mengajarkan pelaksanaan teknis daripada prakteknya.

Tibalah saatnya sekarang ini, setelah berpuluh-puluh tahun, lebih dari 35 tahun terus menerus dengan seksama, diadakan riset, secara kontinu, terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan AlHadis atas dasar tasauf dan Sufi Islam dan ilmu eksakta baru sejak itulah metafisika eksakta mulai berkembang. Ilmu ini mampu menguraikan hukum-hukum sufi dalam Islam secara ilmiah eksakta, sehingga ayat-ayat dan hadis tersebut dapat berbuah atau ber-pahala nyata. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis tersebut harus telah mampu menjadi kenyataan-kenyataan kemenangan yang harus telah dapat nyata kelihatan dan terasa, sejak dalam hidup ini di dunia, dan yang pasti akan berkelanjutan terus sampai ke akhirat, karena berdasarkan hukum-hukum yang benar-benar absolut benar dan oleh karenanya berlaku di alam mana saja pun, karena kalimah Allah, di alam mana saja pun dapat berbuah dan berhasil sukses dengan gilang-gemilang, jika diamalkan, asal saja kita mampu memenuhi segala rukun dan syaratnya, zahir dan bathin, fisik dan metafisiknya.

Ia pasti akan berhasil dengan gilang gemilang dan mengagumkan. ilmu metafisika eksakta menunjukkan metodenya yang tersimpan dalam Ilmu tasauf dan sufi Islam secara tepat dan jitu sekali, sangat eksak, sehingga tak mungkin dapat dibantah oleh siapa pun, baik dalam teori, maupun dalam prakteknya, yang mengagumkan para cendekiawan Islam di seluruh dunia, terutama para ahli ilmu eksakta sendiri, karena merekalah yang lebih mengerti akan hukum-hukum eksakta, walaupun ia bukan seorang Muslim.

Ucapan-ucapan para rasul dapat diuraikan secara eksak, dan sekaligus ilmu metafisika menunjukkan cara pelaksanaan teknisnya, bagaimana metodenya, agar dapat mewarisi semua hasil-hasil pahala-pahala yang tertuang nyata dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan AlHadis tersebut di atas. Dan metode itu ternyata ada dalam Al-Qur’an dan AlHadis dengan jelasnya.

Kesimpulan: ilmu metafisika eksakta Islam mengangkat dan membuktikan, bahwa Allslam mulia raya adalah benar-benar agama yang maha ilmiah dan maha eksak, serta maha tinggi.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَمُ

Innad-dīna ‘indallāhil-islām

Artinya:

“Sesungguhnya agama pada sisi Allah adalah Islam” (QS. Ali Imran ayat 19).

Hadis:

الْإِسْلَامُ يَعْلُوْا وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ¹⁹

Al-islāmu ya’lū wa lā yu’la ‘alaihi

Artinya:

“Islam adalah sangat tinggi, tiada yang dapat melebihinya” (HR. Ruyani No.783)

Di sini nyata kembali kehebatan ilmu kerohanian dan metafisika eksakta.

¹⁹ Abū Bakr Muhammad bin Hārūn ar Rūyāni, Musnad Ar Rūyāni (Cairo: Muasasah Qurthubah, 1995), Jilid II, hal. 38

(18)

Di bawah ini kami perinci beberapa hasil-hasil dari kehebatan-kehebatan ilmu kerohanian dan metafisika eksakta sebagai contoh-contoh:

1. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berhasil dengan gemilang mengangkat harkat agama Islam, dari agama yang dianggap kolot dan dogmatis, menjadi agama Ilmiah yang super modern dalam segala bidang, di forum ilmiah internasional, sebagai agama ciptaan Allah SWT, yang Maha Sempurna, sepanjang masa, dalam segala liku-likunya dan lapisan-lapisannya dan sebagai agama yang mengandung ilmu dan energi yang maha dahsyat.

2. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berhasil menunjukkan dalam teori dan praktek, bahwa Allslam bukanlah semata-mata agama untuk ibadat atau untuk suluk-suluk/beramal-beramal saja di mesjid-mesjid atau langgar-langgar, tetapi Islam menunjukkan hukum-hukum kemenangan hidup yang absolut, yang tak terkalahkan di zaman perang dan di zaman damai, di dunia dan akhirat.

3. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berhasil menunjukkan, bahwa dalam Allslam berada senjata maha ampuh, modal yang tak habis-habisnya, rezeki yang tak kering-keringnya, yang semuanya tak lekang-lekangnya dari si pemeluk Agama itu (Mukmin sejati, khalifah Allah); bahkan Islam ada menyimpan dua surga satu di dunia dan satu lagi di akhirat, yang tidak ada huru hara, karena tidak mampu menembus benteng kapsul Kalimah Allah yang mana keras, bahkan mampu memadamkan api huru hara yang sedang berkecamuk dalam kehidupan manusia (the blowing, out of the fires). Sesuai dengan ucapan Rasul:


بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئََّا مَا فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ²⁰

Bismillahil ladzī lā yadhurru ma’asmihi syai-un mā fil ardhi wa lā fis samā-i

Artinya:

“Atas nama Allah, yang tidak memberi mudharat apa-apa yang di langit dan di bumi ialah bagi orang yang beserta dengan nama-Nya.”

(HR. Abu Daud No.5088, Tirmizi No.3388, Nasa-i No.9843, Ibnu Majah No.3869, Ahmad No.446).

²⁰ Daud, Sūnan, h.419.

4. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berhasil membersihkan jiwa manusia dari syirik nyata dan syirik khafi (tersembunyi), sehingga berdiri shalatul khāsyiin yang sangat indah permai dan damai, penuh nikmat dan kurnia Ilahi.

5. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berjasa dalam memberantas aliran-aliran kebatinan yang bathil dan thariqat-thariqat yang menyeleweng dari rel Agama yang sering dijumpai di kampung-kampung dan di segala benua, sehingga selama berpuluh-puluh lama telah merusak nama harum dan citra ilmu tasauf dan sufi Islam di mata dunia dan di mata ahli fiqih, kaum Muslimin sendiri, ilmu yang begitu agung, luhur, halus, tinggi, murni dan suci serta mulia dan ilmiah, tetapi juga maha dahsyat.

Hanya ilmu tasauf dan sufi Islam yang berintikan kalimah maha sakti, yang super-aktif, yang mampu sebagai pahlawan dan bhayangkara agama, diterjunkan ke lapangan untuk menghadapi segala macam kekuatan-kekuatan Allblis dan antek- anteknya dan segala macam kekuatan ilmu aliran kebatinan apa saja pun, karena ilmu tasauf dan sufi Islam, mampu menyalurkan melalui saluran haq-nya, yaitu isi dada Rasulullah SAW, energi dari alam metafisika ketuhanan yang maha dahsyat, untuk dihadapkan pada lawan yang bagaimanapun tangguhnya, pasti akan hancur luluh.

Ayat Al-Qur’an:

لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ

Lau anzalnā hādzal-qur’āna ‘alā jabalil lara`aitahū khāsyi’am mutashaddi’am min khasy-yatillāh

Artinya:

“Andaikata Al-Qur’an itu Kami turunkan di atas sebuah gunung akan kamu lihat gunung itu tunduk dan pecah berantakan demi takutnya kepada Allah” (QS. Al-Hasyr : 21).

Komentar dan konklusi eksakta (dari Al-Hasyr : 21)

( I )

Jelas Firman Allah berbunyi : “Andaikata Al-Qur’an ini Kami turunkan…

Jadi jelas bukan kamu, atau engkau atau kita, atau manusia mana saja pun, bukan. Tetapi Kami/Aku/Allah yang menurunkan Al-Qur’an, bukan kamu; (Aku yang menyebut, bukan kamu; Aku yang menujukan bukan kamu), Al-Qur’an-Ku, yang isinya ayat-ayatKu (yang Aku, bukan kamu, yang sebut) atau Kalimah-kalimah-Ku (yang Aku bukan kamu, yang sebut) dan Aku, bukan kamu, yang tujukan pada sasaran-sasarannya, maka jelas musnahlah sasaran-sasaran itu jadi abu dan hilang Ienyap (seperti gelap gulita pasti hilang lenyap diusir oleh sinar cahaya matahari yang cemerlang dan gilang gemilang). Dan ini adalah Wet Aku, Iradat-Ku dan Qodrat-Ku yang mutlak, absolut dan abadi.

Penjelasan:

Qur’an-Ku, bukan Qur’an-mu, Qur’an-Ku adalah perkataan-Ku, Ia adalah sabda-Ku, titah-Ku, perintah-Ku, Iradat-Ku, Qodrat-Ku, Kalimah-Ku. Ia adalah suara-Ku (lihat selanjutnya ilustrasi), tidak berhuruf bersuara, mengandung getaran-getaran maha ultrasonoor, maha dahsyat, yang dalam sedetik saja, mampu menciptakan apa-apa yang Aku hendak ciptakan, dengan hanya menyebut “Kun fayakun” maka seluruh kekuatan jagad ini bergerak untuk mengujudkannya. Sebaliknya suaraku, yang tidak berhuruf bersuara itu juga, dapat pula memusnahkan segala-galanya dalam jagad ini, jika aku kehendaki, hanya dalam sedetik saja juga. Arti “Aku” di sini adalah Allah dan arti “engkau” atau “mu”, adalah manusia (kita).

Qur’an-mu, adalah sebuah kitab, yang terdiri dari kertas dan dawat (yang sudah jelas tidak akan mampu menghancurkan sepotong papan dalam lemari tempat ia diletakkan), tetapi memang adalah sebuah kitab yang sangat tinggi nilainya, karena isinya adalah menunjukkan dan menggambarkan akan kebesaran-Ku, agar engkau mengabdikan dirimu pada-Ku, untuk keselamatanmu sendiri dunia akhirat dan akhirnya mencintai-Ku dan Rasul-Ku dengan sepenuh hatimu. Sebagai ilustrasi:

Dalam ilmu silat Tiongkok kuno ada juga disebut-sebut senjata hebat dari suara getaran tinggi (digerakkan dalam ether) yang mampu dikeluarkan oleh seorang ahli silat sakti, yang disebut Khikang, yang mampu merobohkan puluhan lawan sekaligus dengan jantung putus, atau otak berdarah, karena organ-organ halus tersebut tak mampu mengikuti getaran-getaran ether yang dahsyat itu, hingga berantakan (putus-putus ataupun pecah-pecah tali-talinya).

Untuk melawannya ialah dengan membentengi diri dengan Kalimah Allah, yang disalurkan, jangan yang “diproduksi” diri sendiri. Itu sebabnya selalu kita dengar di Jawa dan di Sumatera, masih banyak orang-orang Islam, bahkan pemimpin-pemimpinnya, yang masih dapat kena (disantet/sihir/teluh) oleh lawan-lawannya dari golongan ahli kebatinan negatif.


( II )

Dan karena selama ini Firman Allah semuanya selalu senantiasa turun ke dunia melalui saluran-Nya atau komputer-Nya yang maha sempurna, yaitu rohani para Rasul yang Khalis Mukhlisin (yang masih bersatu dengan jasmaninya pada waktu itu), maka pedoman bagi kita orang mukmin ialah, jika datangnya dari pada para Rasul adalah sama dengan datangnya daripada Allah sendiri. Maka oleh sebab itu tidak ada lain jalan bagi kita untuk mempusakai/memiliki apa yang dimiliki rohani para rasul tersebut, ialah melanjutkan menyambung tali Allah, yang langsung menyalurkan suara Allah itu via rohani para Rasul terus pada rohani kita sendiri, agar rohani kita tersebut berfungsi pula sebagai saluran lanjutan dari tali Allah yang Maha Dahsyat dan Maha Keramat (sudah jelas, sesudah rohani kita tersebut ditempa, dilebur, dimurnikan pula lebih dahulu dalam kancah/tungku zikrullah berkali-kali, bertubi-tubi, bertahun-tahun, istiqamah terus-menerus, hingga akhirnya khalis mukhlisin khawas lil khawas, kamil mukamil agar suitable, mampu dan sesuai, dipakai untuk fungsi-fungsi agung dan dahsyat tersebut di atas).

Methode pelaksanaan teknis daripada zikrullah inilah yang perlu sekali diriset oleh seluruh kaum Muslimin di dunia, agar ia menang dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya). Kemudian baru lisan kita ikut membonceng, meniru ucapan ayat-ayat agung tersebut, seperti yang selama ini kata perbuat secara awam, tetapi sekarang berisi getaran-getaran yang maha ultrasonoor dari kodrat Allah SWT yang Maha Dahsyat, yang sedang disalurkan. Methode inilah yang perlu dicari dan diriset.


( III )

Allah berfirman dalam Hadis Qudsi:

مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ²¹

Man ‘adali waliyyan faqad adzantuhu bil harbi

Artinya:

“Barangsiapa yang memusuhi Wali-Ku akan kunyatakan perang padanya” (HR. Bukhari)

²¹ Abi ‘Abdullah Muhammad bin Ismā’il al Bukharı, Shāhih al Bukharı (Damascus: Dar Ibn Katsır,2002), hal. 1617.

Jika Allah berperang, seluruh angkatan Malaikat turut mendukung dan seluruh jagad ini ikut menggempur. Segala elemen-elemen, yang ada dalam alam ini, ikut membantu-Nya? Lawan akan langsung berhadapan dengan getaran-getaran maha dahsyat, dari energi-energi tak terhingga dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mahasakti dari “Kami”/Allah yang meluncur langsung dari “Sumber” segala energi jagad ini melalui tali/polongan/saluran dari maha “Komputer”-Nya yang hebat dan gagah perkasa, tepat tak mungkin meleset, lurus pada sasarannya.

Di sinilah kiranya tiba saatnya kelak, di mana “Meriam” Allah SWT yang bernama Isa Al Masih, yang gagah perkasa, dalam peperangan dahsyat di akhir zaman terhadap Yahjud Ma’jud dan Dajjal, menghadang, mematahkan dan menghancurkan, segala serangan-serangan atom dan nuclear dari Dajjal dan Yahjud Ma’jud laknatullah itu.

Teknokrat Fisika di alam meta akan berhadapan dengan teknokrat fisika di alam dunia, dalam adu tempur yang dahsyat. Jenderal Allah Ta’ala akan mengadu siasat tempur dengan Jenderal Ya’jud Ma’jud dan Dajjal. Peperangan maha hebat antara kedua top potensi ini yang belum pernah dipertontonkan di dunia selama dunia berkembang, sudah jelas seru dan dahsyat serta gegap gempita. Semoga umur kita cukup panjang untuk mempersaksikan pertempuran maha hebat antara orang “kayangan” sebagai petugas Tuhan melawan Dajjal dan Ya’jud Ma’jud yang merusak dunia sebagai petugas maha raja diraja Iblis. Dan semua ini terjadi di alam mayapada kita ini.

Kedua-duanya maha terlatih; yang satu terlatih/master dalam menguasai teknik senjata atom kalimah Allah, yang satu lagi terlatih dalam senjata atom dari hidrogen yang sangat halus. Siapa yang akan menang akan terbukti oleh Firman Allah yang berbunyi :

كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

Kataballahu la`aghlibanna ana wa rusuli, innallaha qawiyyun ‘aziz

Artinya:

“Allah telah menetapkan, bahwa tiada kamus kalah bagi-Ku dan rasul-rasul-Ku.Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Gagah” (QS. Al-Mujadilah : 21)


( IV )

a) Analog dengan getaran-getaran electron-electron listrik yang keluar langsung dari sebuah dinamo raksasa, yang bertenaga beratus-ratus ribu volt, melalui tali-talinya yang sambung menyambung menuju sasarannya! Lampu-lampu neon tanpa kawat, alat-alat penguji listrik (test-pen) tanpa kawat, berpuluh-puluh meter jarak dari padanya pun sudah semua nyala, begitu hebat radiasi tegangan listrik itu.

b) Jangankan kalimah Allah radiasi-Nya, cahaya-Nya atau Nurnya saja pun, yang baru mau dikirim sekali pun, lawan/iblis sudah pun terbirit-birit menghilang. (Jarak : ∞ = 0 artinya “sebelum” pergi sudah pulang. dengan lain perkataan, sebelum perang sudah menang. Sedangkan Julius Caesar saja berani berucap: vini, vidi, vici, yang artinya : Saya datang, saya melihat, saya menang, apalagi Al-Malikul Mulki, Sang Maha Raja Diraja di Langit dan di Bumi, ianya sebelum pergi perang, baru saja bersiap-siap untuk perang, ia sudah menang, (lawan/iblis sudah menghilang, karena mereka pun mempunyai “radar” halus).

c) JangankAn-Nur-Nya, Nur Muhammad sajapun, yang selalu tak bercerai dengAn-Nur-Nya, (Nurun Ala Nur) jika dikirim sudah pun cukup untuk memusnahkan lawan/iblis secara total. Itulah sebabnya wajah Rasulullah yang di atasnya berada Wajhullah, tak mungkin dapat diserupai oleh setan iblis. Mendekat pun sang iblis tak berani sama sekali.

Baru saja ia/iblis berniat hendak datang, iapun telah musnah.

d) JangankAn-Nur Muhammad, yang selalu beserta Nur Ilahi, rohani para Khalifah Allah pun yang telah menerima kurnia daripada Allah, menerima: Nurun ʻală nūrin, yahdillāhu linūrihi manyasyāu (Surat An-Nur ayat 35) = Nur Ilahi berdampingAn-Nur Muhammad, Itulah diberikanNya kepada manusia yang dikehendaki-Nya (yang dikasihi-Nya, diridhoi-Nya, yang selalu mendo’a: Ilahī anta maQS.hūdī waridhāka mathlūbī).

Wajah rohani para Aulia Allah ini saja pun, sudah cukup memusnahkan Al Iblis secara total. Itu pula sebabnya rohani para Aulia Allah/Khalifah Allah yang telah diberikAn-Nurun ala Nurin oleh Allah, juga tak mungkin, tak mampu, tak dapat diserupai atau didekati sekalipun oleh Al Iblis. Sebelum Al-Iblis berniat menyerangnya, ia sudah musnah dibakar habis, disinar musnah, oleh “Dekking” yang Maha Dahsyat sang rohani aulia Allah itu, yaitu Nurun’ala Nurin dari Allah SWT sendiri. Sesuai dengan Firman-firman Allah dan Hadis antara lain: Allah yang berperang melawan musuh Aulia-Nya; dan lain-lain (Lihat pada halaman-halaman sebelumnya). Sekian komentar dan konklusi eksakta tentang Surat Al-Hasyir ayat 21 di atas.

Secara strategi, sesudah tugas-tugas operasional dimenangkan oleh ilmu tasauf dan sufi Islam tersebut di atas, maka barulah Ilmu fiqih diterjunkan di belakangnya, untuk mengatur selanjutnya segala sesuatunya secara teritorial, bukan lagi secara operasional demi kelestarian hidup manusia yang penuh rukun dan damai, aman dan sentosa, adil makmur serta bahagia, dalam alam kehidupan suci putih bersih:

بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur

Artinya:

“Negara aman makmur dan mendapat keridhaan” (QS. Saba’:15).

6. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berjasa dalam mempersatukan faham falsafah ahli-ahli tasauf yang besar-besar di masa lalu, yang kelihatannya seolah-olah bertikai, tetapi sebenarnya berada dalam maqam lapisan-lapisan tersendiri dalam ilmu sufi Islam yang satu.

7. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berhasil menunjukkan sebab-sebab kesulitan-kesulitan dalam

menegakkan shalātul khāsyiīn dan memberikan jalan untuk mengatasinya dengan sebaik-baiknya.

8. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah mampu dan berhasil menerangkan atas dasar ilmu eksakta segala macam mu’jizat-mu’jizat dan kekeramatan para Rasul dan wali-wali yang kenamaan.

9. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta dapat pula menguraikan dan “menterjemahkan” makna dari ayat-ayat suci dan sabda- sabda Rasul dalam bahasa ilmu eksakta, yang dikagumi para ahli Fisika kimia di dunia dan mampu mengambil konklusi-konklusi yang tepat yang maha bernilai untuk pedoman dalam hidup dan beribadat.

10. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta mampu dengan eksak menunjukkan betapa Eksak-nya (nyatanya) dan tingginya firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasul, yang tak dapat ditolak oleh ilmu pengetahuan dunia, sekalipun yang setinggi-tingginya.

الْإِسْلَامُ يَعْلُوْا وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ²²

Al-Islāmu ya’lū walā yu’la alaihi

Artinya:

“Islam adalah sangat tinggi, tiada yang dapat melebihinya”. (HR. Ruyani)

²² Abu Bakr Muhammad bin Hārūn ar-Rūyānī, Musnad ar-Rūyānī (Kairo: Muasasah Qurthubah,1995), Jilid II, hal.38

11. Ilmu kerohanian dan metafisika eksakta menunjukkan, bahwa kekalahan-kekalahan umat ber-Agama di seluruh dunia ialah, karena ketidakmampuannya lagi (impotency) untuk menyalurkan energi-energi alam metafisika ketuhanan untuk membentengi diri dari rongrongan iblis halus dari dalam diri dan dari gempuran-gempuran iblis kasar dari luar diri. Agama adalah telah menjadi tidak lebih dari kebudayaan manusia belaka, yang tidak mampu menembus ke alam metafisika ketuhanan.

12. Last but not least, ilmu kerohanian dan metafisika eksakta telah berhasil menunjukkan bukti-bukti nyata dalam eksperimen-eksperimennya yang maha bernilai akan kekuatan kalimah Allah antara lain (semuanya didukung bukti otentik).

a. Dalam meredakan amukan badai dan topan di lautan lepas di Samudera Indonesia di sebelah Utara pulau Nias secara mengagumkan, terjadi pada awal Juni tahun 1981 (ada bukti).

b. Menyehatkan pasien-pasien yang tak sembuh oleh pengobatan dokter-dokter.

c. Mengatasi anak-anak nakal, banditisme, narkotika dan lain-lain.

d. Membantu keamanan kawasan.

e. Memadamkan huru hara.

f. Membantu mencegah dan menghindari/menghentikan/ menyelamatkan peperangan.

g. Dan beribu-ribu kasus lain yang terjadi di luar akal manusia biasa yang kami tidak utarakan di sini.

Sehingga banyak orang-orang cendekiawan di luar negeri, yang tadinya bukan Islam atau sinis terhadap agama, masuk ke dalam agama Islam mulia raya atau kembali pada agama at-tauhid, karena yakin sepenuhnya akan kebenaran teori dan praktek ilmiah dari Ilmu kerohanian dan metafisika dalam menerangkan agama at-tauhid secara eksak, dan karena melihat bukti-buktinya yang nyata.

(19)

Bukan metode saja yang diterangkan oleh ilmu metafisika eksakta, tetapi ilmu metafisika eksakta mampu menerangkan segala mu’jiz at para rasul sebagai suatu fenomena eksak dan logis, dapat dipahami, diikuti dan dipelajari serta dipraktekkan. Dengan metafisika eksakta kita Insya Allah pasti akan berhasil, jika segala hukum-hukumnya dan segala syarat-syarat yang sehalus- halusnya dapat dipenuhi oleh si peneliti/si pelaksana.

Para rasul tersebut berhasil tak lain tak bukan, ialah karena mereka mampu memenuhi segala persyaratan-persyaratan, dengan sekhalis-khalisnya dan sehalus-halusnya dari hukum-hukum eksak alam metafisika ketuhanan, sehingga berbuahlah pahala alam metafisika ketuhanan bagi beliau-beliau itu. Jadi metafisika bukanlah suatu ilmu yang tidak dapat dipelajari, tetapi memang tunduk pada wet-wet (hukum-hukum) tertentu, yang siapa saja pun dapat melaksanakannya dan berhasil.

Begitu juga agama adalah melulu undang-undang mutlak, absolut dan eksak, yang jika dituruti dengan seksama, kita pasti terdampar, di suatu pulau bahagia dunia akhirat, dimana para rasul, aulia dan Mu’min sejati, sholihin dan shiddiqin, para syuhada bermukim untuk selama-lamanya, yaitu pada sisi Allah, yang Maha Hidup dan Maha Sejahtera, yang tak ada kamus mati dan menderita dunia akhirat.

Jadi metafisika bukanlah sesuatu yang khayali, yang barangkali, yang samar-samar, yang abstrak, atau untung-untungan, tetapi sesuatu yang benar-benar nyata dan pasti.

Kesimpulannya antara lain :

1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi manusia yang ingin mengamalkan ilmu metafisika eksakta harus sama seperti yang dipenuhi para rasul, karena ia adalah wet yang tak dapat diubah (seperti hukum-hukum ilmu alam physika tak dapat diubah).

2. Iradat Allah adalah Hukum.

3. Iradat Allah adalah sinonim dengan Qodrat-Nya, artinya siapa yang melaksanakan Iradat-Nya, memenuhi Wet-Nya, ia akan mendapat Kurnia; yaitu Qodrat Allah akan mengikutinya dengan sendirinya. Seperti halnya seorang insinyur yang memenuhi undang-undang alam fisika ia akan mendapat karunia alam fisika itu (kekuatan alam fisika itu menjadi miliknya, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan).

4. Sebagai mukmin kita harus berjuang mati-matian, agar syarat-syarat atau hukum-hukum metafisika eksakta untuk Hablum minallah dapat tercapai (Sabda Rasul : Surga itu di bawah naungan pedang yang tajam, dalam arti harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh).

5. Dan lain-lain.

Kami di sini tidak akan menerangkan teori-teori yang sehalus-halusnya dari metode metafisika yang kami gambarkan seperti tersebut di atas, karena kami menganggap hal itu tidak akan dapat memuaskan bagi semua pihak dan tak akan sepenuhnya dapat dipahami. Seperti juga teori relativitas dari Prof. Dr. Albert Einstein, yang menghasilkan tenaga dahsyat atom dan nuclear dan lain-lain faedah alam fisika yang hebat-hebat, juga terlalu sulit untuk dicerna bagi ahli fisika biasa, apalagi bagi orang awam. Teori Relativitas itu pun dipahami manusia tertentu setelah orang melampaui tahapan-tahapan/tingkatan yang meninggi. Sudah jelas ilmu teknik “Metafisika Ketuhanan” lebih sulit lagi dicerna bagi manusia awam.

Satu contoh lagi: pendapat Galileo, bahwa bumi yang berputar mengitari matahari, bukan matahari yang mengitari bumi, paham tersebut tak dapat dicerna oleh masyarakat masa itu; baru 300 tahun sesudahnya, kebenaran itu dapat dibuktikan oleh seorang ahli fisika dan Filosof, Copernicus. Dan terus terang saja, sampai saat ini, orang awam masih tidak mengerti akan hal ini, karena kelihatannya bertentangan dengan kenyataan. Orang awam masih berpendapat, bahwa matahari yang mengitari bumi, bukan sebaliknya.

II. Uraian Ringkas Mengenai Isra’ dan Mi’raj Rasulullah S.A.W. Ditinjau dari Sudut Ilmu Metafisika Eksakta


(20)

Saya akan mencoba untuk mengemukakan dan menguraikan satu contoh, sebagai illustrasi yang nyata, karena saya sendiri sebenarnya tidak pula merasa puas, kalau tak ada sekelumit gambaran, yang agak jelas, tentang apa yang dimaksud dengan kehebatan ilmiah metafisika eksakta itu. Contoh yang diambil ialah salah satu fenomena yang hebat sekali, satu fenomena yang sampai sekarang, tetap hangat dan aktual dan menggemparkan dunia yaitu : Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW disorot dari sudut ilmu metafisika eksakta.

Marilah pelan-pelan kita ikuti uraian-uraian yang sangat ilmiah ini dengan tenang dan dimulai dengan Bismillah dan ingat akan Rahman dan Rahim serta kasih Allah SWT, Penguasa Semesta Alam. Terlebih dahulu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada sesuatu yang kurang sedap dalam uraian-uraian ini, karena mungkin kurang sesuai dengan selera kita. Tetapi kita harus sadar, bahwa ada kalanya kebenaran itu adalah pahit, tetapi kalau sudah dikenal, bahwa kebenaran yang pahit itulah obat satu-satunya, maka kebenaran itu akan menjadi manis (Truth is bitter, but Truth is also sweet).

Seperti juga bala yang diturunkan Allah, tentu terasa sakit dan pedih pada awalnya, tetapi kalau kita arif dan bijaksana, pandai mengambil pelajaran daripada bala yang diturunkan Allah itu, maka akhirnya bala itu akan menjadi petunjuk yang sangat berharga. Sedangkan musuh yang mencari-cari kelemahan-kelemahan kita siang dan malam, adalah sebenarnya alat yang baik sekali, untuk menunjukkan kekurangan- kekurangan kita yang kadang-kadang kita tidak sadari sama sekali.

Begitu juga saya percaya, bahwa kita semua sadar benar-benar, bahwa kita bukan hidup di zaman Galileo Galilei lagi, di mana ucapan- ucapan ilmiah eksak yang benar, tetapi tidak atau belum dipahami, orangnya lantas akan dikejar-kejar, atau difitnah seenaknya saja.

Dewasa ini, kita hidup di abad hipermodern, kurun XV H, yang sudah hampir kiamat lagi barangkali (oleh permainan atom, nuclear dan sinar laser dari manusia-manusia atau ulah/tingkah galaxy di alam semesta ruang angkasa), yang semua problema-problema ilmiah benar-benar harus diselidiki kebenarannya, dan kalau memang benar, dapat diambil manfaatnya sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَـٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ

Yā ayyuhalladzīna āmanū in jā`akum fāsiqum binaba’in fa tabayyanū an tushību qaumam bijahālatin fa tushbih ‘alā mā fa’altum nādimīn

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman apabila orang-orang fasiq datang membawa berita kepadamu maka periksalah lebih dahulu dengan seksama. Supaya kamu jangan sampai mencelakakan orang lain tanpa mengetahui keadaannya, sehingga kamu akan menyesal atas kecerobohanmu itu” (QS. Al-Hujurat : 6).

Kesimpulan:

Apalagi jika berita itu datangnya dari seorang Islam sejati dan seorang yang benar-benar ahli pula dalam bidangnya. Perlu sekali diselidiki akan sesuatu hal sedalam-dalamnya dan seseksama mungkin dengan ilmu yang dalam, halus dan tinggi pula yang ada pada kita, sebelum diambil keputusan-keputusan yang menentukan, apalagi yang menyangkut soal-soal agama Islam, sebagai proyek Allah Ta’ala yang Maha Tinggi, yang sungguh-sungguh dalam, halus dan sangat tinggi sekali. Karena kalau kita telah mengambil keputusan, umpamanya yang benar, disiarkan sebagai berita bohong, atau sebagai sesuatu yang salah karena kurang selidik, atau kurang mampu menyelidik, alangkah celakanya kita ini, dan bukan main hebat kutuk Allah jatuh pada kita karena kita telah jatuh pada fitnah yang sangat keji, menyebarkan yang haq sebagai berita bohong, yang diancam dengan neraka jahannam dunia akhirat.

Demikian sebagai pendahuluan, marilah kita mulai dengan nama Allah yang Pengasih lagi Penyayang mengikuti : Uraian ringkas Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW ditinjau dari sudut Ilmu Metafisika Eksakta. Maksud Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW ialah untuk sujud/ hadir ke hadirat Allah SWT yang bersemayam di atas arasy yang maha tinggi. Jadi : Allah SWT berada di arasy, sedangkan Rasulullah SAW berada di bumi.

Jarak antara keduanya tak terhingga jauhnya, dalam istilah ilmu pasti jarak yang tak terhingga ditulis: S = ∞

Menurut rumus Mekanika:

1) S = v x t
S = Spazium = distance = jarak,
v = Velocitas = speed = kecepatan.
t = tempo = time = waktu.

2) Jadi Jarak = kecepatan x waktu (lihat nomor 1).

3) S = v x t kalau jaraknya S = tak terhingga, maka ditulis S= ∞

4) Jadi S = v x t
Menurut Ilmu Aljabar:

5) Kalau ∞ = v x t, maka v-nya harus (v = ∞)
atau t-nya harus (t = ∞).

6) Jadi ∞ = ∞ x t
atau ∞ = v x ∞

Waktu yang dipakai Rasulullah SAW berangkat sesudah Isya dan kembali sebelum Subuh, katakanlah
± 6 jam pulang pergi, jadi satu kali jalan menggunakan waktu 3 jam atau t = 3 jam.

7) Diketahui: 2 t = 6
t = 3

8) S = v x t
S= ∞
t = 3
∞ = v x 3

Maka, v = ∞ ÷ 3
v = ∞

9) Jadi v mesti ∞

Artinya: Bahwa menurut rumus ilmu eksakta di atas, Rasulullah SAW wajib memakai suatu alat/ Kendaraan/ faktor/ frekuensi/yang berdimensi/berkecepatan tak terhingga/tak terbatas, yang v-nya = ∞

Dan ini ternyata benar, memang Rasulullah diberikan alat buraq = Kilat. Yang kecepatannya dan frekuensinya tak terhingga: v = ∞ diberikan oleh Allah SWT.

Betapa eksak-Nya Isra’ Mi’raj Itu.

Faktor Tak Terhingga

Kesimpulan:

1) Tanpa memakai faktor tak terhingga (∞) siapapun orangnya yang munajat ke hadirat Allah SWT tak kan sampai kepada Allah SWT. Hukum eksakta membuktikannya. Isra’ Mi’raj menunjukkannya, kedua-duanya tak dapat ditawar-tawar, tak dapat ditolak kebenarannya.

2) Munajat artinya: beribadat, berzikir, bershalat, bersamadi, beri’tikaf dan lain-lain.

3) Sampai pada Allah artinya masuk surga, karena surga adalah pada sisi Allah SWT (= ∞)

4) Dengan terang dan jelas kelihatan, bahwa tidak ada satu manusiapun yang sampai pada Allah SWT dengan akal apa saja pun dengan ma’rifat apa sajapun, bagaimanapun hebatnya, karena alat tak terhingga (∞) adalah kepunyaan Allah, dan bukan kepunyaan manusia, karena manusia tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Manusia adalah baharu dan serba terbatas yang tak dapat menghasilkan yang tak terhingga (∞).

5) Alat yang diberikan Allah SWT pada Muhammad Saw adalah hanya satu-satunya yaitu “Nur-Nya”, mau tidak mau harus dapat kita salurkan pada diri kita alat yang itu juga, karena tidak mungkin ada alat lain yang mencapai Allah SWT selain daripada Nur-Nya sendiri. Faktor tak terhingga (∞) tidak dimiliki oleh manusia manapun juga, karena tidak ada manusia yang bersifat tak terhingga (∞), melainkan Allah saja, maka faktor tak terhingga (∞) harus diberikan atau dimasukkan oleh Allah itu sendiri pada manusia, baru manusia memilikinya dan barulah manusia itu dapat berkomunikasi dengan Allah SWT (lihat uraian Isra` dan Mi’raj di atas) dan sesuai dengan Firman Allah:

نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ

Nūrun ‘alā nūr, yahdillāhu linūrihī may yasyā‘

Artinya:

“Nur Ilahi berdampingAn-Nur Muhammad, itulah diberikannya kepada manusia yang dikehendaki-Nya….”
(Surat An-Nur ayat 35).

6) Faktor tak terhingga (∞) ini tak dapat dan tak boleh bertukar karena Nur Ilahi adalah satu tak boleh yang lain, harus yang itu juga, karena jika yang lain, hasilnya/sampainya tidak akan sama. Harus yang diberikan pada Muhammad Saw itu juga yang harus kita miliki, agar terjamin tempat mendaratnya Muhammad Saw itu, sama dengan tempat mendaratnya kita. Tempat mendaratnya Muhammad Saw adalah surga, karena surga adalah pada sisi Allah SWT.

7) Untuk mencapai frekuensi yang sama, tidak ada jalan lain, rohani kita mutlak harus dapat kita gabungkan dengan rohani Muhammad, yang hidup kekal dan abadi pada sisi Allah SWT sebagai “Satelit” Allah Ta’ala di alam semesta ini, yang senantiasa langsung berkomunikasi dengan Allah SWT. Rohani digabung dengan rohani tidaklah ada salahnya dan tidak berdosa, asal pandai dan tahu cara pelaksanaan teknisnya, seperti juga frekuensi stasiun radio Nusantara III Medan, selalu menggabungkan diri dengan frekuensi pusat Jakarta, dan kita akan mendengar langsung siaran pusat Jakarta pada radio kita yang, sedang distel dengan frekuensi stasiun radio Nusantara III Medan. Begitu juga sewaktu Muhammad Ali bertinju di Stadion Rio de Janeiro, cukup kita menstel TV kita pada stasiun Medan, Medan menggabungkan diri dengan Jakarta dan Jakarta dengan Palapa, dan Palapa dengan Rio de Janeiro, kita melihat Muhammad Ali langsung bertinju di layar TV kita di rumah kita sendiri.

Ilmu elektronika menunjukkan, bahwa tak ada sesuatu yang dapat dihubungkan langsung dengan sesuatu melalui getaran, melainkan yang mempunyai frekuensi yang sama. Analog dengan itu tak akan ada sedikitpun kemungkinan kita untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT dalam ibadah termasuk mendoa, jika frekuens-Nya belum kita dapati lebih dahulu, ini hanya didapati dalam dada/arwah Rasulullah SAW, karena di situ frekuensi tak terhingga (∞) diturunkan untuk Beliau dan untuk umat yang tahqiq padanya yaitu mu’min sejati, yang rohnya selalu bergabung dengan roh Rasulullah, lain jalan tidak akan ada kemungkinannya. Berkata orang-orang yang arif.

كُنْ مَعَ الله فإن لَمْ تَسْتَطِعْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ God²³

Kun ma’allahi fain lam tastathi’ fakun ma’a man kana ma’allah

Artinya:

“Adakanlah (jadikanlah) dirimu (rohanimu) beserta Allah, jika engkau belum bisa menjadikan dirimu (rohanimu) beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) dirimu (rohanimu) beserta dengan orang yang beserta Allah”.

²³ Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwirul Qulūb (Indonesia: Al-Haramain Jaya, 2009), hal. 512

Rasulullah SAW menerima wahyu bukan untuk Beliau saja, tetapi juga untuk diteruskan kepada umat yang mukmin dan percaya, maka frekuensi tak terhingga (∞) adalah termasuk juga kurnia ilahi yang mutlak harus diteruskan untuk kita miliki. Kalau tidak demikian jangan kita mimpi atau berkhayal bahwa kita akan masuk surga bersama Muhammad Saw, karena surga adalah pada sisi Allah SWT. Dan tiap beribadat, kita harus memakai alat tak terhingga (∞) itu, maka barulah ibadat kita mempunyai harapan sampai pada Allah SWT (“Tidak Kukabulkan do’a seseorang tanpa shalawat atas Rasul-Ku”.

Shalawat bukan sekedar bermaksud menyebut-nyebut “Nabi sejahtera” saja, karena Nabi telah sempurna dan sejahtera, tetapi sukma kita, yang perlu kita hubungkan dengan sukma Nabi, supaya kita sejahtera pula, karena bergabung dengan yang maha sejahtera atas dasar hukum imbas-mengimbas antara satu sama lain.



(21)

Persiapan untuk Menegakkan Shalat yang Khusyuk

Untuk menegakkan shalat yang khusyuk, harus lebih dulu kita menggabungkan diri rohani kita dengan diri rohani Rasulullah yang suci bersih, khālish mukhlishin (atau roh kita harus berimam/tahqiq dengan roh Rasulullah) yang mempunyai frekuensi tak terhingga (∞), maka rohani kita akan ikut bergetar ikut bertasbih, ikut berzikir, ikut berfrekuensi tak terhingga (∞) dan akhirnya akan disucikan oleh roh Rasul yang khalis mukhlisin; sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

1)

نُّورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ

Nūrun ‘alā nur, yahdillāhu linūrihī may yasyā`

Artinya:

“Nur Ilahi berdampingAn-Nur Muhammad, itulah yang diberikan-Nya pada manusia yang dikehendaki-Nya” (QS.An-Nur : 35).

نُورٌ عَلَى نُورٍ

Artinya: “Nur Ilahi dAn-Nur Muhammad”

2)

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُواْ عَلَيْهِمْ ءَايَتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَبَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَلٍ مُّبِينٍ

Laqad mannallahu ‘alal-mu`minīna idz ba’atsa fihim rasulan min anfusihim yatlu ‘alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa yu’allimuhumul-kitāba wal-hikmah, wa in kānu min qablu lafī dhalālim mubīn

Artinya:

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri. la membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu mereka berada dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Ali ‘Imran ayat 164)

Jika roh kita telah suci, yang hanya dapat terlaksana dalam gabungan dengan roh Muhammad (=beriman secara fusif dan tahqiq), barulah kita berzikir dalam frekuensi tak terhingga (∞) itu, maka sesudah itu, barulah tiba saatnya untuk mendirikan shalat dengan menyebut “Allahu Akbar” dalam shalat yang khusuk.

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

Wa dzakarasma rabbihī fa shallā

Artinya:

“Zikirlah akan Tuhanmu dan tegakkanlah Shalat.” (QS.AI A’la : 15).

Tentu zikir yang dimaksud seperti yang kita utarakan di atas, yaitu dengan rukun dan syaratnya. Shalat yang begini rupa dipersiapkan sebelum munajat, akan mempunyai harapan besar sekali sebagai : Ashshalātul mi’rajul mu’minin, dalam maqam ihsan, maqam muraqabah dan maqam musyahadah pada Allah SWT.

Bukan jasmani kita saja yang harus suci dalam shalat, lebih-lebih lagi roh kitapun harus suci dari noda-noda syirik khafi. Jika jasad disucikan dengan air bersih, maka roh hanya dapat disucikan dengan roh yang suci pula dan dengan zikrullah. Sebaliknya jangan coba-coba mengkhayal akan dapat masuk surga.

Tanpa memakai faktor tak terhingga (∞) tersebut di atas, jangan berharap dapat berhubungan dengan Allah langsung, tanpa faktor tak terhingga (∞), walaupun Allah itu berada lebih dekat dengan urat lehermu. Kalau frekuensinya tak diperoleh, tak mungkin ada hubungan dengan Allah SWT. Seperti radio kita, kita letakkan 1 mm jaraknya daripada sebuah pemancar radio, dengan frekuensi yang tak sama, radio kita tidak akan mengeluarkan suara pemancar tersebut.

وَكَأَيِّن مِنْ ءَايَةٍ فِي السَّمَوتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

Wa ka`ayyim min āyatin fis-samāwāti wal-ardhi yamurrūna ‘alaihā wa hum ‘an-hā mu’ridhūn

Artinya:

“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya” (QS. Yusuf :105).

وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

wa yadhribullāhul-amtsāla lin-nās, wallāhu bikulli syai`in ‘alīm

Artinya:

“Allah banyak membuat perumpamaan-perumpamaan dalam melipat gandakan petunjukNya kepada manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala-galanya.” (Surat An-Nur ayat 35).

Oleh sebab itu, semasa kita hidup, sebelum mati, kita harus berjuang sehebat-hebatnya dengan segala daya upaya, untuk mendapatkan faktor tak terhingga (∞) ini, dan ini hanya berada dalam dada/rohani Rasulullah SAW.

Sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Yā ayyuhalladzīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati sebelum menjadi orang yang Muslim” (QS.Ali Imran : 102).

Kita lihat kembali pada halaman 116,

Pada baris nomor 6 rumus di atas, tertulis :

∞ = ∞ x t atau ∞ = v x ∞ ini berarti kalau v= ∞, maka t-nya boleh terbatas, tetapi kalau v-nya terbatas, maka t-nyalah yang harus ∞. Jadi kalau t = ∞ (tak terhingga), maka waktunya untuk sampai pada Allah adalah tak terhingga, dan ini berarti bahwa kita tidak akan sampai-sampainya pada Allah SWT sampai hari kiamat, walaupun kita terbang dengan alat apa sajapun selama bermilyard-milyard tahun lamanya, walaupun dengan akal dan ma’rifat apa saja pun, karena kapasitasnya terbatas, bukan tak terhingga.

Ini berarti bahwa roh kita tetap akan gentayangan untuk selama-lamanya di alam roh yang luas, yang tak bertepi, tak berujung dan tak berpangkal, tanpa pedoman hingga akhirnya hancur berantakan, karena sudah pasti disambar dan diperdayakan oleh jin, setan atau iblis. Kemana hilangnya atau musnahnya? Wallahu a’lam. Tetapi pasti tidak dan bukan kembali pada Allah SWT, karena untuk sampai pada Allah harus wajib memakai frekuensi tak terhingga (∞), yang hanya berada dalam dada Rasulullah yang hanya dapat diwarisi dari Rasulullah SAW.

Ini pulalah sekaligus kunci terbesar satu-satunya daripada segala ibadat, karena hanya dengan mendapatkan frekuensi tak terhingga (∞) daripada Allah SWT, mengalirlah kekuatan kalimah Allah yang maha sakti secara murni langsung melalui sukma Rasulullah SAW dan melalui arwahnya sang Mukmin yang telah khalis mukhlisin, tepat menuju sasarannya, dengan energi yang tak terhingga, yang maha dahsyat yang dimilikinya, maka hancurlah bukit, gunung, iblis setan atau lawan apa saja, walaupun atom dan nuclear sekalipun, akan hancur luluh, kalau dihadapkan pada oer atom kalimah Allah yang maha-maha dahsyat ini.

Dengan tenaga tak terhingga dari segala kekuatan di bumi dan langit, dunia dan akhirat, barulah berlaku realita: A’ūdzu billahi minasy syaithanir rajim dan lain-lain ayat, dalam arti kata realita yang sebenar-benarnya, jika telah dihadapkan langsung pada kalimah Allah Mahasakti yang khalis dan tulen (bukan Kalimat tiruan “produksi” manusia”).

Inilah dia Senjata maha sakti di tangan Mukmin yang perkasa di segala zaman dari dunia sampai ke akhirat, yang diterimanya langsung dari Allah SWT via saluran yang Haq, sebagai maha “Controller” dan “Big Conductor” dari Allah SWT yaitu : Arwahul muqaddasah Rasulullah SAW (Fadzikrullaha la’allakum tuflihun)²⁴.

²⁴ Maka berdzikirlah kepada Allah agar kamu memperoleh kemenangan

Eureka, Eureka, Eureka, Wir haben das grosse geheim gefunden

“Selamat, Selamat, Selamat, kita telah menemukan rahasia maha sakti kalimah Allah yang maha dahsyat.”

Hidup kaum Mukmin, Hidup Al-Islam mulia raya, Hidup kaum Mufarridun.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.




(22)

Kita telah menemukan rahasia Maha Akbar, walaupun baru dalam teorinya saja. Rahasia yang dicari-cari umat di dunia, umat yang pertama sampai umat yang penghabisan, yang dicari umat beragama yang pertama dan umat beragama yang penghabisan. Dan kalau ini belum ditemuinya, hidupnya belum sampai pada tujuan fitrahnya, masih sia-sia, karena ia tak akan pernah sampai pada Tuhannya hingga kiamat dunia dan tetap terlunta-lunta untuk selama-lamanya. (Sesat engkau sekalian kecuali yang Kuberi taufiq. Hadis Qudsi, sabda Nabi).

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ²⁵

Yā ‘ibādi kulukum ḍhallun ilā man hadaituhu fastahdūnī ahdikum

“Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR. Muslim)

²⁵ Muslim, Shahih Muslim, cet. I, Jilid II, h. 1198

Dan inilah inti sebenarnya dari Hablum Minallah yang dihawa oleh tiap-tiap agama At Tauhid melalui Rasulnya masing-masing, yaitu Nur Ilahi, Nur Muhammad, huwal awwalu wal ākhiru, yang dapat menjelma menjadi 99 Asma’ul Husna, dengan segala sifat-sifat kebesaran-Nya, yang dapat menjelma di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang Maha Angker, karena berisi dengan kalimah Allah = Nur Ilahi = Nur Muhammad Yang Maha Angker dan Maha Sakti, langsung dari maha sumber aslinya sendiri, yang dapat ditransfer menjadi segala macam ayat-ayat yang berisikan Kalimah inti yang Maha Hidup, sehingga semua ayat itu akan hidup dan bertenaga Maha Dahsyat, untuk memenangkan Agama Allah Mulia Raya sepanjang masa, kekal dan abadi karena melalui frekuensi tak terhingga (∞), mengalir kalimah Allah langsung dari Maha Sumber-Nya via Rasulullah, sebagai Controller dan Conductornya, bukan ayat-ayat yang diproduksi manusia-manusia sendiri, ayat-ayat yang memang berbunyi serupa, tetapi tidak berisi Kalimah Inti yang maha hidup.

Inilah rahasia senjata Allah maha dahsyat di tangan para Rasul dan para Wali yang kenamaan dari abad ke abad, yang dijolok dan dikeluarkan melalui hukum-hukum ilmu tasauf dan sufi Islam, dengan metode teknisnya yang tepat, yang ilmiahnya diuraikan dengan ilmu metafisika eksakta, bidang yang sama sekali bukan terletak dalam ilmu fiqih Islam. Di sinilah secara khas kehebatan ilmu kerohanian dan metafisika eksakta.

III. Sumber Kelemahan dan Keunggulan Umat Beragama


(23)

Segala Firman-firman Allah yang tertuang nyata dalam Al-Qur’an, dalam bahasa yang tak berhuruf dan tak bersuara, terus disampaikan melalui roh Rasul, kemudian diterjemahkan dalam bahasa manusia, dan melalui ucapan-ucapan Rasulullah, disampaikan kepada Umat sedunia. Jadi yang bicara sebenarnya, yang berfirman adalah Allah sendiri yang Haq, melalui Sang Rasul. Bila umatnya hanya bisa menyebut-nyebut dan membaca ayat-ayat itu kembali, tanpa memakai alat/faktor tak terhingga (∞), ini berarti bahwa Umat hanya meniru bunyi, tidak ditingkatkan dan diteruskan pelajarannya untuk meniru pelaksanaan daripada tekniknya.

Di sinilah letaknya kesalahan kita semua umat yang ber-Agama, sehingga agama akhirnya kehilangan keramatnya, karena telah bertukar ujud, yaitu menjadi semata-mata kebudayaan manusia belaka. Walaupun syiar agama masih ada, tetapi isinya yang maha keramat telah hilang, karena Allah yang Maha Sakti tidak diikut-sertakan lagi di dalamnya, dalam arti yang sebenar-benarnya. Umat tidak diajarkan cara menggabungkan diri Rohaninya dengan diri rohani Rasulullah lebih dahulu, sebelum mendirikan ibadatnya (ilmu tersebut termasuk dalam bidang sufi) sehingga tidak memiliki frekuensi tak terhingga (∞) dan oleh karenanya Allah tidak ikut serta dalam gerak-gerik ibadatnya! Yang diajarkan hanya pelaksanaan teknis daripada zahir ibadat saja (ilmu fiqihnya saja).

Di sinilah letaknya “Slip” yang terbesar dari seluruh dunia ber-agama. Agama yang begini rupa beserta umatnya, lambat laun akan kalah dan akhirnya hancur dibabat, oleh kehebatan-kehebatan teknologi modern, dengan segala kejahilannya dan kelalaian-kelalaiannya.

Konperensi Tingkat Tinggi (K.T.T) seluruh dunia Islam, yang beberapa kali bersidang pun, tak mampu mengutuk hanya satu negara Yahudi saja pun, yang telah nyata menodai Baitul Muqaddis. Mesjid suci ke-3 kaum Muslimin sedunia; Israel oleh karenanya tambah lama tambah sombong dan congkak juga kejahatannya. Sedangkan pada zaman dahulu kala, umpamanya pada zaman Maha Bharata, selalu dapat kita baca, bahwa tiap-tiap kutukan, berbekas dan memusnahkan.

Tanda bukti yang nyata, bahwa kutukan Islam sedunia, dewasa ini adalah kosong melompong belaka isinya, tak mempunyai kekuatan apa-apa lagi, karena tidak diikut-sertakan tenaga metafisika Ketuhanan (Islam), yang hanya dapat dijolok dan disalurkan menuju sasarannya oleh metode pelaksanaan teknis metafisis yang terletak dalam bidang ilmu tasauf dan sufi Islam.

Lihat para Rasul pada zaman dahulu kala, umpamanya Nabi Musa As, ia mampu membelah lautan. Jelas bukanlah Musa, sebagai anak manusia, yang mampu melaksanakan pekerjaan maha hebat itu, tetapi sudah jelas langsung tenaga alam metafisika Ketuhanan yang melaksanakannya, yang dijolok/disalurkan/di do’akan (ucapan secara tradisional) via anak manusia yang bernama Musa As (itulah dia Insinyur Allah Ta’ala yang menguasai hukum-hukum ilmu physika di alam meta).

Hukum-hukum ini tidak terletak dalam hukum-hukum fiqih. Analog dengan itu pula, Insinyur elektronika di alam fisika yang “nyata” yang bernama Prof. Dr. Lorenz yang sudah tua itu, ternyata “mampu” pula mengangkat ribuan mobil yang beratnya ribuan kilo dari pelabuhan, ke dalam perut kapal yang besar, dengan menjolok/ menyalurkan/ men”doa”kan (=ucapan secara tradisional) tenaga-tenaga hebat dari alam fisika elektronika, sebagai karunia dari alam Ketuhanan. Semua ilmu ini terletak dalam hukum-hukum fisika (alam di bawah alam metafisika), bukan dalam hukum pidana atau perdata.

Begitu juga para Rasul di zaman dahulu dapat menyalurkan kekuatan-kekuatan metafisika Ketuhanan itu, guna mendukung sarana-sarana pembangunan mental = pembangunan agama at-Tauhid di masa itu, dan jika perlu tenaga dahsyat tersebut dapat dipakai untuk menghancurkan lawan-lawan berat, yang anti pembangunan Agama At-Tauhid, misalnya menghancurkan kekuatan kekuatan hebat dan sakti dari raja-raja Agung seperi Fir’aun, Namrud, Abu Syufyan dan Abu Jahal, Rakyat Nabi Nuh, Rakyat Nabi Luth, yang engkar dan lain-lain.

Begitulah kekuatan-kekuatan metafisika Ketuhanan pada zaman dahulu yang diperlihatkan oleh para Rasul, untuk pembangunan agama/mental/jiwa luhur, sebagai syarat mutlak untuk pembangunan kelestarian kehidupan yang harmonis, serasi, aman, tenteram dan makmur yang merata.

Jadi tegas kelihatannya, kekuatan metafisika dalam agama/ Ketuhanan Yang Maha Esa, harus dijolok keluar dengan ilmu yang menembus alam metafisika itu dan dipraktekkan sekaligus, sesuai dengan metodenya yang tepat dan sesuai dengan kehendak hukum-hukum alam itu sendiri.

Jelas kelihatan, bahwa dengan tenaga metafisika Ketuhanan di tangan para ahli (=para Rasul) Agama At-Tauhid (yang membawa kehidupan aman tenteram, bahagia dunia akhirat) pada zaman dahulu dimulai dipertahankan dan dimenangkan dengan sukses dan gilang gemilang dan pada zaman sekarang undang-undang hidup itu tetap berlaku, karena pada Hakekat-Nya, kemenangan dalam hidup dan kemenangan Agama ialah Kemenangan dalam pertempuran melawan Al-Iblis laknatullah yang dahsyat!

Oleh sebab itu senjata sakti penakluk iblis itu harus dipelihara terus, harus dipelajari terus, harus diasah terus dan harus terus dimahirkan pendaya gunaannya.

Kalau tidak, keruntuhan moral Agama dan moral Bangsa, telah dapat diramalkan walaupun syiar syariat agama masih berkumandang, namun kehancuran dunia lambat laun akan tiba berangur-angsur.

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتّى لاَ يُقَالُ فِي الأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ²⁶

Lā taqūmus sāʼatu hattā lā yuqala fil ardhi allāhu allāh

Artinya:

“Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi Allah, Allah.” (HR. Muslim)

²⁶ Muslim, Shahīh, h. 78

(= Kalimah Allah asli yang disalurkan dari sumber-Nya, karena dijolok keluar oleh para “teknokrat” ilmu kalimah Allah para khalifah Allah, para aulia Allah/para Rijalullah laki-laki Allah yang gagah perkasa).

Oleh sebab itu tenaga-tenaga energi-energi metafisika tersebut di atas, penting sekali sebagai motor yang dapat mendukung pembangunan raksasa bangsa Indonesia yang besar menuju cita-cita luhur proklamasi 45, berlandaskan falsafah Pancasila dan UUD 45 Negara Republik Indonesia yang kita cintai bersama. Di sini terbukti lagi keunggulan ilmu kerohanian dan metafisika eksakta dengan salah satu tujuan emasnya yang gilang-gemilang, yaitu untuk mendukung dan mensukseskan pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia dengan tenaga metafisika ketuhanan.



(24)

Akhirulkalam, wahai kaum ber-Agama di seluruh dunia, terutama kaumku kaum Muslimin yang kucintai semua, marilah kita sadari benar-benar, bahwa kita berada di dalam kurun XV H, kurun penuh dengan ancaman-ancaman bahaya-bahaya, dari segala macam rupa, dan ragamnya, maupun dalam bentuk peperangan dahsyat yang mengancam terus menerus, huru-hara, kelaparan, demoralisasi, narkotika, penyakit aneh-aneh, bencana-bencana alam, gempa bumi, galodo, banjir, kebakaran, sindikat-sindikat destruktif dan lain-lain, yang semuanya ini, meminta keprihatinan yang sangat serius dari kita semua.

Marilah kita menghayati dan mendalami dan mengamalkan ayat Akbar dari Allah SWT dalam Al-Qur’an, untuk menyelamatkan kita dari segala macam ancaman tersebut di atas, yaitu menghayati dan mengamalkan ayat:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُواْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yā ayyuhalladzīna āmanushbiru wa shābiru wa rābithu, wattaqullāha la’allakum tuflihun

Artinya:

“Wahai orang -orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imran : 200).

Dan mudah-mudahan ia akan membuahkan pahala agung, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an, ayat yang penuh kebahagiaan dan kemenangan yaitu :

يَأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبْدِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

Yā ayyatuhan-nafsul-muthma`innah irji’ī ilā rabbiki rādhiyatam mardhiyyah fadkhulī fi ‘ibādī wadkhulī jannatī

Artinya:

“Hai nafsu (jiwa) yang tenang (suci), kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dengan (hati) ridha dan diridhai (Tuhan). Maka masuklah kamu dalam golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah kamu ke dalam surgaKu” (QS. Al-Fajr, ayat 27-30).

Kesimpulan : Mulai dari dunia terus sampai ke akhirat.



(25)

Wahai kaumku kaum ber-Agama, khususnya kaum Muslimin yang kukasihi di seluruh dunia, bersama ini aku mohon diri, dan dengan kerendahan hati, mohon dimaafkan sedalam-dalamnya atas kemungkinan kaumku tersinggung di sana-sini akan uraian-uraian di atas, karena tajam dan pedasnya, tetapi melihat kurun yang sudah begitu melarut, dan suasana dunia seperti sekarang ini, kami merasa hanya inilah obatnya satu-satunya untuk menyehatkan dan memenangkannya, yang telah terbukti mujarab sekali dalam lingkungan terbatas yaitu antara ± 2 juta manusia, yang telah diriset selama ± 35 tahun lamanya atas dasar Islam (fiqih dan tasauf/sufi) dan ilmu metafisika eksakta.

Maka inilah yang dapat kami sumbangkan pada dunia, dengan niat yang sekhalis-khalisnya demi keselamatan kita bersama.

Semoga Taufiq dan Hidayah Allah SWT selalu beserta kita sekalian. Amin.

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi Wabarakatuh.

Hormat kami,

Prof. Dr. Haji Kadirun Yahya

Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW Ditinjau dari Sudut Ilmu Fisika Eksakta

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bapak-bapak, Ibu-Ibu, para hadirin yang kami muliakan dan kami kasihi. Kita bersyukur Kehadirat Allah SWT dapat bertemu muka di sini untuk melaksanakan 4 program dari pada Tarbiyah, yaitu:

1. Memperingati HUT Tarbiyah ke 57.

2. Melaksanakan pelantikan Pengurus DPD tk/I Sumut.

3. Memperingati Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW.

4. Mempersiapkan diri untuk memasuki bulan suci Ramadhan tahun 1405 H,

Mudah-mudahan ke-empat program ini kiranya dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atas izin dan ridha Allah SWT. Kepada kami diberi pula kesempatan untuk mengupas Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW. Insya Allah kami akan coba melaksanakan tugas ini juga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya secara jelas atas dasar Al-Qur’an, Alhadis, didukung oleh Ilmu Eksakta.

Isra’ dan Miraj Rasulullah SAW diperingati setiap tahunnya di seluruh dunia oleh Umat Islam. Dari tahun ke tahun kurnia terbesar bagi seluruh kaum Muslimin dan Muslimat ini, yang kita terima dari Allah SWT, selalu saja dapat memberikan ilham-ilham baru dan i’tibar-i’tibar baru, yang sangat berharga bagi seluruh kaum Muslimin Muslimat di dunia, yang dapat menghampirkan kita lebih akrab kehaderat Allah SWT. Kali ini kita akan mengupas Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi modern.

Dari abad ke abad kita telah mengupas kejadian Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW, hanya menurut secara tradisional belaka. Di sini kami akan mencoba menunjukkan kepada seluruh dunia ilmiah, baik nasional maupun internasional yaitu secara ilmiah eksakta yang mendalam tentang kebenaran-kebenaran, ketinggian-ketinggian, kemuliaan-kemuliaan dan keagungan-keagungan dari pada ayat-ayat Alqur’an yang turun dari Allah SWT, sebagai firman-firman yang tidak ada taranya dari Al-Malikul Mulki Yang Maha Mulia, Maha Agung, Maha Suci dan Maha Pintar yang bersemayam di Arasy yang Maha Tinggi.

Insya Allah akan jelaslah nanti bagi kita tentang benarnya apa yang sering kami ucapkan oleh yang berbunyi.

الْإِسْلَامُ عِلْمِيٌّ وَعَمَلِيٌّ²⁷

Al-Islāmu ilmiyyun wa ‘amaliyyu

Islam itu adalah Ilmiah dan Amaliah.

²⁷ Ucapan yang dipopulerkan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Juga Hadis yang mengatakan

الْإِسْلَامُ يَعْلُوْا وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ²⁸

Al-Islāmu ya’lū wa lā yu’la ‘alaihi

Artinya:

“Al-Islam itu adalah sangat tinggi Ilmiah dan amaliahnya, tidak ada yang dapat melebihi dan mengalahkannya atau ilmiah dan amaliahnya tidak ada taranya” (HR. Ruyani)

²⁸ Abu Bakr Muhammad bin Hārūn ar-Rūyānī, Musnad Ar-Rūyānī (Cairo: Muasasah Qurthubah, 1995), Jilid II, hal. 38

Nanti akan jelas kelihatan akan kehebatan Ilmiahnya yang sangat tinggi, jika fenomena hebat Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW kita uraikan secara Ilmiah eksakta.

Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, adalah suatu kejadian dahsyat yang sepanjang masa merupakan suatu fenomena yang sangat agung. Kita kali ini akan mengupasnya sesuai dengan ilmu teknologi modern yang belum pernah dilaksanakan di seluruh jagad ini. Sekali ini kita akan lihat di sini suatu kupasan yang tidak lazim dan tidak pernah kita dengar dan kita lihat selama ini yaitu pengupasan Isra’ Mi’raj dengan dasar Imu Eksakta sesuai dengan ilmu teknologi modern, yang tak dapat dibantah oleh dunia Ilmiah di seluruh dunia.

Pertama-tama: Lebih dahulu kita harus sadar, bahwa al-Islam mulia raya mempunyai senjata yang sangat ampuh untuk menghadapi siapa saja di atas dunia ini yaitu senjata trisula mahasakti, atau senjata dengan tiga mata/tiga unsur yang sangat ampuh, yang tak dapat ditentang dan dibantah oleh siapapun juga yaitu:

  • Firman Allah dalam Alqur’an.
  • Hadis Rasulullah SAW, dan
  • Hukum-hukum dalam ilmu alam, seperti yang dikatakan oleh Prof.Dr. Mukti Ali bekas Menteri Agama kita, bahwa ilmu alam adalah firman-firman Tuhan yang tidak tertulis dalam Al-Qur’an, tetapi tertulis didalam alam ini.

Ucapan Prof. Dr. Mukti Ali tersebut adalah sangat benarnya karena dalam Surat Yusuf ayat 105 disebutkan:

وَكَأَيِّن مِّنْ ءَايَةٍ فِي السَّمَوتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

Wa ka`ayyin min āyatin fis-samāwāti wal-ardhi yamurrūna ‘alaihā wa hum ‘an-hā mu’ridhūn

Artinya:

“Dan banyak sekali ayat-ayat (keterangan-keterangan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya”.

Ayat Surat Yusuf 105 ini, kemudian dikuatkan lagi oleh Surat An-Nur Ayat 35.

وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَلَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

wa yadhribullāhul-amtsāla lin-nās, wallāhu bikulli syai`in ‘alīm

Artinya:

“Allah banyak membuat perumpamaan-perumpamaan dalam melipat gandakan petunjuk-Nya kepada manusia dan Allah Maha Mengetahui segala-galanya.”

Jadi dalam menguraikan fenomena Isra’ Mi’raj sekali ini kita akan pakai:

  1. Firman-firman Tuhan yang tertulis di dalam Al-Qur’an.
  2. Hadis-Hadis Rasulullah SAW.
  3. Firman-firman Tuhan yang tertulis di dalam alam semesta, sehingga uraian-uraiannya dengan sendirinya

menjadi riil dan rasional serta sangat ampuh, karena ketiga unsur tersebut saling dukung-mendukung dengan hebatnya, sehingga tidak dapat dibantah secara ilmiah eksakta.

Bapak-bapak dan ibu-ibu yang kami hormati, janganlah kita menganggap bahwa semua ini dalah semata-mata buah fikiran kami sendiri (subjektif). Bukan.

Kami sadar, bahwa dalam Agama, kita tidak boleh menguraikan pendapat sendiri-sendiri, karena bila kita mulai mengeluarkan pendapat sendiri-sendiri (subjektif), ini akan dapat menimbulkan khilafiah, karena setiap manusia akan mengeluarkan pendapatnya sendiri-sendiri pula. Kami hanya menyampaikannya berdasarkan firman, Hadis dan ilmu alam, jadi murni objektif dan kami hanya menggabungkan ketiga-tiganya yang akan dukung-mendukung dalam menguraikan kehebatan fenomena Isra’ Mi’raj ini. Sekali lagi dengan cara objektif begini akan jelas sekali kelihatan betapa ilmiahnya, rasionalnya dan benar nya semua Hadis-Hadis Rasulullah SAW dan semua firman-firman Allah dalam Al-Qur’anul Karim.

الْإِسْلَامُ عِلْمِيٌّ وَعَمَلِيٌّ

Al-islamu ilmiyyun wa ‘amaliyyun

Islam itu ilmiyyah dan amaliyah

Para hadirin yang kami hormati dan kami kasihi.

Marilah kita ikuti bersama-sama ceramah ini, ceramah yang lain daripada yang lain, ini lain dari yang selama ini biasa kita dengar dan kita ketahui. Dan pendekatan ilmiah yang dipakai adalah ilmu teknologi bukan ilmu sosial.

سُبْحَنَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِي بَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَتِنَا إِنَّهُۥ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Subhânalladzî asrâ bi’abdihî lailan minal masjidil-harâmi ilal masjidil aQS.halladzî bāraknā haulahū linuriyahū min āyatinā, innahū huwas samī’ul bashīr

Artinya:

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan Hamba-Nya pada malam hari dari Masijidil Haram ke Masjidil AQS.ha yang telah kami restui masyarakat sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.“(QS. al-Isra’ ayat 1).

Kami telah berkata di atas tadi bahwa kami akan mengupas Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW ditinjau dari sudut ilmiah eksakta, dari sudut fenomenanya. Penglihatan-penglihatan gaibnya, pengajaran-pengajaran gaibnya sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan, dan i’tibar-i’tibarnya. Semuanya itu dapat kita dengar dari para mubaligh-mubaligh yang lain, disamping adanya beredar beratus-ratus buku, yang melukiskan semuanya itu, akan tetapi di sini sekali ini, kita akan dengar uraian-uraian secara ilmiah eksakta yang jarang sekali kita mendengarnya. Namun pelajaran-pelajaran yang kita perdapat nanti, rasanya sungguh-sungguh tidak kalah hebatnya. Bahkan, sangat hebat sekali.

Walaupun Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW merupakan suatu fenomena yang dahsyat sekali di luar akal manusia biasa, tetapi dasarnya tetap berdiri di atas dasar ilmiah rasional eksakta, karena Islam adalah sangat ilmiah. Marilah kita mulai uraian ini dengan perhatian yang cermat dan teliti dengan mengucapkan dalam hati:

Bismillahirrahmanirrahim.

Sebelum kita memasuki secara langsung uraian ini, sejenak kami terangkan di sini sedikit tentang metafisika. Metafisika yang benar harus berdiri di atas fisika, sesuai dengan supra-rasional yang harus berdiri di atas rasional, dan dalam Ilmu Tasauf: Thariqat yang benar harus pula berdiri di atas syariat Islam. Kejadian Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW, selain untuk dapat diambil pengajaran-pengajaran dari pada i’tibar-i’tibar kekayaan Allah SWT, tujuan utamanya ialah: “Agar Rasulullah SAW, dapat sujud/hadir ke Hadirat Allah SWT yang bersemayam di atas Arasy yang maha tinggi, di mana beliau akan menerima perintah kewajiban bagi seluruh kaum Muslimin dan Muslimat, untuk menegakkan shalat wajib, lima kali sehari semalam.

Jelaslah bahwa Allah SWT berada di arasy yang maha tinggi, sedangkan Rasulullah SAW berada di bumi. Jarak antara keduanya tidak terhingga jauhnya, dalam symbol ilmu pasti untuk jarak yang tak terhingga itu, ditulis s = ∞.

Menurut rumus ilmu mekanika s = v x t yang artinya:

Jarak = Kecepatan x Waktu

s = Jarak
v = Kecepatan
t = Waktu

Umpamanya:

Kalau dari Medan kita menuju Pangkalan Berandan, yang berjarak ± 100 Km itu, sedangkan mobil kita mampu berlari dengan kecepatan 50 Km/jam, maka dalam waktu 2 jam, sampailah kita pada tujuan kita, yaitu Pangkalan Berandan.

s = v x t

100 = 50 x 2

1. Jadi: s = v x t;

Menurut ilmu aljabar:

2. Kalau ∞ = v x t, maka v-nya harus (v = ∞) atau t-nya harus (t = ∞)

3. Jadi: ∞ = ∞ x t atau ∞ = v x ∞

Waktu yang dipakai Rasulullah SAW berangkat sesudah Isya’ dan kembali sebelum Subuh, katakanlah ± 6 jam pulang pergi, jadi: satu kali jalan menggunakan waktu 3 jam atau t = 3 jam.

4. Diketahui:
2t = 6
t = 3

5. s = v x t
s = ∞ maka ∞ = v x 3➜ v = ∞/3 = ∞

Bahwa menurut rumus ilmu eksakta di atas Rasulullah SAW wajib memakai suatu alat/ kendaraan/ faktor/ frekuensi/ yang berdimensi/ berkecepatan tak terhingga/ tak terbatas, yang v-nya = ∞. Dan ini ternyata benar. Memang Rasulullah diberikan Buraq = kilat, yang berkecepatan dan frekuensinya tak terhingga: = ∞ diberikan oleh Allah SWT. Betapa eksak-Nya Isra’ Mi’raj itu.

Kesimpulan:

1. Tanpa memakai faktor yang tak terhingga (∞) siapapun orangnya yang munajat ke hadirat Allah SWT tidak akan sampai kepada Allah SWT. Hukum eksakta membuktikannya. Isra’ Mi’raj menunjukkannya, kedua-duanya tak dapat ditawar-tawar, tak dapat ditolak kebenarannya.

2. Munajat artinya: beribadat, berdzikir, bershalat, beri’tikaf dan lain-lain.

3. Sampai pada Allah artinya masuk surga, karena surga adalah pada sisi Allah SWT.

4. Dengan terang dan jelas kelihatan, bahwa tidak ada satu manusia pun yang sampai pada Allah SWT dengan akal apa saja pun, dengan ma’rifat apa saja pun, bagaimana pun hebatnya. Karena alat tak terhingga (∞) adalah kepunyaan Allah, dan bukan kepunyaan manusia, karena manusia tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Manusia adalah baharu dan serba terbatas yang tak dapat menghasilkan yang tak terhingga (∞).

5. Alat yang diberikan Allah SWT pada Muhammad Saw adalah hanya satu satunya yaitu nur-Nya, mau tidak mau harus dapat kita salurkan pada diri kita alat yang itu juga, karena tidak mungkin ada alat lain yang mencapai Allah SWT selain daripada nur-Nya sendiri. Faktor tak terhingga (∞) tidak dimiliki oleh manusia mana pun juga, karena tidak ada manusia yang bersifat tak terhingga (∞) melainkan Allah saja, maka faktor tak terhingga (∞) harus diberikan atau

dimasukkan oleh Allah itu sendiri pada manusia, baru manusia memilikinya dan barulah manusia itu dapat berkomunikasi dengan Allah SWT (lihat uraian Isra’ dan Mi’raj di atas), dan sesuai dengan Firman Allah:

نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ

Nūrun ‘alā nūrin yahdillāhu linūrihī man yasyā΄

Artinya:

“Nur berdampingan dengAn-Nur, Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya kepada nur-Nya itu.” (Surat An-Nur ayat 35).

6. Faktor tak terhingga (∞) ini tak dapat dan tak boleh bertukar, karena nur Ilahi adalah satu, tak boleh yang lain, harus yang itu juga, karena jika yang lain hasilnya/ sampainya tidak akan sama. Harus yang diberikan pada Muhammad Saw itu juga yang harus kita miliki agar terjamin tempat mendaratnya Muhammad Saw itu, sama dengan tempat mendaratnya kita. Tempat mendaratnya Muhammad Saw adalah surga, karena surga adalah pada sisi Allah SWT.

7. Untuk mencapai frekuensi yang sama, tidak ada jalan lain, rohani kita mutlak harus dapat kita gabungkan dengan rohani Muhammad, yang hidup kekal dan abadi pada sisi Allah SWT sebagai “satelit” Allah Ta’ala di alam semesta ini, yang senantiasa langsung berkomunikasi dengan Allah SWT. Rohani digabung dengan rohani tidaklah ada salahnya dan tidak berdosa, asal pandai dan tahu cara pelaksanaan teknisnya, seperti juga frekuensi stasiun radio Nusantara III Medan, selalu menggabungkan diri dengan frekuensi pusat Jakarta, dan kita akan mendengar langsung siaran pusat Jakarta pada radio kita yang sedang distel dengan frekuensi stasion radio Nusantara III Medan. Begitu juga, sewaktu

Muhammad Ali bertinju di Stadion Rio de Janeiro, cukup kita menstel TV kita pada stasiun Medan, Medan menggabungkan diri dengan Jakarta dan Jakarta dengan Palapa dan Palapa dengan Rio de Janeiro, kita melihat Muhammad Ali langsung bertinju di layar TV kita di rumah kita sendiri.

Ilmu elektronika menunjukkan, bahwa tak ada sesuatu yang dapat dihubungkan langsung dengan sesuatu melalui getaran, melainkan yang mempunyai frekuensi yang sama.

Analog dengan itu tak akan ada sedikit pun kemungkinan kita untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT dalam ibadat termasuk mendo’a, jika frekuensi-Nya belum kita dapati lebih dahulu, ini hanya didapati dalam dada/arwah Rasulullah SAW karena di situ frekuensi tak terhingga (∞) diturunkan untuk Beliau dan untuk umat yang tahqiq padanya, yaitu Mukmin sejati, yang rohnya telah bergabung dengan roh Rasulullah. Lain jalan tidak akan ada kemungkinannya. Berkata orang yang Arif:

كُنْ مَعَ الله فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ الله²⁹

Kun ma’allāh fa in lam tastathi’ fakun ma’a man kāna ma’allāh

Artinya:

“Adakanlah! (jadikanlah) dirimu itu beserta Allah jika engkau (belum bisa) menjadikan dirimu beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) beserta dengan orang yang beserta Allah (rohaninya)”.

²⁹ Muhammad Amīn al Kurdi, Tanwīrul Qulūb (Indonesia: Al-Haramain Jaya, 2009), hal. 512

Rasulullah SAW menerima wahyu bukan untuk Beliau saja, tetapi juga untuk diteruskan kepada umat yang Mukmin dan percaya, maka frekuensi tak terhingga (∞) adalah termasuk juga kurnia Ilahi yang mutlak harus diteruskan untuk kita miliki. Kalau tidak demikian, jangan kita mimpi atau berkhayal bahwa kita akan masuk surga bersama Muhammad Saw, karena surga adalah pada sisi Allah SWT. Dan tiap beribadat, kita harus memakai alat tak terhingga (∞) itu, maka barulah ibadat kita mempunyai harapan sampai pada Allah SWT.

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ³⁰

Innad du’a-a mauqufun bainas sama-i wal ardhi la yash’adu minhu syaiun hatta tushalliyya ‘ala nabiyyika shalallahu ‘alaihi wa sallam

Artinya:

“Sesungguhnya do’a akan terhenti di antara bumi dan langit, ia tidak akan naik sehingga kamu bershalawat kepada Nabimu Shalallahu ‘alaihi wa salam.” (HR. Tirmizi No.486)

³⁰ Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isā at Tirmidzi, al-Jāmi’ al-Kabīr (Beirut: Dār al-Gharib al-Islāmi,1996), cet. I, Jilid I, hal. 496

Shalawat bukan sekedar bermaksud menyebut-nyebut Nabi sejahtera saja, karena Nabi telah sempurna dan sejahtera, tetapi sukma kita, yang perlu kita hubungkan dengan sukma Nabi supaya kita sejahtera pula, karena bergabung dengan yang maha sejahtera atas dasar hukum imbas-mengimbas antara satu sama lain.

Di atas kelihatan jelas pelajaran-pelajaran yang sangat penting yang dapat kita ambil dari kejadian Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW itu. Sekali lagi kita ulangi, pelajaran pokok yang dapat diambil ialah: siapapun orangnya termasuk para Rasul, juga Muhammad sebagai Bani Adam, termasuk juga jin dan malaikat, tidak akan mampu sampai dalam munajatnya ke hadirat Allah SWT sebelum ia diberikan suatu faktor yang tidak terhingga kapasitasnya atau sebelum ia mendapatkan suatu Wasilah yang tak terhingga kapasitasnya, seperti yang dikiaskan sebagai Al-Buraq. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 35 yang berbunyi:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَهِدُوا فِي سَبِيلِهِ ۙ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yā ayyuhalladzīna āmanuttaqullāha wabtaghū ilaihil-wasīlata wa jāhidū fī sabīlihī la’allakum tuflihūn

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, carilah Wasilah (Faktor yang tidak terhingga kapasitasnya yang langsung menyampaikan engkau ke Hadirat Allah SWT) dan bersungguh-sungguhlah di atasnya, niscaya engkau mendapat kemenangan.”

Jelas kita lihat di sini bahwa firman Tuhan itu kait-mengkait satu sama lain. Kita menguraikan ini secara ilmiah eksakta karena Tuhan sendiri mengatakan dalam Surat Yusuf 105 di atas, bahwa Allah SWT menuliskan banyak sekali ayat-ayat-Nya di langit dan di bumi walaupun mereka melaluinya tetapi tidak memperhatikannya. Demikian pula dlam Surat An Nunr ayat 35 dikatakan: bahwa Allah melipat gandakan petunjuk-petunjuk-Nya dalam perumpamaan-perumpamaan/contoh-contoh dalam alam ini agar mereka berfikir. Dan Islam adalah ilmiah dan amaliah.

Ketiga unsur di atas, telah kita gabungkan di sini untuk menerangkan Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, dan telah menunjukkan prinsip-prinsip dasar dari pelajaran-pelajaran yang maha penting yang dapat kita ambil dari padanya.

Jadi jelas di sini ditunjukkan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang dapat sampai ke Hadirat Allah SWT tanpa diberikan Wasilah lebih dahulu padanya, yaitu suatu faktor yang tidak terhingga kapasitasnya dan frekuensinya karena untuk menjangkau kepada Allah Yang Maha Tinggi dan tak terhingga pula jauhnya, wajib diperlukan alat yang tak terhingga pula kapasitasnya.

Inilah dasar dari pada ilmu tasauf dan thariqat, yaitu hal Wasilah. Setiap manusia wajib pula memakai faktor tak terhingga di dalam munajatnya ke Hadirat Allah SWT. Alat itu, wasilah itu harus serupa, tak boleh bertukar-tukar, seperti yang dianugerahkan Allah pada Rasulullah SAW, kalau tidak serupa, nanti tidak akan terjamin kita mendarat di tempat yang sama seperti Rasulullah SAW.

Semua manusia hanya mempunyai sifat-sifat kemampuan yang terbatas tanpa kecuali. Tidak mungkin, siapa pun orangnya, mampu mencapai Allah SWT yang tidak terbatas jauhnya dan dimensi serta frekuensinya, tanpa mendapatkan/ tanpa dianugerahkan terlebih dahulu faktor yang tidak terbatas pula, yang dimasyhurkan dengan nama Wasilah yang tak terbatas kapasitasnya, dimensinya dan frekuensinya.

Jelas dilukiskan di atas, bahwa Wasilah itu bukan manusia, siapa yang menduga selama ini bahwa Wasilah itu adalah manusia, benar-benar ia keliru besar. Di atas jelas pula kelihatan, bahwa Wasilah itu sekali-kali bukan jin atau malaikat sekalipun; semuanya itu adalah makhluk terbatas kemampuannya yang tak mungkin mampu membawa siapa-siapa pun sampai ke hadirat Allah SWT. Juga Muhammad sekalipun tidak akan mampu membawa siapa pun ke hadirat Allah SWT. Semuanya adalah terbatas kemampuannya, semuanya harus diberi wasilah, harus mendapatkan Wasilah lebih dahulu yang tak terhingga kemampuannya. Barulah insan itu dapat dibawa terbang ke angkasa raya menuju Hadirat Allah SWT.

Kalaulah Rasulullah telah mendapatkan Wasilah, apakah kita ini selaku umatnya harus tinggal? Apakah hanya Beliau saja yang boleh hadir di Hadirat Allah SWT? Apakah hanya beliau saja yang akan masuk surga?

Pertanyaan-pertanyaan ini harus telah mampu terjawab tuntas di dunia juga, dengan jawaban yang memuaskan dan meyakinkan. Karena ini menyangkut nasib hidup kita di dunia dan di akhirat. Karena yang masuk suurga ialah hanya mereka yang mampu sampai ke Hadirat Allah SWT. Karena surga itu berada pada sisi Allah SWT.

Dan di atas telah diuraian bahwa untuk masuk surga (untuk mendapatkan kemenangan: lihat Surat Al Maidah ayat 35) harus memiliki/ mendapatkan lebih dahulu Wasilah yang kapasitasnya tak terhingga (∞) baru mampu menjangkau Hadirat Allah SWT. Kita tidak boleh berpangku tangan menunggu durian runtuh atau menunggu hujan datang dari langit baru mendapatkan air dan lain lain; kita harus berusaha, kita harus berjuang habis-habisan, berdaya-upaya, mati-matian, memikirkan, meriset, bagaimana caranya agar kita juga dapat memiliki Wasilah yang maha bernilai itu yang mempunyai kapasitas tak terbatas (∞); inilah tugas dan tujuan utama kita dalam hidup ini untuk merebut surga Jannatun Naim dunia akhirat dan perjuangan ini harus sukses, harus berhasil, karena hidup kita adalah hanya satu kali saja. Dan tidak dapat diulangi lagi untuk selama-lamanya.

Dan kalau Wasilah yang tak terhingga itu (∞) tidak kita peroleh, kita tidak akan mampu kembali pada Allah SWT selama-lamanya. (lihat keterangan di atas)

Roh kita selama-lamanya, berabad-abad lamanya, bermilyar-milyar tahun, akan gentayangan terus-terusan di alam yang tak bertepi dan tak berbatas di alam baka, hingga akhirnya musnah hancur luluh, disambar olen iblis dan syaithan dan lain-lain tanpa mampu kembali ke Hadirat Allah SWT, dengan aman dan tenteram. Karena tidak pernah memiliki Wasilah (∞) untuk itu, (Wabtaghu ilaihil wasilata) semasa hidupnya.

S = V x t

∞ = V x ∞

t = ∞ artinya: waktu untuk sampai pada Allah tak terhingga, dengan lain perkataan kita tak akan sampai-sampainya pada Allah SWT dalam munajat pada-Nya!

Bapak-bapak dan ibu-ibu yang budiman,

Marilah kita renungkan sedalam-dalamnya akan kebenaran-kebenaran dalam uraian-uraian yang sangat Ilmiah ini!

Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab ialah:

1. Dari manakah terbitnya Wasilah yang tak terhingga itu?

2. Dimanakah ia berada?

3. Kalau telah diketahui dimana ia berada, bagamanakah cara memilikinya?

Bahan-bahan yang diketahui:

1. Rasulullah itu adalah ikutan yang sempurna dalam Zahir dan Bathinnya, dalam Rohani dan Jasmaninya bagi orang yang hendak menemui Allah SWT.

2. Allah SWT adalah sangat hampir pada Rasulullah SAW yang sangat beriman dan sangat bertaqwa itu yang telah menerima Wasilah, yang telah menyampaikannya ke hadirat Allah SWT (Al Maidah 35).

3. Para Rasul semuanya tanpa kecuali pasti telah menerima alat komunikasi sebagai alat penghubung antara para Rasul dengan Allah SWT.

4. Allah berfirman dalam Surat An-Nur yang berbunyi:

نُورٌ عَلَىٰ نُورٍۢ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦۤ ۖ مَن يَشَآءُ

Nūrun ‘alā nūrin, yahdillāhu linūrihī man yasyā`,

Artinya:

“….Nur berdampingan dengAn-Nur, Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya kepada nur-Nya itu”. (Surat An-Nur ayat 35).

Sekarang harus kita tentukan lebih dahulu lokasi atau tempat di mana Wasilah itu ditanamkan pada para Rasul. Pada jasmanikah? Sudah jelas tidak, karena jasmani itu adalah kasar. Pada akal para Rasul juga tidak, karena akal adalah produk dan pada otak dan otak adalah jasmani. Tinggal anya satu lagi tempat dimana lokasi alat komunikasi itu = Wasilah itu = Nurun Ala Nurin itu ditanamkan yaitu ke dalam diri Rohani para Rasul yang telah disucikan.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَجِدِينَ

Fa idzā sawwaituhū wa nafakhtu fihi min ruhī faqa’ụ lahū sājidīn

Artinya:

“Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian Roh-Ku, rebahkanlah dirimu bersujud kepadanya” (QS. Al-Hijr ayat 29).

Jelaslah sudah sekarang bahwa fokus kita harus kita hadapkan terhadap rohani Rasulullah; ke situlah harus kita fokuskan pula roh kita, kita gabungkan pula roh kita, yang sebelumnya sudah harus pula disucikan lebih dahulu oleh rohani Rasulullah sendiri.

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ وَايَتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَلٍ مُّبِينٍ

Laqad mannallahu ‘alal-mu`minina idz ba’atsa fihim rasulan min anfusihim yatlu ’alaihim āyātihī wa yuzakkihim wa yu’allimuhumul kitāba wal-hikmah, wa in kānū min qablu lafi dhalālim mubīn

Artinya:

Maha berbudi Allah SWT yang telah menurunkan seorang Rasul di antara manusia yang membimbing mereka dengan lisan dan perangainya, yang mensucikan arwah mereka dengan arwahnya dan yang membacakan Ayat-Ayat Allah dan mengajarkan kitab dan hikmah dan adalah mereka pada masa dahulunya dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali Imran 164).

Barulah ada kemungkinan besar, kita akan mendapat Wasilah yang dimiliki, dan yang sangat berharga itu, yang dipakai oleh Rasulullah untuk munajat, atau untuk berkomunikasi ke hadirat Allah SWT.

Menggabungkan roh kita dengan roh Rasul adalah salah satu dasar utama dari ilmu Thariqatullah dalam Tasauf Islam.

Beberapa perumpamaan untuk direnungkan sebagai gambaran dalam Ilmu Tasauf dan Thariqat: (Q.S. An-Nur 35 dan Q.S. Yusuf 105).

1. Kita harus mengetahui, mana yang kawat, mana yang listrik, karena kedua-duanya mempunyai bentuk yang sama. Kawat adalah penghantar saja, tetapi ia bukan listrik dan kedua-duanya sangat berhampir satu sama lain, dan bentuknya sama tetapi tidak bersyarikat. Namun dimana pun kita pegang kawat itu, si-listriknyalah yang akan “menggigit” kita, bukan si kawat, karena ke-duanya sangat

berhampiran satu sama lain walaupun tidak bersyarikat, dan bentuk keduanya persis sama saja pada waktu itu, dan si kawat tidak menjadi si listrik, dan sebaliknya.

2. Kita harus tahu mana yang air, mana yang gula dalam tebu, kedua-duanya sangat berhampir, tetapi tidak bersyarikat. Di mana saja kita jilat air tebu itu, kita akan merasa manisnya si gula, bukan manisnya si air, karena keduanya sangat berhampiran, walaupun tidak bersyarikat, dan bentuk keduanya sama saja pada waktu itu; dan si gula tidak menjadi si air atau sebaliknya.

3. Kita harus tahu mana yang besi, mana pula yang api, kedua duanya mempunyai bentuk yang sama, sangat berhampir satu sama lain tetapi tidak bersyarikat. Dalam membakarnya si besi panas, bukanlah si besi yang membakar, tetapi si api-lah semata-mata yang membakar yang sangat berhampiran pada si besi, tetapi tetap tidak bersyarikat, bentuk si besi dengan si api pada waktu itu persis sama saja kelihatan nya, namun besi adalah besi (ferrum) dan api adalah api (energi) yang tak mempunyai rumus kimia sama sekali. Besi tidak akan jadi api walaupun saking panasnya si besi menjadi cair, atau menjadi gas besi sekalipun, si besi tetap ferrum, tidak akan menjadi si api, walaupun bentuk si besi sudah hilang sama sekali, yang kelihatan hanya si api, namun besi tidak menjadi si api dan sebaliknya.

4. Kita harus tahu mana yang rohani Rasul, mana yang Wasilah Nurun Ala Nurin, kedua-duanya sangat berhampir satu sama lain, tetapi tidak bersyarikat. Kalau kita mohon bantuan doa/syafa’at pada sang Rasul di mana dalam roh-nya telah pula berada roh sang Khalifah-nya yang telah

bergabung dengannya siang malam, maka bukanlah Anak Abdullah, atau bukanlah Isa Anak Maryam, atau Anak si Polan, (yang rohnya telah tergabung dengan rob Rasul) yang memberi bantuan atau syafa’at, tetapi langsung Allah SWT sendiri yang menyalurkan bantuanNya, detik itu juga, via saluran haq-Nya, via Wasilah-Nya yang telah ditanamkan dalam roh Rasul sebagai alat komunikasi langsung antara Rasul dengan Allah SWT, Wasilah yang mempunyai kapasitas, frekuensi yang tak terbatas (∞).

Namun Isa Al Masih tidak akan menjadi Tuhan, atan sebaliknya; ia hanya pembawa Wasilah untuk dirinya dan untuk seluruh Ummat pada zamannya; Wasiah yang frekuensinya dan kapasitasnya tak terhingga, demi untuk komunikasi ia dan Ummat langsung dengan Allah SWT.

5. Dan lain-lain contoh lagi dalam alam ini.

وَإِنَّ أَوْلِيَائِي مِنْ عِبَادِي وَاحِبَائِي مِنْ خَلْقِي الَّذِينَ يُذْكَرُوْنَ بِذِكْرِي وَأُذْكَرُ
بِذِكْرِهِمْ ³¹

Wa inna awliya-i min ‘ibādi wa ahibba-i min khalqil ladzina yudzkarūna bi dzikri wa udzkura bi dzikrihim

Artinya:

“Para wali-Ku dari hambaku dan para kekasih-Ku dari makhluk-Ku adalah mereka yang disebut-sebut jika Aku disebut, dan Aku disebut jika mereka disebut.” (HR. ‘Adz-Dzahabi)

³¹ Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsmān adz-Dzahabi, Mizānul I’tidal fi Naqdir Rijal, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, Jilid. II, hal. 51

(Sebut nama Wali-Ku/ KekasihKu, Aku telah hadir pada sisimu, ingat saja: disebut nama Muhammad dalam shalawat, Allah langsung hadir pada sisi kita untuk memberi pertolongan, jelas kelihatan, bahwa Nama-Ku tak bercerai dengan nama Muhammad dan ulama Wali-Ku/Kekasih-Ku.)

Hadis Qudsi ini adalah equivalent pula dengan seruan Allah:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Yā ayyuhalladzīna āmanų shallu ‘alaihi wa sallimū taslīmā

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab ayat 56)

Shalawatlah atas Rasul-Ku, Aku Shalawat pula atas dirimu”. Katakan “Selamat” atas Rasul-Ku, Aku katakan pula “Selamat” atas dirimu (Kalau Allah menyeru “Selamat” pada kita, seluruh kekuatan di bumi dan di langit pasti akan melindungi dan menyelamatkan kita. Tentu saja, jika Shalawat itu benar-benar memenuhi rukun dan syaratnya, untuk mana sudah jetas harus perlu “ada Atthariqnya” = metodenya).

Menggabungkan roh kita dengan rohani tidak ada salahnya, bukan syirik dan bukan kafir, dan tidak ada orang yang marah, tetapi yang pasti ialah, jika roh Rasul mampu dibawa Wasilah yang tak terhingga kapasitasnya itu, ke hadirat Allah SWT, maka roh kita pun yang telah tergabung di dalam roh Rasul, sudah pasti pula akan turut dibawanya juga ke hadirat Allah SWT.

Bapak-bapak dan ibu-ibu yang kami hormati semua.

Semoga dengan uraian-uraian ilmiah tersebut di atas, barulah terbuka bagi kita akan pengertian-pengertian yang mendalam dan banyak sekali ayat-ayat Tasauf dan Hadis-Hadis yang dahulu kita tidak dapat mengertinya.

Beberapa contoh dan pada ayat-ayat dan Hadis-Hadis Tasauf tersebut kita tuliskan di bawah ini yang semuanya adalah sangat sesuai dan seirama benar dengan perumpamaan-perumpamaan dalam alam ini yang tertulis pada halaman di atas.

Umpamanya ayat-ayat Tasauf dan Hadis-Hadis Tasauf tersebut ialah:

1. Tangan Allah di atas tangan mereka (QS. Al Fath ayat 10)

يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ

yadullāhi fauqa aidīhim

(Wajah Allah di atas wajah mereka).

2. Kalau mereka melihat, Aku matanya. Kalau mereka mengambil. Aku tangannya. Kalau mereka berjalan. Aku kakinya.

حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيدَنَّهُ ³²

Hatta uhibbahu fa idzā ahbabtuhu kuntu sam’ahu alladzi yasma’u bihi wa basharahu alladzi yubshiru bihi wa yadahu allati yabthisyu bihā wa rijlahu allati yamsyi bihā wa in sa- alani la-u’thiyannahu wa la-inista’ādzani la-u’idzannahu

Artinya:

“Hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar, Aku lah penglihatannya bila ia melihat, adalah Aku tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu), Akulah kakinya bila ia berjalan, jika ia memohon niscaya Aku perkenankan permohonannya dan jika meminta perlindungan kepada-Ku pastilah Aku lindungi dia.” (HR. Bukhari)

³² Abi Abdullah Muhammad bin Ismā’il al-Bukhari, Shāhih Bukhari, (Damaskus: Dār Ibn Katsir, 2002), Jilid IV, hal.192.

3. Kalau mereka digempur musuh, Aku lawannya.

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ³³

Man ‘adali waliyyan faqad adzantuhu bil harbi

“Barang siapa yang memusuhi seseorang wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya”

³³ Ibid

4. Mereka men-Syafa’ati seperti Rasul men-Syafa’ati

يَشْفَعُ يوم القيامة ثلاثة : الأنبياء ثم العلماء ثم الشهداء ³⁴

Yasyfa’u yaumal qiyamatil tsalātsatun al-ambiya-u tsumma ‘ulama-u tsumma asy syuhada’

“Pemberi syafaat pada hari Kiamat ada tiga yaitu para Nabi kemudian Ulama kemudian Syuhada”

³⁴ Maqbul bin Hadi al Wada’i, asy-Syafaat (Beirut: Muassasat ar-Riyān, 1999), cet. 3, hal. 205

5. Mereka yang (rohnya berisikAn-Nurun ala Nurin) bersama-sama sederetan duduknya dengan para Nabi (QS. An Nisa, ayat 69).

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

6. Barang siapa belum beserta Allah, besertalah dengan orang (rohnya) yang beserta Allah, (roh) orang itulah (yang berisi dengAn-Nurun ‘ala Nurin) yang menghubungkan roh engkau dengan Allah. (Perkataan orang yang arif).

كُنْ مَعَ الله فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ الله³⁵

Kun ma’allah fa in lam tastathi’ fakun ma’a man kana ma’allah

“Besertalah dengan Allah apabila belum dapat beserta dengan Allah maka besertalah dengan orang yang telah beserta dengan Allah”

³⁵ Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwirul Qulūb (Indonesia: Al-Haramain Jaya, 2009), hal. 512

7. Bumi dan Langit-Ku tak berdaya menjangkau Aku, namun Aku telah dijangkau oleh Ruh/Hati hamba-Ku yang Kukasihi (yang Ruhnya berisikAn-Nurun ‘ala Nurin).

قَالَ الله تَعَالَى: لَمْ يَسَعَنِي أَرْضِيْ وَلَا سَمَائِي وَوَسِعَنِي قَلْبُ عَبْدِ الْمُؤْمِنُ اللَّيْنُ الْوَادِعُ³⁶

Artinya:

Allah SWT berfirman: Tak dapat memuat Zat-Ku, bumi dan langit-Ku, yang dapat memuat zat-Ku ialah hati hamba-Ku yang Mukmin, lunak dan tenang” (HR. al-Ghazi)

³⁶ al-Ghazī, Itqān, hal. 515

8. Dan lain-lain.

Sesudah uraian ilmiah tersebut di atas yang kita ambil dan fenomena akbar Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, yang bagi kita semua merupakan sumber ilham dan ilmiah yang tidak habis-habisnya sepanjang masa, maka terbukalah bagi kita sedikit demi sedikit pengertian apa itu tasauf dan thariqat.

Kiranya kedua ilmu ini berdiri murni di atas dasar akidah Islam yang setajam-tajamnya dan sehalus-halusnya serta seteliti-telitinya dan se-khalis-khalisnya.

At-thariqah dalam tasauf Islam adalah satu metodologi di dalam Al-Qur’an yang isinya berdzikir akan nama Allah dalam bergabung dengan roh Rasulullah, di mana tersimpan, tersembunyi wasilah yang tak ada taranya sehingga langsung membawa amal dzikrullah kita itu ke hadirat Allah SWT, sehingga tiba di-maqam ihsan, (di muka/hadirat Allah SWT), barulah kita di situ menegakkan shalat Ashshalātu mi’rajul mu’minīnAllahu Akbar.

Terpenuhilah: Wadzakarasma rabbihi fa shallā. Barulah berdiri Shalat Khusu’, dan barulah kaum Mukmin itu menang, karena Shalatnya telah Khusyu’ (Al Mukminūn ayat 1-2).

Wasilah ini adalah suatu alat yang terbit dari fi’il, sifat, zat Allah SWT, dan oleh (∞) karenanya mempunyai frekuensi yang tak terhingga sebagai satu-satunya alat yang mampu untuk mencapai dimensi yang tak terhingga (∞), menuju ke hadirat Allah SWT, yang bersemayam di Arasy yang maha tinggi yang tak terhingga dimensinya. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd.

Sesuai QS. An-Nur ayat 35 dan QS. Yusuf 105 sebagai perumpamaan:

Hanya cahaya matahari saja, yang mampu sampai pada matahari. Walaupun Gas-Gas mulia sekalipun, seperti Helium, Argon, Xenon, Crypton, Hydrogen, semuanya tidak mampu sampai pada matahari; dan cahaya matahari terbit dan getaran- getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri. Barang siapa saja yang “hendak” ke matahari, wajib dan harus melalui cahayanya.

Analog dengan itu, maka barang siapa saja yang hendak sampai ke hadirat Allah SWT, harus melalui Wasilah-Nya (Nurun ‘Ala Nur), yang terbit dari pada Fi’il, Sifat, Zat Allah SWT yang mempunyai kapasitas tak terhingga (∞).

Tentu saja siapa pun orangnya yang sampai walaupun pada matahari atau ke hadirat Tuhan, tentu saja sudah “mati” atau “tidak sadarkan diri” lebih dahulu, sesuai Hadis Nabi dan Siti Aisyah RA yang mengatakan: Siapa yang mengatakan, bahwa

Rasul dalam Mi’rajnya, melihat Allah SWT, adalah kafir (Rasul begitu tiba di hadirat Allah dalam Mi’rajnya menurut riwayatnya, yang kita baca. “Tersungkur”, dan tak sadarkan diri).

Metodologi akbar yang termaktub dengan nama at thariqah dalam Al-Qur’an, di zaman mutakhir ini, mulai tersingkap dengan pengertian yang lebih nyata, karena dalam uraian-uraiannya, dibantu dan didukung oleh Ilmu Eksakta dan Teknologi, kiranya terbukti pula berisikan rahasia yang maha dahsyat, yaitu mengungkapkan metodologi agung, bagaimana caranya menggali dan menyalurkan energi maha dahsyat dari metafisika Al-Qur’an. (Al-Hasyir: 21 dan Ar-Ra’ad: 31) yang dewasa ini dicari-cari oleh semua negara-negara super power di dunia, antara lain untuk mereka pakai untuk tujuan-tujuan kemiliteran, yang sudah pasti mereka tidak akan mungkin mampu menemukannya, karena metode agung itu tersimpan, tersembunyi dalam Ilmu Tasauf Islam yang sangat halus dan tinggi serta dalam sekali.

Inilah dia sekedarnya dahulu yang dapat kita petik buahnya, buah yang sangat dahsyat dan sangat tinggi serta sangat bernilai pada sisi agama dan ilmiah, dan pada Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW pada tahun 1405 H ini.

Wassalāmu ‘alaikum warahmatullāhi wabarakatuh.

Medan. 15 Mei 1985

Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Keterangan-Keterangan:

1. Dalam ilmu fisika hubungan melalui channel/saluran dan frekuensi adalah hubungan langsung, bukan perantara. Silahkan tanyakan pada seluruh Ahli Teknologi.

2. Hubungan pupuk yang berada dalam tanah berupa Nitrit, Nitrat, Sulfat, Phosphat, Phosphit dan lain-lain yang disalurkan melalui saluran sistim ke-uratan (worteistelsel) adalah hubungan langsung antara si-pupuk dengan si-pohon. Bukan perantara. Silahkan tanyakan pada seluruh ahli Biologi. Langsung secara awam yang salah ialah: Jika si-tahi lembu, si Nitrat, Nitrit, Sulfat, Phosphat, dan lain-lain pupuk, langsung dilepohkan (dioleskan) pada si-buah, ini adalah langsung secara awam yang salah.

3. Dalam ilmu elektronika hubungan langsung antara sang dynamo dengan rumah-rumah kita melalui kawat-mengawat/tali-menali walaupun telah melewati beribu-ribu rumah, tetap saja namanya hubungan langsung antara sang dinamo dengan rumah-rumah kita. Bukan perantara. Silahkan tanya pada seluruh insinyur elektronika.

4. Hubungan manusia (si-A) dengan manusia (si-B) dengan berjabatan tangan adalah hubungan langsung antara keduanya yang berjabatan tangan itu. Tangan itu bukan perantara. Keduanya berhubungan langsung antara A dengan B.

5. Hubungan matahari dengan semesta alam melalul cahayanya, sinarnya, murninya, adalah hubungan langsung antara matahari dengan semesta alam. Bukan perantara.

6. Hubungan langsung antara insan dengan Allah SWT, melalui Wasilah-Nya, Mur-Nya adalah bukan perantara tetapi langsung. Inilah dasar dari pada Ilmu Thanigat dalam Tasauf.

Jelas pula kelihatan dalam Ilmu Alam, kalau hubungan langsung ini telah terlaksana, maka segala energi, dan sumber matahari, yang tidak habis-habisnya itu, dapat dimanfaatkan melalui cahayanya. Dalam zaman mutakhir ini telah nyata kita lihat, bahwa cahaya matahari itu, panas matahari itu, dapat ditransfer menjadi energi-energi yang lain bahkan ada yang dapat menggantikan BBM, yang menggerakkan benda-benda dan menggerakkan elektronika dan lain-lain. Itu semuanya dikatakan dalam hubungan langsung.

Di sini terbuka pula bagi kita petunjuk di dalam Al-Qur’anul Karim, yang menunjukkan akan kebesaran, kekuatan, keagungan, kedahsyatan energi yang terpendam, tersembunyi dalam Kitab Allah SWT, yang melalui saluran-Nya akan mampu langsung mengeluarkan energi yang sudah jelas bukan saja mampu rnenghancurkan bukit, bahkan seluruh jagad ini angkasa raya-pun mampu dihancurkan hingga hancur luluh dibuatnya andaikata dapat disalurkan energi raksasa ini melalui saluran Haq-Nya langsung ditujukan kepada sasarannya (melalui Wasilah-Nya).

Inilah dia baru senjata yang maha dahsyat di tangan orang Mukmin yang perkasa.

Yang paling pertama ditujukannya semestinya dan seharusnya ialah untuk melebur dan menghancurkan Al Iblis yang bermukim beberapa puluh tahun di dalam diri kita sendiri tanpa dapat kita usir dengan ayat apa pun yang kita sebut, yang kita produksi sendiri. Karena manusia yang terbatas kemampuannya hanya mungkin dapat memproduksi ayat dengan energi yang terbatas pula.

Hanya jika kita mengetahui ilmunya cara menyalurkannya via salurannya, yaitu via Nurun ala Nurin atau Wasilahnya barulah tenaga Maha Dahsyat dari Qur’an Allah SWT, dapat disalurkan dan ditujukan kepada sang Iblis sehingga Iblis itu hancur lebur dan sebagainya, barulah shalat kita dapat Khusuk tanpa diganggu lagi oleh sang Iblis yang telah dihancurkan.

Sesuai pula dengan Firman Tuhan dalam Al-Hasyr 21: Andaikata Al-Qur’an ini Aku letakkan di atas bukit, maka bukit itu hancur luluh (juga Iblis, jagad ini dapat hancur luluh, penyakit, bencana alam, narkotika, kanker, apa saja akan luluh; Bom Atom, Nuklir, pasti tidak berdaya terhadapnya).

Hadis Nabi:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُ ع اسمْهِ وَلَا فِي السَّماء الله مَا فِي الأَرْضِ وَلَا فِي السّ³⁷

Bismillahil ladzī lā yadhurru ma’asmihi syai-un mā fil ardhi wa lā fis samā’

Artinya:

“Atas nama Allah, yang tidak memberi mudharat apa-apa yang di bumi dan tidak pula di langit ialah bagi orang yang beserta dengan Nama-Nya”

³⁷ Imām Abi Daud, Sunan Abi Daud, (Beirut, Dār ar-Risālah al-‘alamiyah, 2009), Jilid VII, cet. I, h. 419.

Dan ar-Ra’ad 31: Kalau ada kitab yang dapat menggoncangkan Bumi, yang dapat memindahkan bukit, dan yang menghidupkan orang mati, maka kitab itu adalah Al-Qur’an. Begitulah hebatnya energi yang terpendam dalam Al-Qur’an.

Ini harus kita riset agar dapat disalurkan pada sasaran-sasarannya demi kemenangan Al-Islam mulia raya dan Umat beragama di seluruh jagad ini dan demi kebesaran Kalimatullahi hiyal’ulya’.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Komentar
(Khusus untuk Saudara-Saudara di Malaysia)

Para pendengar, bapak-bapak, ibu-ibu yang budiman yang kami hormati dan kami kasihi. Tidaklah satu zarahpun maksud kami untuk mempengaruhi para pendengar budiman dengan maksud-maksud yang tertentu, umpamanya untuk mengajak para pendengar yang budiman kepada salah satu partai politik, kami sekali-kali bukanlah orang politik, atau untuk merugikan ekonomi dan pada para pendengar yang budiman sekali-kali bukan.

Mudah-mudahan selama hidup kami, kami tidak pernah meminta kepada siapapun antara jutaan murid kami yang bertaburan di seluruh dunia, kami tidak pernah bertanyakan akan keadaan kantong atau ekonominya. Sedangkan dan para penderita penyakit yang sangat berat, yang tak mampu diobati oleh dunia medis, seperti kanker, leukemia, narkotika, dan lain-lain, kami tidak pernah meminta imbalan jasa atau honor. Semua ini kami laksanakan secara ikhlas dan Lillahı Ta’ala.

Kami semata-mata adalah seorang scientist yang mengajarkan ilmu Fisika/Kimia selama ± 30 tahun lebih, hingga saat ini, kami seorang pendidik dan seorang ahli Tasauf. Kami seorang ahli fisika kimia yang selama 5 tahun melaksanakan riset dalam laboratorium sebagai Kepala Industri Perang dalam zaman Perang Kemerdekaan. Dan kami telah banyak pula menemukan penemuan-penemuan baru dalam procede-procede kiniia, yang belum tertulis pada text book Universitas-universitas hingga saat ini. Dan dengan metodologi ilmu Eksakta, fisika kimia secara ilmiah murni semata-mata, kami selidiki dan riset Al-Islam dalam sudut ilmu tasaufnya dengan sangat teliti selama ± 40 tahun lamanya. Dan kami melaksanakan riset pula mengenai Tasauf ini terhadap jutaan kasus-kasus manusia.

Dan kehebatan firman-firman Allah SWT dan hadis-hadis Rasulullah SAW selalu saja terbukti akan kebenaran, keampuhan dan kehebatan-Nya.

Kami merasa sangat prihatin dan terharu bahwa seluruh dunia Islam mampu memanfaatkan Islam itu secara teknologis, yaitu tak mampu mengeluarkan energi dari pada Al-Islam itu. Bertubi-tubi firman bertubi-tubi hadis menunjukkan bahwa Al-Islam itu adalah agama yang menang, agama yang tiiggi yang tak ada tolok bandingannya dan agama yang sangat ilmiah. Dan penganutnya semestinya adalah khalifah Allah, mandataris Allah SWT tetapi semua itu adalah sirna, karena agama Islam seperti juga agama-agama lain hanya merupakan kepercayaan yang membabi-buta atau kepercayaan yang dogmatis. Kepercayaan yang dogmatis menimbulkan khilafiah antara Islam dengan Islam, menimbulkan khilafiah antara Agama Islam dengan Agama lain di dunia karena semua berdasarkan kepercayaan yang tidak berdasarkan Ilmiah, sedangkan Ilmiah Islam tidak ada yang melebihinya dan menandinginya dalam kehalusan dimensinya.

Kalau zaman baheula pada zaman Nabi Isa Ibnu Maryam atau zaman Rasulullah Muhammad anak Abdullah, agama tidak mungkin dapat diuraikan secara ilmiah, itu sudah wajar karena masyarakatnya adalah buta huruf. Tetapi pada zaman sekarang ini, zaman mutakhir, abad atom, abad nukiir, abad sinar laser, antariksa, sedangkan agama Islam adalah sangat ilmiah, agama Islam harus mampu diuraikan secara ilmiah teknologi yang setinggi-tingginya, harus mampu melebihi kemampuan dan

pada apa sajapun dan ilmu teknologi didunia; mesti begitu aturannya dan semestinya.

Dan uraian Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, yang sekarang kita kupas ini, adalah semata-mata berdasarkan ilmiah murni didukung oleh firman dan hadis, bukan untuk maksud-maksud lain. Oleh sebab itu, wahai para pembaca atau pendengar yang budiman, tela’ahlah uraian Isra’ Mi’raj ini dengan hati yang lapang, pikiran yang bersih, jangan dinodai oleh dogmatis lagi, dogmatis sudah cukup lama menimbulkan khilafiah. Semuanya harus benar-benar dibuang, supaya keluarlah paham Islam murni yang sebenar-benarnya, berdasarkan Ilmiah yang benar-benar akan menopang, memenangkan kehidupan orang Islam itu dalam realitas, bukan seperti selama ini hanya dalam “khayalitas”, dalam cerita saja. Sayang kekayaan Islam hanya akan berlalu dan lenyap begitu saja, tanpa dapat dimanfaatkan oleh Kaum Muslimin sedunia.

Saya tidak mempunyai vested interest sama sekali di sini. Bagaimana pun keadaan tuan-tuan, diterima atau tidak terima, saya tidak akan menjadi rugi atau bertambah kaya, tetapi ini hanya tugas dan kewajiban saya pada Allah untuk menyampaikan. Andaikata engkau mengetahui sepatah hadis atau sepotong ayat pun wajiblah engkau menyampaikannya. Dan dalam praktek hidup, ternyata bahwa murid-murid yang beratus ribu atau berjuta itu pada umumnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, merasakan dan mengalami kehebatan dari pada Al-Islam yang sebenar-benarnya, sehingga menangislah mereka itu karena tidak lebih lekas, apalagi yang tua-tua, mendapatkannya dan mengalaminya. Barulah mereka mendapatkan jalan untuk shalat khusuk yang selama ini tak pernah diajarkan sang ustadz bagaimana pelaksanaan teknis cara meregakkan shalat khusyu’. Sedangkan Shalat Khusyu’ merupakan kunci surga dunia akhirat.

Saya bukan mengatakan bahwa mereka itu semuanya sudah seperti Malaikat-Malaikat, namun yang pasti ialah, banyak sekali preman-preman jahat berubah menjadi pemuda-pemuda yang baik dan produktif. Kita semua tahu bahwa kalau orang baru setahun, dua tahun masuk ke universitas, belumlah menjadi sarjana. Saya tak sempat melukiskan bagaimana kekayaan Kalimah Allah yang telah disalurkan, telah mampu merobah insan-insan itu dari yang buruk menjadi yang baik, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya di luar akal manusia. Inilah yang dapat saya tambahkan, semoga dalam Isra’ Mi’raj ini, dalam bulan Sya’ban yang penuh kurnia ini, dan menuju bulan suci Ramadhan yang penuh nikmat, dan Sifat Rahman dan Rahimullah, semoga terbuka hijab kita untuk kemenangan kita sendiri dalam hidup di Dunia dan di Akhirat.

Sekali lagi saya tambahkan, saya tidak mempunyai “vested interest” sedikit pun.

Sekian. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Wassalamu ‘alaikum W. W.

Penutup dan Kesimpulan

Kaum Muslims dan Muslimat di seluruh dunia. Para ulama, para lmiawan, para cendíkiawan, para ahli Tasauf, para pemimpin, para teknokrat yang beriman dan bertaqwa di seluruh jagad ini, yang saya hormati dan muliakan.
Setelah kita mendengar/membaca dan pahami tentang kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, yang tertuang dalam kitab kecil ini yang berisikan beberapa halaman saja, di mana Kisah Isra’ Mi’raj itu diuraikan dengan cara yang belum pernah dilaksanakan di seluruh Jagad ini, yaitu dikupas:

  1. Atas dasar: Firman-firman Tuhan yang tertulis dalam Al-Qur’an.
  2. Atas dasar: Hadis Rasulullah SAW.
  3. Atas dasar: Firman-firman Tuhan yang tertulis dalam Alam semesta, sesuai dengan:
    1) QS. Yusuf ayat 105
    2) QS. An-Nur ayat 35
    3) Hadis Nabi: Islam itu adalah ilmiah dan amaliah.
    4) Hadis Nabi: Islam itu sangat tinggi tak ada yang melebihinya.

Maka terbukalah banyak sedikitnya bagi mata hati dan pandangan kita akan ilmu-ilmu yang sangat halus dan dalam sekali, yang terkandung dalam Ilmu Tasauf dan Thariqat dalam Islam.
Maka atas dasar uraian-uraian tersebut, perlu sekali kita ambil konklusi-konklusi/kesimpulan-kesimpulan yang jelas dan tegas: Tasauf dan Thariqat dalam Islam adalah suatu ilmu dalam Agama Islam yang sangat ilmiah, sangat dalam dan halus, serta tinggi sekali Ilmiahnya.

Komentar

a. Karena ilmu Tasauf dan Thariqat itu begitu halus dan tinggi Ilmiahnya, maka sudah jelas selama ini tidak mampu dikupas secara Ilmiah oleh para pengamalnya, dan andaikata ada yang mampu menguraikannya pada masa silam, sudah jelas pula masyarakatnyalah yang tidak mampu mencernanya.

b. Maka oleh sebab itu rasa nikmat dalam shalat khusuknya, dan rasa nikmat dalam Ibadah dzikrullah dalam Thariqat yang dialami dan dirasakan oleh para ahli pengamal Tasauf dan Thariqat, tidak dapat dipahami oleh para ahli Fiqih Islam, sedangkan uraian ilmiahnya (teorinya) tidak mampu diterangkan oleh para ahli Thariqat, justeru karena halusnya dan tingginya. Inilah yang menimbulkan “gap” selama ini antara para ahli Tasauf dan ahli Fiqih.

c. Dewasa ini, Ilmu Tasauf dan Thariqat, dapat diuraikan secara ilmiah eksakta secara sangat teliti dan tajam sekali dan sangat rasional, seperti yang kita uraikan dan kisah Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW, sebagai inti sari patinya, maka jelaslah sudah bahwa eksistensi Tasauf dan Thariqat dalam Islam perlu sekali ada, bahkan mutlak harus ada, karena di dalam Thariqat tersembunyi unsur wasilah, yaitu satu-satunya alat yang tak terhingga kapasitas dan frekuensinya, yang ditanamkan di dalam Rohani para Rasul yang telah disucikan sebagai satu-satunya alat / “kendaraan” pembawa tiap-tiap amalan ke Arasy yang maha tinggi dimensinya, seperti yang dikiaskan sebagai Al-Bouraq (Al-Kilat = ∞).

Sekarang jelas pula kelihatan dalam uraian ini, bahwa dalam ilmiahnya, Sang Mursyid tidak sama dengan Wasilah! Pada halaman 160 sub 1-4 perbedaan yang sangat halus ini diuraikan dengan jelas sekali.

Namun pada halaman itu juga diuraikan pula dengan jelas, bahwa petunjuk-petunjuk yang datang dan pada Allah langsung melalui/via Wasilah-Nya selalu di”corongkan” melalui Sang Mursyid sesuai dengan Q.S. Al Kahfi ayat 17 yang berbunyi:

مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِۗ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُّرْشِدًا

Man yahdillahu fa huwal muhtadi wa man yudhlil fa lan tajida lahu waliyyam mursyida

Artinya:

“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkannya sesat, maka tidak ada seorang Waliyam Mursyida yang memberinya petunjuk”.

Di sinilah diperlukan kehalusan, ketinggian, kedalaman, serta ketajaman paham dan pengertian tentang Ke-“Rahasia”-an dan ilmu Thariqat Islam, yang sudah jelas orang-orang Ahli Tasauf yang terdahulu dari kita, tidak mampu menerangkannya, karena sulit dan halusnya menguraikan akan paham dan pengertian tinggi tersebut di atas.

Namun yang pasti jelas kelihatan ialah, bahwa ilmu Thariqat Islam, dalam maqamnya yang sedalam-dalamnya tetap berdiri di atas Akidah Islam yang semurni-murninya dan sama sekali tidak melanggar Ketauhidan terhadap Allah SWT, seperti yang selalu didakwakan oleh orang-orang awam yang sama sekali tidak mengetahui tentang seluk beluk Thariqat Islam yang begitu halus dan tinggi.

Sekarang telah terungkap pula bagi kita dan uraian-uraian Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW secara eksakta, bahwa:

1. Metode untuk menegakkan Shalat Khusuk Yang Maha Bernilai itu, tersembunyi dalam ilmu Thariqat dengan Wasilah-Nya. Juga tersembunyi di dalamnya.

2. Metode yang Maha Bernilai, yaitu bagaimana cara menyalurkan energi, Yang Maha Dahsyat yang tak terhingga dan Al-Qur’an Haqiqi, yang berada pada sisi Allah SWT, pada maqam Ihsan yang maha tinggi. (QS. Al-Hasyr 21). Benar sekali ucapan Allah dalam Firman-nya QS. Jin Ayat 16:

وَأَلَّوِ اسْتَقْمُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَهُم مَّاءً غَدَقًا

Wa al lawistaqāmu ‘alath tharīqati la`asqaināhum mā`an ghadaqa.

Artinya:

“Dan bahwasanya jika mereka tetap berdiri di atas Tariqat yang benar, niscaya akan kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (nikmat yang banyak)”.

Sekali lagi karena surga adalah pada sisi Allah SWT dan untuk sampai pada hadirat-Nya diperlukan Wasilah (Al-Buraq), maka jelaslah, bahwa kita tanpa Wasilah, tidak mungkin masuk surga.

3. Dan Wasilah berada tersembunyi dalam Ilmu Thariqat.

Petunjuk-petunjuk dan pengajaran-pengajaran yang diambil dari uraian Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW ditinjau dari sudut ilmu eksakta-fisika teknologi ialah:

I ) Tanpa Wasilah (alat yang tak terhingga kapasitasnya: V = ∞) siapa pun orangnya: manusia, jin, malaikat sekalipun, tidak akan sampai-sampainya pada Allah SWT termasuk rohani para Rasul. Semuanya tanpa kecuali mutlak perlu diberi Allah Wasilah lebih dahulu (V = ∞), baru mampu sampai ke hadirat Allah SWT, dan karena surga itu hanya berada pada sisi Allah SWT, maka tanpa Wasilah (V = ∞) siapa pun makhluk-Nya tidak akan mungkin masuk surga.

Rumus:

S = V x T
∞ = ∞ x T
∞ = V x ∞ (T = ∞);

Ini artinya: ia akan terlunta-lunta selama-lamanya, bemilyar-milyar tahun di alam yang tak bertepi dan tak berujung, hingga akhirnya hancur di sambar Iblis. Setan dan lain-lain, karena tidak mampu kembali ke hadirat Allah SWT karena tidak pernah semasa hidupnya berusaha dan berjuang mati-matian untuk memiki Wasilah yang Maha bernilai itu yang tak terhingga kapasitasnya yang ditanamkan/diberi Allah SWT pada Rasulullah SAW.

Dasar-Dasar Filsafatnya:

1. Al-Qur’an: Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW dengan kecepatan Al-Buraq: V = ∞ (QS. An-Nur ayat 35: lihat di bawah pada nomor 5).

2. Hukum Ilmu Mekanika/Eksakta Teknologi. (lihat di atas pada Rumus).

3. QS. Almaidah: 35

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yā ayyuhalladzīna āmanuttaqullāha wabtaghū ilaihil wasīlata wa jāhidū fī sabīlihī la’allakum tuflihūn

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah, carilah wasilah (faktor yang tidak terhingga kapasitasnya yang langsung menyampaikan engkau ke hadirat Allah SWT dan bersungguh-sungguhlah di atasnya, niscaya engkau mendapat kemenangan”.

4. QS. Yusuf: 105

وَكَأَيِّن مِنْ ءَايَةٍ فِي السَّمَوتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

Wa ka`ayyim min āyatin fis samāwāti wal-ardhi yamurrūna ‘alaihā wa hum ‘anhā mu’ridhūn.

Artinya:

“Dan banyak sekali ayat-ayat (keterangan-keterangan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya”.

5. QS. An-Nur ayat 35:

وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَلَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Wa yadhribullāhul-amtsāla lin-nās, wallāhu bikulli syai`in ‘alīm.

Artinya:

“Allah banyak membuat perumpamaan-peumpamaan dalam melipat gandakan petunjuk-Nya kepada manusia. Dan Allah Maha mengetahui segala-galanya.

II ) Wasilah bukan manusia. Jadi bukan Rasul, bukan Khu lafaur Rasyidin, bukan ahli silsilah, bukan Aulia Allah, bukan pula malaikat, apalagi jin dan bukan siapa-siapa. Termasuk bukan Mursyid. Dan juga bukan Rohaniah.

III ) Wasilah terbit dan Fi’il, Sifat, Zat Allah Ta’ala yang maha tak terhingga, (Sehingga Wasilah, oleh sebab itu, mempunyai kapasitas yang tak terhingga pula, yang ditanamkan/diberi oleh Allah SWT hanya ke dalam diri rohani para Rasul) QS. An-Nur 35 Nur berdampingAn-Nur yang diberikan pada yang di kasihi.

IV ) Dengan ditanamnya Wasilah Allah ke dalam Rohani para Rasul, yang telah lebih dahulu disucikan, maka Wasilah Allah dan Rohani sangat berhampiran satu sama lain, tetapi tetap tidak bersyarikat, karena keduanya berlainan jenis, walaupun keduanya sangat halus, namun tidak bersyarikat. (Baca halaman 160-161 sub 1-4).

Namun apa saja yang menyentuh rohani para Rasul, disambut langsung oleh Wasilah Allah dan langsung pula disampaikan detik itu juga, ke hadirat Allah SWT. (Dalil-Dalil: baca pada halaman 164-167 tentang ayat-ayat dan hadis-hadis Tasauf yang jelas nyata menunjukkan, sangat berhampirnya, sangat akrabnya antara rohani Rasul/Kekasih-Nya dengan Wasilah Allah SWT) dikuatkan pula oleh QS. An-Nur ayat 35. (Lihat pada No. III).

V ) Bagi rohani para sahabat, para Ahli Silsilah, para Mursyidina, demi untuk memiliki Wasilah Allah Yang Maha Bernilai itu, tidak ada jalan lain, hanya satu-satunya jalan, ialah harus menggabungkan diri rohaninya ke dalam diri rohani Rasulullah, dikuatkan oleh QS. Ali Imran ayat 200:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yā ayyuhalladzīna āmanushbiru wa shābiru wa rābithū, wattaqullāha la’allakum tuflihūn̄.

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan tingkatkan kesabaranmu dan tetaplah siaga/tetaplah intip/tetaplah konsentrasi dan bertaqwalah kepada Allah, niscaya kamu mendapat kemenangan”.

Inilah dasar-dasar utama thariqat dalam ilmu Tasauf dalam Islam (No. I – V). Ilmu mana seperti kita lihat di sini adalah sangat halus, tinggi dan dalam sekali, yang hanya dapat diuraikan secara tuntas dan memuaskan atas dasar dalil-dalil: ayat-ayat Tasauf dan Hadis-Hadis Tasauf, didukung oleh Ilmu Teknologi Modern, yaitu Ilmu Eksakta. Oleh sebab itu jelaslah bagi kita semua, bahwa selama ini para ahli Thariqat biasa tidak akan mungkin mampu menguraikan tentang Thariqat dengan sejelas-jelasnya, sehingga para pendengarnya, termasuk ahli Fiqih, dapat memahaminya dalam waktu yang singkat. Maka oleh sebab itu mereka diam saja, jika ditanya.

Tetapi kita harus mengetahui bahwa Islam itu bukan fiqih saja, tetapi termasuk di dalamnya juga tasauf dan thariqat, ilmu yang sangat dalam, yang termasuk juga dalam proyek Allah SWT Yang Maha Sempurna yaitu: Al-Islam mulia raya.

1. Agama yang diakui pada sisi Allah (karena sempurnanya dan tinggi serta halusnya) adalah Islam (QS. Ali Imran ayat 19).

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَمُ

Innad-dīna ‘indallāhil-islām

Artinya:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam

2. Agama yang sangat tinggi Ilmiahnya dan amaliahnya, adalah Islam.

الْإِسْلَامُ عِلْمِيٌّ وَعَمَلِيٌّ


3. Agama yang maha tinggi, tidak ada yang melebihinya, adalah Islam.

الْإِسْلَامُ يَعْلُوْا وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ

Al-Islāmu ya’lū wa lā yu’la ‘alaih

Dalam Agama Islam kedua-dua Ilmu itu sangat diperlukan. Kedua-duanya saling dukung-mendukung dan isi mengisi satu sama lain. Kalau ilmu fiqih mengatur tata tertib cara beribadat dan mengatur cara kesempurnaan hidup kaum Muslimin di dunia, maka ilmu tasauf mempertebal iman dan Taqwa terhadap Allah SWT dan mempertinggi akhlak, sedang di dalam ilmu thariqat tersimpan metode untuk menghampirkan diri pada Allah SWT, guna meraih keridhaan-Nya.

Di samping itu thariqat juga mengandung metodologi cara menegakkan shalat khusyu’, karena menguasai metodologi cara menyalurkan energi maha hebat dari metafisik Al-Qur’an yang antara lain dapat ditujukan terhadap Al Iblus dalam hati, hingga musnah.

Para kaum Muslimin dan Muslimat yang kami kasihi di seluruh dunia, saya rasa dengan segala rendah hati, tidak akan ada diantara kita, yang mau menolak atan membatalkan uraian-uraian Ilmiah tersebut di atas, karena ia akan langsung berhadapan dengan hukum-hukum yang mutlak, dan bertentangan dengan hukum-hukum mutlak tersebut adalah sangat berbahaya. Hukum-hukum tersebut ialah:

1. Al-Qur’an (dan Allah SWT)
2. Al-Hadis (dan Nabi).
3. Hukum-Hukum dalam Ilmu alam yang nyata (Firman-firman Allah yang tertulis dalam alam semesta).
(QS. Yusuf 105).
(QS. An-Nur 35).
(Hadis-hadis Nabi).

Saudara-Saudaraku kaum Muslimin di seluruh dunia, semoga kita menang dunia akhirat karena beserta Allah dan Rasul-Nya, dan hukum-hukum teknologi modern. Allāhu Akbar, Allāhu Akbar, Allāhu Akbar.

Dengan menjadi jelasnya mengenai masalah Wasilah Allah, (Wabtaghū ilaihil wasīlata) = Channel langsung pada Allah, frekuensi yang tak terhingga yang langsung mampu menembus ke alam metafisik yang tak terhingga pada sisi Allah SWT, sebagai Maha Sumber dan segala Energi yang ada di bumi dan di langit, maka terbukalah pandangan kita tentang proto prinsip, bagaimana cara atau metodologinya menyalurkan Energi Yang Maha Dahsyat itu, yang jika perlu, dapat ditujukan kepada sasaran-sasarannya; yang paling utama ialah Al Iblis dalam diri kita sendiri, sehingga diri kita bersih dan bebas dari segala bisikan-bisikan Iblis. Sebagai syarat mutlak untuk mampu mendirikan Shalat yang khusuk Khalis Mukhlishin (Ashshalātu mi‘rājul mu’min). Jelaslah bagi kita sekarang, mengapa Sang Ustadz di seluruh dunia tidak pernah mengajarkan cara pelaksanaan teknis untuk menegakkan Shalat yang khusyu’.

Karena metodologi pelaksanaan teknis Shalat khusyu’ itu, tinggi sekali dan tersimpan/tersembunyi dalam ilmu tasauf dan thariqat yang halus dan dalam sekali, dan shalat khusyu’ adalah kunci mutlak untuk hidup menang dunia akhirat.

Sekaligus terbuka bagi kita metodologi yang sangat hebat yaitu: cara pelaksanaan teknis bagaimana menyalurkan energi Maha Dahsyat dari Ayat-Ayat Al-Qur’an yaitu Firman-Firman yang “berkepala Atom dan Nuklir”.

Kalimah Allah Yang Maha Dahsyat dengan getaran-getarannya yang Maha-Maha Ultra Sonoor, satu-satunya senjata Allah, yang tidak ada taranya di tangan Mukmin yang perkasa, sebagai Khalifah Allah yang sebenamya, memenangkan perang yang sangat besar dalam diri pribadi kita sendiri, yaitu: Perang besar terhadap setan dan iblis yang berada di dalam diri dan di luar diri dalam jagad raya yang luas ini, termasuk jagad yang kekal dan abadi yang dinamakan akhirat; la, Kalimah Allah tetap tak terkalahkan di mana saja, dan la Maha Dahsyat dan mempunyai aksi radius tak terhingga, yang mampu menembus dan dunia sampai ke akhirat, dan tidak ada sesuatupun yang mampu menghadapinya, di dalam alam semesta ini, energi mana dapat ditransfer menjadi benteng, menjadi senjata, menjadi kapal, menjadi rezki dan penghancur/pemusnah segala-galanya: bumi, langit, bukit, bala bencana, galodo, gempa bumi, penyakit-penyakit berat, kanker, narkotika, sindikat-sindikat semua akan musnah jika berhadapan dengan Maha Senjata ini, yang disalurkan melalui Wasilah Allah, di “Corongkan” melalui Khalifah Allah dan Khalifah Rasul-Nya, sebagai aparat dan Allah SWT. Bahkan kiamat dunia pun dapat tertunda, jika dihadapkan pada Kalimah Allah Yang Maha Perkasa ini.

Hadis Nabi, HR. Imam Muslim:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ

Lā taqūmus sā’atu ḥattā lā yuqāla fil arḍhi allāhu allāh

Artinya:

“Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi Allah, Allah” (HR. Muslim)

“Neraka dunia dan akhirat-pun akan padam dibuatnya (N.B. benar benar suatu metode dahsyat untuk memadamkan api peperangan dengan tuntas).

Setan, Iblis, apa sajapun akan musnah dibuatnya, jangankan Kalimah Allah yang disalurkan via Wasilah Allah, Wasilah Allah sajapun (∞) sudah sangat ditakuti oleh Iblis; jangankan Wasilah Allah, si Pembawa Wasilah Allah (Rohani para Rasul) sajapun, yang tak bercerai-cerai barang sedetikpun dengan Wasilah Allah, itu pun sudah cukup untuk mengusir sang Iblis, musnah atau hilang lenyap, sampai ke balik ufuk bumi ini, sehingga tidak kelihatan sama sekali.

Di sinilah letak logikanya, dan hukumnya, bahwa wajah Rasul tak dapat ditentang oleh sang Iblis atau Wajah Rasul tak dapat diserupai oleh Iblis, karena “Wajah Allah” selalu berada di atas” Wajah Rasul”.

يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ

Yadullaahi fauqa aidihim“.

Tangan Allah di atas tangan mereka“.

Jangankan wajah Rasul, wajah para Khalifah Allah, wajah para ahli silsilah (rohani para ahli silsilah) termasuk wajah waliyam mursyida yang Kamil Mukamil dan Khalis Mukhlishin, pun tak dapat ditentang oleh Iblis dan juga tak dapat diserupai Iblis, seperti juga wajah Rasul tersebut di atas, justru karena rohani para Khalifah Allah dan rohani para Khalifah Rasulullah, dan rohani para ahli silsilah termasuk rohani waliyam mursyida, telah bersatu siang malam, tiap detik, dengan rohani Rasulullah Saw dan oleh karenanya bersama sama memiliki Wasilah Allah yang Maha hebat dan maha bernilai itu(∞).

Di sini pula lah letak hukumnya (logikanya) apa sebabnya sang murid, jika menghampirkan rohaninya dalam berzikirullah ataupun beramal, dengan rohani waliyam mursyida, yang bersatu siang malam dengan rohani Rasul, di mana rohani Rasul itu, tak bercerai pula dengan wasilah Allah, yang ditanamkan

Allah ke dalamnya, di mana oleh karenanya otomatis menyalurlah Kalimah Allah yang Maha Dahsyat, yang langsung meliputi semua yang berangkai itu, yang tak bercerai-cerai itu, semuanya masuk ke dalam benteng kalimah Allah yang Maha Akbar.

قال الله لا إله إلا الله كلامي وأنا هو من قالها مخلصا دخل في حصني ومن دخل في حصني فقد أمن عذابي³⁸

Qālallāhu lā ilāha illallāhu kalāmī wa ana huwa man qālahā mukhlishan dakhala fī ḥiṣhnī wa man dakhala fī ḥiṣhnī fa qad amina min ‘aḍzābī

Artinya:

Berkata Allah: Lā ilāha illallāh (Kalimah Allah) itu adalah perkataanKu dan ia adalah Aku, siapa yang menyebutnya dengan ikhlas masuklah ia ke dalam benteng-Ku, dan siapa yang masuk ke dalam benteng-Ku, maka terpeliharalah ia dan siksaan-Ku”. (HR. Ibn Hibban)

³⁸ Muhammad bin Hibbān, Kitāb al-Majrūḥīn min al-Muḥadditsīn, (Arabiah Saudiyah : Dār al-Sharmay’i, 2000), cet. I, Jilid II, hal. 509

Metode mana adalah sangat ilmiah, sangat logis, sangat kokoh dan sangat eksak. Barulah terjamin Sang Murid beribadat, berzikir, bershalat dengan tenteram, tenang dan Khusyu’. Dan dalam keadaan begini, dengan dibentengi dan segala sudut oleh Kalimah Allah Yang Maha Dahsyat, maka barulah Sang Murid menghadapkan wajahnya pada Wajah Allah yang Maha Akbar, Maha Agung, dalam shalat yang se-Khusyu’-Khusyu’nya (Ashshalātu mi’rājul mu’minīn). Wa dzakarasma rabbihi fashallā.

Inilah cara metode mendirikan Shalat yang Khusyu’. Bebas dari segala bisikan-bisikan setan dan iblis yang sudah musnah kena “rajam” oleh Kalimah Allah yang disalurkan melalui Wasilah-Nya yang Maha Hebat yang berisikan getaran-getaran maha ultra sonoor, Kalimah Allah mana yang langsung turun memancar dari sisi Allah SWT Yang Maha Akbar; Kalimah Allah mana sudah jelas berbeda, seperti bumi dan langit, dengan Kalimah-Kalimah Allah yang diucapkan mereka tanpa metode/thariqat, yang memang serupa bunyinya, tetapi yang asalnya dari produksi mereka sendiri dan oleh karenanya tidak berisikan energi apapun sama sekali, sehingga seekor iblis-pun tak mampu lari dibuatnya, dan iblis itu tetap bermukim dalam hati mereka, yang merupakan kawan seiring bagi mereka sampai mati dan sampai masuk ke Alam Baqa masih terus berkawan, langsung ke Neraka Jahanam.

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَنَا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

Wamay ya’syu ‘andzikrir rahmani nuqayyid lahū syaithānan fahuwa lahu qarin.

Artinya:

“Barangsiapa yang berpaling dan mengingat Arrahman (dzikrullah), Kami turunkan kepadanya seekor setan yang terus-menerus menjadi kawan seiring baginya.” (QS. Az-Zuhruf ayat 36).

Saudara-saudara yang budiman,

Di sinilah lengkapnya kami ungkapkan metode agung dari thariqatullah yang sangat ilmiah, sangat hebat, sangat logis, sangat rasional dan sangat mutlak perlu, yang merupakan jalan satu-satunya untuk menegakkan shalat khusyu’, untuk membentengi diri dari neraka dunia akhirat dan lain-lain, dan lain-lain.

Metode ini pulalah nota bene yang “diserang” dan “dilarang” oleh sementara oknum di Pusat Kajian Islam di Malaysia. Sedang mereka sama sekali tidak mengetahui tasauf, thariqat dan teknologi, dahsyat bukan?

Sungguh sangat berbahaya bagi Ummat/Kaum Muslimin seluruhnya di Kerajaan itu, jika kanak-kanak berjanggut yang kurang akalnya (istilah Rasul) ditempatkan pada tempat-tempat yang begitu penting.

  1. Sabda Rasul: Mereka yang membicarakan sesuatu yang tidak mereka ketahui, adalah kurang akalnya.
  2. Sabda Rasul: Di dunia ini banyak kanak-kanak yang berjanggut.

Sebenarnya sulit pula kita mau marah terhadap kanak-kanak yang kurang akal itu. Maka oleh sebab itu kami selalu bersabar melihatnya, hanya sekarang mulai menunjukinya. Namun mereka harus sadar bahwa kekuatan metafisika/dzikrullah dengan metode thariqatullah mampu menghambat kiamatnya bangsa dan kerajaan.

Ahli-ahli tasauf dan thariqat tidak pernah membuat makar di seluruh dunia, di mana-mana sajapun mereka berada, semua mereka mendukung negara dan bangsa dan kerajaan karena perbuatan itu masuk dalam iman.

Mereka-mereka yang melarang kaum dzikrullah berdzikir dengan memakai metode thariqatullah, harus pula menyadari, bahwa perbuatan mereka itu sangat-sangat berbahaya. Dengan melarang kaum mukmin berdzikrullah mereka mengundang bencana maha besar, yaitu turut menghapuskan eksistensi bangsa dan kerajaan itu dari muka bumi secepat-cepatnya. kiamat bangsa dan kerajaan itu pasti segera akan datang di ambang pintu.

Invasi komunis yang sangat ditakuti dari Utara pasti tak lama lagi melanda kerajaan dan bangsa, yang membuat bangsa dan kerajaan kiamat, jika tak ada orang lagi yang berdzikir Allah, Allah, dengan metodologi thariqatullah.

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ³⁹

Laa taquumus sā’atu hattā lā yuqāla fil ardhi Allāhu Allah

Artinya:

“Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi Allah, Allah” (HR. Muslim No. 148)

³⁹ Muslim, Shahih, h.78

(HR. Imam Muslim). Allah menyuruh orang berdzikir, mereka melarangnya pula. Māsyā Allāh.

Hadis Qudsi: “Firman Allah Ta’ala:

إِذَا رَأَيْتُ عَبْدِي يُكْثِرُ ذِكْرِي فَأَنَا أَذِنْتُ لَهُ فِي ذَلِكَ وَأَنَا أُحِبُّهُ، وَإِذَا رَأَيْتُ عَبْدِي لَا يُذَكِّرُنِي فَأَنَا حَجَبْتُهُ عَنْ ذَلِكَ وَأَنَا أُبْغِضُهُ⁴⁰

Idzā raaitu ‘abdī yuktsiru dzikrī fa anā adzintu lahū fī dzālika, Wa ana uhibbuhu wa idzā raaitu ‘abdī lā yudzakkirunī fa anā ḥujubatuhu ‘an dzālika wa ana ubghidhuh

“Jika engkau melihat hamba-Ku banyak berdzikir (mengingat Aku) maka Aku-lah yang mengizinkannya berdzikir dan Aku kasih pada nya. Sebaliknya bila engkau melihat hamba-Ku tidak berdzikir, maka Aku-lah yang menghijabnya dan Aku benci padanya.” (HR. Addaruquthni, dan Ibnu Asakir)

⁴⁰ Al ‘Alamah Yūsuf bin Ismā’il an-Nabhani, Majmū’ al-arba’īna arba’in min aḥādits sayyidil mursalin, (Beirut, Dār al-kutub al-‘ilmiyyah, 1971), h. 24.

Mereka harus sadar, bahwa metode thariqatullah mutlak perlu dalam beribadat, karena: jelas frekuensi dan dimensi Allah yang tak terhingga itu sama sekali tidak serupa dengan frekuensi dan dimensi manusia yang serba terbatas. Mana mungkin ada hubungan antara keduanya. Maka oleh sebab itu: manusia harus diberi faktor frekuensi dari dimensi yang tak terhingga, baru ada komunikasi/hubungan antar Insan dan KhalikNya.

Faktor tak terhingga itu mesti, wajib, mutlak ada, dan ini hanya dipunyai oleh Zat Yang Maha Tak Terhingga (∞).

Faktor inilah yang dinamakan Alwasilata = Wasilah yang langsung menyampaikan pada Allah SWT, yang tak terhingga kapasitasnya, frekuensi dan dimensinya. Yang terbit dari Fi’il, Sifat, Zat Allah adalah Nur-Nya yang mengandung getaran-getaran Kalimah Allah maha dahsyat! Maka Nur Ilahi: itulah dia Wasilah dan itu lah yang diberikan pada Rohani Rasulullah SAW.

نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ

Nūrun ‘alā nūrin, yahdilallāhu linūrihi may yasyā-‘

“Nur di atas nur, Allah membimbing kepada Nur-Nya siapa yang Dia kehendaki” (QS. An-Nur ayat 35)

Siapa tidak memiliki Nur ilahi ini tidak akan mungkin sampai pada Allah selama-lamanya. Inilah dia inti thariqatullah. Jadi thariqatullah adalah satu-satunya cara (metode) untuk dapat memiliki wasilah ini, kalau ini telah berhasil dimiiki barulah beruntung, melimpah ruah dalam hidup ini dunia akhirat.

وَأَلَّوِ اسْتَقْمُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَهُم مَّاءً غَدَقًا

Wa allawistaqāmu ‘alath-thariqati la-asqaināhum ma-an ghadaqa

Artinya:

“Dan bahwasanya jika mereka tetap berdiri di atas Tariqat yang benar niscaya akan Kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (nikmat yang banyak).” (QS. Al-Jin ayat 16)

Saudara-saudara yang budiman,

Dalam praktek hidup selama ± 40 tahun, kenyataan-kenyataan dan kebenaran-kebenaran dan pada metode ini, telah terbukti dan di alami kebenarannya oleh berjuta-juta manusia, termasuk para intelektual, para sarjana, tokoh-tokoh VIP dalam dan luar negeri, dalam segala macam kasus kehidupan, mulai dan ibadat, yang tak dapat dilukiskan bagaimana syahdunya, sehingga sering kali mereka itu menangis tersedu-sedu karena haru dan kagum akan kebesaran Ilahi, sampai-sampai pula pada fenomena-fenomena dalam alam semesta yang ditundukkan oleh kalimah Allah, sampai-sampai pada kesembuhan penyakit- penyakit berat, yang tak dapat diobati oleh para medis, ketentraman jiwa, kemenangan lahir bathin dan lain-lain, dan lain-lain. Ringkasnya, tak dapat dilukiskan satu persatu bagaimana dahsyatnya kekuatan dan kesempurnaan Kalimah Allah itu, yang disalurkan melalui metodologi thariqatullah, yang dialami mereka sendiri, yang selama ini, mereka tidak pernah alami, selama mereka hidup, akan kebesaran-kebesaran Kalimah Allah ini. Sewaktu mereka masih melakukan Ibadat secara awam, dan sebelum mereka melaksanakan amalan dzikrullah dengan memakai metodologi thariqatullah, semua kebesaran-kebesaran Kalimah Allah ini tidak pernah muncul pada mereka.

Saudara-saudara yang budiman,

Kita harus sadar, bahwa kita sekarang ini dalam suasana puncak teknologi dunia. Penerangan dan dakwah agama harus mampu ditingkatkan sedemikian rupa, sehingga kita mampu mengatasi dan melebihi kehebatan teknologi dunia itu, ini harus mampu kita laksanakan.

Karena: Allah adalah Maha Bijaksana Maha Pintar = Maha Pandai = Maha Ilmiah. Firman-Firman Allah adalah sangat Ilmiah dan sangat dalam. Sabda-Sabda Rasul adalah sangat Ilmiah dan sangat dalam.

Al-Islāmu ya’lū wa là yu’la ‘alaihi⁴¹

الْإِسْلَامُ يَعْلُوْا وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ

Al-Islam adalah sangat ilmiah dan tak ada yang melebihinya. (HR. ‘Aidz bin Amru).

⁴¹ Imām Jalal ad-Din bin Abi Bakr as-Suyūthi, Al-Jami’ush Shaghir fi ahāditsil basyīrin nadzīr, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘ilmiyyah, 2004) jilid I, h. 183

Sudah jelas yang mampu untuk menguraikan Firman-Firman dan Hadis-Hadis tersebut di atas adalah hanya sarjana-sarjana yang benar-benar sangat ilmiah pula dalam bidangnya masing-masing, serta taqwa, serta beriman, dan yang telah menemukan Wasilah dan yang telah mempraktikkannya secara sungguh-sungguh, dan yang telah mendapatkan hasil-hasil kemenangan yang gilang-gemilang dari pada-Nya. (QS. Al Maidah ayat 35).

Sudah jelas penerangan/dakwah seperti pada 100 tahun yang lewat, harus sudah dirubah sama sekali. Itu sudah kolot dan ketinggalan zaman. Dalam Al-Qur’an semua jenis ilmu ada, ilmu fiqih (hukum) maupun ilmu tasauf/thariqat (teknologi); ahli hukum tidak akan tahu seluk beluk teknologi. Begitu juga ahli fiqih tidak akan tahu seluk beluk tasauf/thariqat. Ahli fiqih tidak ada bahan untuk menyimak tasauf/thariqat sedalam-dalamnya. Saudara-saudara yang budiman,

Kita harus sadar, bahwa kita sekarang ini dalam suasana puncak ilmiah teknologi dunia yang setinggi-tingginya. Puncak ilmiah teknologi dunia yang setinggi-tingginaa itu, dikuasai sepenuhnya oleh negara-negara super power, non Agama. Seirama dengan itu, harus dan wajib orang Mukmin itu, mampu menghadapinya dengan teknologi yang tiada taranya yang berada tersimpan tersembunyi dalam energi yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Bidang ilmiah yang mampu menggali energi Al-Qur’an ini, adalah hanya ilmu tasauf dan thariqatnya, bukan fiqih. Ilmu tasauf dan thariqatullah yang telah matang, siap sedia menghadapkan energi Al-Qur’an, dengan menyalurkan ayat-ayat Allah SWT melalui wasilahnya yang dapat “ditransfer” menjadi senjata-senjata maha dahsyat yang berkepala nuklir Kalimah Allah, yang tak ada taranya, yang dapat ditransfer pula menjadi bermacam-macam fenomena hebat, seperti sinar maha dahsyat, yang amplitudonya tak terbatas, yang tanpa suara, dalam sepersejuta detik, telah tiba pada sasaran-sararannya; walaupun di mana saja berada, dapat dikejamya. Saudara-Saudara kaum Muslimin yang kami kasihi di seluruh dunia,

Kita harus sadar, bahwa sebenarnya Allah SWT, Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, sudah lengkap memberikan segala-galanya pada manusia di bumi ini, dalam keadaan yang selengkap-lengkapnya. Walaupun kelihatan di dalam alam fisik ini yang diberikan itu hanya berupa: air, api, angin dan tanah, namun sebenarnya keempat unsur ini sudah meliputi seluruh kekayaan alam fisik yang berada di alam mayapada ini. Apalagi di samping itu kita diberi akal yang sangat cerdasnya untuk mengelola segala-galanya itu. Betapa tidak, cobalah kita renungkan sejenak.

Dari tanah dan batu-batuan dalam tanah, kita dapat membuat semen, batu bata, dan kemudian dengan besi, juga dari dalam tanah, kita dapat membuat gedung-gedung sampai beratus tingkat. Begitu juga kapal terbang, dapat kita buat dari aluminium, yang juga berasal dari dalam tanah, bersama-sama dengan bensin, yang juga berasal dari dalam tanah dan akhirnya dapat terbang ke angkasa raya, dan seterusnya, dan seterusnya.

Semua yang kita sebutkan di atas termasuk dalam alam fisik, yang mengelolanya termasuk dalam bidang ilmu teknologi fisik, bukan dalam ilmu hukum perdata atau pidana. Begitu juga dengan kekayaan-kekayaan Allah SWT yang telah sempurna pula disediakan-Nya di dalam alam metafisik Al-Qur’an, untuk para Khalifah Allah, untuk diolah dengan ilmu teknologi metafisik Al-Qur’an, dan bidang Ilmu ini dinamakan tasauf dan thariqat Islam; bukan terletak dalam ilmu fiqih Islam. Sungguh benar, bahwa tujuan utama dari ilmu tasauf dan thariqat dalam amalannya ialah, demi untuk berhampir diri pada Allah SWT, guna meraih ridha dan cinta-kasihNya, namun sebagai “gift” sampingan diberikan ilmu teknologi metafisik Al-Qur’an yang mampu menyalurkan energi Al-Qur’an Yang Maha Dahsyat via saluran Haq-Nya/Wasilah-Nya untuk jika diperlukan, ditujukan terhadap sasaran-sasarannya, yang merupakan musuh-musuh Allah Ta’ala, musuh-musuh perikemanusiaan, musuh-musuh bangsa dan negara, musuh-musuh dunia dan kebudayaan, guna menghancurkan tenaga tenaga dahsyat dari negara-negara besar yang bersifat zalim dan aniaya, walaupun mempunyai senjata-senjata dahsyat seperti atom dan nuklir sekalipun. Semua itu pasti musnah dihantam oleh energi maha dahsyat dari Kalimah Allah yang disalurkan melalui Wasilah-Nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahil hamd, Semoga kita semuanya menang absolut, dunia akhirat, berkat Keagungan, Kemuliaan, Kedahsyatan Kalimah Allah yang disalurkan melalui Wasilah-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.

Semoga buku ini, yang walaupun kecil dan ringkas, namun sangat ilmiah, dan religius, serta sakral, kiranya besar manfaatnya bagi seluruh dunia, terutama bagi seluruh bangsa Indonesia, yang sedang membangun dan memakmurkan bangsa dan negaranya, lahir bathin, menuju masyarakat adil dan makmur dan semoga selalu menang, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, demi kejayaan agama, bangsa, dan negara Republik Indonesia, yang kita cintai bersama, yang berazaskan azas tunggal Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kaum muslimin dan muslimat di seluruh dunia,

Inilah rahasia terbesar dari pada ilmu Thariqat, yang baru sekarang ini dapat diuraikan secara ilmiah eksakta, secara logika, dan secara rasional.

Sekian, segala sesuatu kami pulangkan ke Hadirat Allah SWT kami pulangkan kepada seluruh kaum Muslimin dan Muslimat.

Alhamdu lillāhi rabbil ‘alamin

Assalāmu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Allahumma shalli ‘alā sayyidina Muhammad

Allahumma shalli ‘alā sayyidina wa maulana Muhammad

Allahumma shalli ‘alā sayyidina wa nabiyyinā wa habibinā wa syafi ‘inā wa zukhrinā wa maulānā Muhammad

Prof. DR. Haji Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin

Supplemen dari Uraian Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Ditinjau dari Sudut Fisika – Eksakta

Pendahuluan

Sebagai perumpamaan-perumpamaan dalam alam ini (sesuai Surat An-Nur 35 dan Surat Yusuf 105), yang dapat memberikan petunjuk yang jelas dan lebih nyata bagi kita tentang ayat-ayat I-IV, di bawah ini dapat kita lihat pada proses kimiawi alamiah dalam menghasilkan 1 (satu) macam hasil, yang berasal dan berbagai-bagai macam bahan baku yang pada zahirnya sangat berlainan bentuk dan rupanya umpamanya:

  • Ubikayu + ragi -> Alkohol.
  • Beras ketan + ragi -> Alkohol.
  • Dedak padi + ragi -> Alkohol.
  • Ampas/kulit tebu + ragi -> Alkohol.
  • Nira kelapa dan sejenisnya + ragi -> Alkohol.
  • Dan lain-lain, dan lain-lain.

Kita lihat sebelah kanan anak panah hasilnya: sama, yaitu Alkohol; pasti disebelah kiri anak panah, inti sari pati dan semua bahan baku itu, yang pada zahirnya sungguh-sungguh sangat berlainan sekali kelihatannya, harus juga sama, yaitu peragian daripada Carbohydrat, yang berada dalam bahan 1 – 5. Semua ini harus ada metode/cara pelaksanaannya (Thariqatnya) dan tempat pelaksanaannya di laboratonium-laboratorium/pabrik-pabrik kimia khusus untuk itu. (Surau-surau i’tikaf). Pimpinannya namanya: Insinyur Kimia (Waliyyam Mursyida) bukan ahli hukum perdata atau ahli hukum pidana (bukan ahli fiqih, tetapi ahli tasauf dan sufi).

Kalau alam kita ini kaya raya, Al-Qur’an kita lebih kaya raya lagi. Kalau pada alam ini ada kelihatan flora, fauna, bulan bintang, matahari, lautan, bukit-bukit, gunung-gunung dan lain-lain semuanya indah-indah kelihatan, isi alam ini lebih hebat lagi; mengandung emas, perak, mineral lain-lain, electricity, atom, nuklir, sinar laser dan lain-lain maka begitu juga kalau Musabaqah Tilawatil Qur’an yang kita baca mendatangkan rasa syahdu, taslim, tunduk pada Allah bagi kita, maka energi yang terpendam dalam Al-Qur’an dapat membuat jagat raya ini kiamat dalam satu detik saja.

Jelas kelihatan diatas bahwa bidang studi tasauf berlainan dengan bidang studi dari fiqh. Jelaslah ahli fiqh tidak akan mampu masuk menyimak sedalam-dalamnya dalam bidang tasauf. Seperti fiqih mengajarkan sampai berdiri Shalat, maka tasauf melanjutkan dengan mengupas soal roh dan pada sang insan, agar supaya dapat berdiri Shalat khusyuk’.

Sekian kata Pendahuluan.

Resume (Kesimpulan)

No.FIRMAN-FIRMAN ALLAHHASILNYA
IQS. Al-Mu’minin: 1-2قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَSesungguhnya menang lah orang-orang Mukmin yang berhati khusyuk dalam Shalatnya.Menang / Beruntung
IIQS. Al-Maidah: 35يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ“Wahai orang yang beriman, bertaqwalah akan Allah, temukanlah / carilah Wasilah (yang tak terhingga kapasitasnya yang langsung menyampaikan engkau pada Allah) dan sungguh-sungguh di atas jalan Allah itu, niscaya engkau mendapat kemenangan/ beruntung.”Menang / Beruntung
IIIQS. Ali ‘Imran: 200يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَWahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan tingkatkan kesabaranmu dan tetaplah siaga/tetaplah konsentrasi dan bertaqwalah kepada Allah, niscaya kamu mendapat kemenangan /beruntungMenang / Beruntung
IVQS. Al-Jin: 16وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًاDan bahwasanya jika mereka tetap berdiri di atas Thariqat yang benar, niscaya akan kami turunkan hujan (Rahmat) yang lebat (nikmat yang banyak beruntung/menang).Menang / Beruntung

Keterangan:
Pada Surat I – IV semua yang berada di sebelah kanan anak panah menunjukkan Menang (Beruntung).

Menurut ilmu Aljabar atau Matematika berarti yang di sebelah KIRI anak panah) adalah sama nilainya, atau mempunyai kaitan yang sangat akrabnya satu sama lainnya.

Selanjutnya kita uraikan secara Aljabar dan secara skematis antara ke 4 buah ayat-ayat Allah tersebut sehingga jelaslah bagi kita semuanya akan persyaratan-persyaratan yang mutlak harus dipenuhi agar dapat terlaksana Shalat yang Khusyu’ yang merupakan kunci kemenangan hidup dunia akhirat.

Kalau ini tidak dipenuhi, janganlah kita mimpi akan dapat masuk surga kelak dan selain di dunia ini. Karena tindakan Allah SWT adalah sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan-Nya.

Skema

Untuk mampu menegakkan Shalat yang khusyu’, wajib mereka itu mempunyai persyaratan sebagai berikut: QS. Al Maidah: 35 dan didukung oleh: QS. Ali ‘Imran: 200.

Pada Skema tersebut di atas jelas sekali kelihatan, bahwa:

  1. Isi QS. Al Maidah: 35 dan isi QS. Ali Imran: 200 adalah identik.
  2. Kedua-duanya menunjukkan, bahwa orang-orang yang mampu khusyu’ dalam Shalatnya ialah hanya mereka yang: taqwa, beriman telah menemukan wasilah (wasilah =alat yang diberikan Allah yang tak terhingga kapasitasnya, yang mampu langsung menyampaikannya kehadirat Allah SWT), bersungguh-sungguh di atas-nya, barulah menang.

Barulah shalat itu mampu berdiri khusyuk, barulah terjamin kita menang dunia akhirat kalau tidak, janganlah kita mimpi, akan dapat menang dunia akhirat selama hidup dan sesudah berada di alam baka kelak. Karena kemenangan dan kekalahan yang begini rupa adalah absolut. Artinya kalan menang di dunia pada sisi Allah, di akhirat pun akan terus menang, sebaliknya kalau kalah di dunia, di akhirat pun terus kalah. Karena hakikat kemenangan atau kekalahan tersebut adalah kemenangan atau kekalahan dan roh kita dalam peperangannya melawan Al iblis. Bukankah roh kita yang di dunia sama dengan roh kita yang akan menyeberang ke alam baqa kelak. Begitu juga Al Iblis Lakanatullah adalah sama, yang di dunia dan yang di akhirat. Maka oleh sebab itu perjuangan roh kita melawan Al Iblis harus dan wajib kita menangkan di dunia ini. Dan untuk ini harus dan mesti ada metodenya. Untuk kemenangan perjuangan ini mesti ada thariqat-nya, seperti yang ditunjukkan Ayat Al-Qur’an pada nomor IV (QS. Al Jin: 16).

Dan bahwasanya jika mereka tetap berdiri di atas thariqat yang benar niscaya akan Kami turunkan hujan yang lebat (rahmat, nikmat yang banyak beruntung dan kemenangan). Barulah manusia itu banyak sekali beruntung dan menang dunia akhirat dan sebagai pemimpin dari ini semuanya, adalah waliyyam mursyida seperti yang ditunjukkan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya:

V. QS. Alkahfi: 17

مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا

Mayyahdilāhu fahuwal muhtad; wa may yudhlil falan tajida lahū waliyyam mursyida

“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat, maka tidak ada seorang Waliyyam Mursyida yang memberinya petunjuk.”

(Siapa yang tak mempunyai Mursyid, berarti dia tidak akan mendapat petunjuk/jalan pada Allah SWT selama hidupnya).

Waliyyam Mursyida inilah dia orangnya/gurunya yang mampu menguraikan tentang wasilah/nūrun ‘alā nūrin yang mutlak perlu dimiliki oleh setiap orang Mukmin, agar hidupnya jangar gersang dan gelap gulita seperti di lautan pekat yang gelap gulita atau gersang seperti di padang pasir yang tandus dengan fatamorgananya. (QS. An-Nur: 35-42).

Hingga akhimya ia menderita dan dikumpulkan bersama-sama dengan orang-orang buta di akhirat sesuai dengan Firman Allah: VI. QS. Thaha: 124.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Waman a’radha ‘an dzikrī fainna lahū ma’iisyatan dhankā, wanahsyuruhu yaumal qiyāmati a ‘mā.

“Barang siapa yang tidak mau berzikir akan Aku, dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta”.

Sedikit keterangan tentang Waliyyam Mursyida:

Waliyyam Mursyida adalah seorang ulama/pewaris Nabi, tetapi yang diwarisinya bukanlah (tanya apa-apa yang diwarisi oleh para Ulama yang lazimnya, yang mewarisi dan Rasulullah dan menyampaikannya kepada Ummat, yaitu: Berita-berita tentang Agama Islam yang disampaikannya turun-menurun antara lisan ke lisan, tentang apa-apa hal ihwal Agama Islam yang berasal dari lisan dan perangai Rasulullah SAW, yang tertulis nyata dalam Al-Qur’anul Karim, dan dalam AlHadis, dan yang dapat dilihat/dibaca dan didengar dengan panca indra kita, tetapi Waliyyam Mursyida di samping mewarisi segala pelajaran Agama Islam mengenai zahirnya, juga dan terutama sekali Waliyyam Mursyida adalah Ulama pewaris Nabi, sebagai penerus/pembawa Wasilah yang tertanam dalam diri rohani Rasulullah SAW dan pembawa ilmu tasauf sebagai ilmu kebathinan dalam Islam. Para Ulama yang lazim kita kenal seperti Ulama, inilah yang banyak sekali kita temui di dunia ini, yang dimasyhurkan Rasul tersebut sudah lama berlindung dari alam dunia yang fana ini.

Kalau para Ulama-Ulama tamatan Sekolah Tinggi Islam itu, adalah ahli-ahli dalam berbagai-bagai ilmu zahir dari Agama Islam, maka Waliyyam Mursyida adalah pembawa isi dan rohani Rasulullah SAW sehingga mereka mengerti dan mampu menerangkan akan maksud-maksud dan tujuan-tujuan serta makna akan ayat-ayat tasauf dan Hadis tasauf dari Rasulullah SAW. QS. An-Nahl: 43.

فَسْلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Fas-alū ahladzdzikri inkuntum la ta’lamūn

Maka bertanyalah kepada ahladz dzikir jika kamu tidak mengerti

Jadi Jelasnya ahladz dzikir, adalah ahli dzikir, yaitu Waliyyam Mursyida yang benar-benar memahami masalah dzikrullah dengan pengetahuan yang luas, baik secara teoritis maupun praktis,benar-benar mengamalkannya, di samping mengamalkan ibadah ibadah lainnya yang wajib. Mereka itulah yang dimasyhurkan sebagai orang-orang “yang basah lidahnya menyebut nama Allah.” Merekalah yang benar-benar memahami rahasia pelaksanaan amalan dzikrullah, sehingga amalan mereka membuahkan pahala yang sebesar-besarnya. Jadi tugas inti dan Waliyyam Mursyida ialah sebagai:

Penerus pembawa Wasilah, yang tertanam dalam rohani Rasulullah oleh Allah SWT.

Sudah jelaslah, bahwa Waliyyam Mursyida tidak segera dapat dikenal oleh orang ramai karena ilmunya adalah ilmu kebathinan dalam Islam, yaitu tasauf dan sufi yang duduknya tersembunyi, dan jarang sekali dapat dikeluarkan dengan cara begitu saja di tempat orang ramai secara umum, tetapi harus pada tempatnya yang relevan, karena kita jangan lupa kesempurnaan Allslam meliputi pelajaran-pelajaran untuk keselamatan hidup insan lahir bathin, dunia akhirat.

Para Ulama golongan I (ahli zahir) adalah pembawa hukum-hukum zahir Islam dan pembawa ilmu cara-cara beribadat secara zahir dalam Islam dan lain-lain. Waliyyam Mursyida adalah disamping pembawa ilmu pada golongan I juga adalah terutama sekali sebagai penerus pembawa al Wasilata yang merupakan inti dan isi rohani Rasulullah. Ia merupakan sekaligus sebagai teknokrat dari Al-Qur’an dan Al-Hadis seperti tersebut di atas, umpamanya bagaimana cara mengunakan pelaksanaan teknis untuk menegakkan Shalat Khusyu’ dan bagaimana cara menghubungkan diri dengan Allah SWT dan bagaimana cara menyalurkan energi yang terpendam dalam Alqur’an.

Jadi Waliyyam Mursyida adalah golongan Ulama/pewaris Nabi sebagai teknokrat-teknorat dalam Al-Islam.

Sekarang mulai kita sadari bahwa fungsi dan kedudukan serta eksistensi Waliyyam Mursyida adalah sangat vital dalam menggalang ketahanan dan kesempurnaan Islam. Karena Al-Islam itu adalah sangat ilmiah dan tak ada yang melebihinya karena tinggi dan halusnya jhniahnya, maka lapangan ilmu Waliyyam Mursyida yang sangat vital itu harus pula mampu diuraikan secara ilmiah eksakta.

Karena lapangan ilmu Waliyyam Mursyida termasuk dalam ilmu pelaksanaan teknis dan segala macam ilmu dalam Al-Qur’an/Islam, maka sudah jelaslah, bahwa yang mampu menguraikan dan mengikuti secara ilmiah akan uraian-uraian itu, ialah para teknolog yang beriman dan taqwa dalam Islam.

Akhirulkalam kami serukan di sini, andaikata saudara-saudara kami masih belum mampu menerima semua uraian-uraian kami di atas, walaupun telah begitu riel, rasional, logis dan sangat ilmiah, maka kami sungguh-sungguh mengharapkan, agar kesatuan dan persatuan Islam di seluruh jagad ini, kita pelihara bersama sebaik-baiknya, apalagi kita pasti dapat bersatu dalam Syariat Islam yang zahir, karena supra-rasional yang benar, harus berdiri di atas rasional, metafisika yang benar, harus berdiri di atas fisika, dan thariqat Islam yang benar, hakikat Islam dan seterusnya, harus berdiri di atas Syariat Islam yang nyata.

Di akhir zaman ini, di abad atom, nuklir dan antariksa yang begitu hebat dewasa ini, sama sekali bukanlah lagi masanya untuk menghabiskan umur dan energi dalam “berkelahi” tentang khilafiah. Masih banyak lagi tantangan-tantangan hidup yang lebih berbahaya dan lebih penting yang harus kita hadapi bersama, umpamanya bahaya yang datangnya dan pihak komunis Internasional dalam dan luar negeri, dari pihak Zionisme, dari pihak-pihak negara-negara super power, dengan senjata dahsyat atom dan nuklirnya dan lain-lain dan lain-lain, yang semuanya ini meminta perhatian, energi dan pikiran sepenuhnya dari kita semuanya.

Oleh karena ini pulalah kami serukan kepada seluruh Ummat yang beragama, agar memupuk toleransi yang setinggi-tingginya serta bekerja sama serta berjuang bersama-sama untuk mewujudkan cita-cita pembangunan dan negara kita yang kita cintai bersama, Negara Republik Indonesia yang berazaskan Azas Tunggal Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sekian Resume ini. Terima kasih. Alhamdulillah rabbil ‘alamin.

Daftar Pustaka

  1. Abi Muhammad bin Tsa at-Tirmidzi.
    Al-Jami’ al-Kabir. Beirut: Dar al-Gharib al-Islami, 1996, Jilid I, Cetakan I.
  2. Abi Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi.
    Mizanul I’tidal fi Naqdir Rijal. Beirut: Darul Ma’rifah, tanpa tahun, Jilid II.
  3. Abi Muhammad bin Isma’il al-Bukhari.
    Shahih Bukhari. Damaskus: Dar Ibn Katsir, 2002.
  4. Imam Abi Daud.
    Sunan Abi Daud. Beirut: Dar ar-Risalah al-‘Alamiyah, 2009, Jilid VII, Cetakan I.
  5. Imam Abi Daud.
    Sunan Abi Daud. Beirut: Dar al-Risalah al-‘Alamiyah, 2009, Jilid V.
  6. Abi al-Qasim bin Ahmad ath-Thabarani.
    Al-Mu’jamul Kabir. Cairo: Maktabah Ibn Taimiyah, Jilid II.
  7. Muhammad al-Kurdi Amin.
    Tanwirul Qulub. Indonesia: Al-Haramain Jaya, 2009.
  8. Abü Muhammad bin Hārün ar-Rüyānī Bakr.
    Musnad Ar-Ruyani. Cairo: Muasasah Qurthubah, 1995, Jilid II.
  9. Najmuddin bin Muhammad al-Ghazi Muhammad.
    Itqan Mā Yuhsin Min al-Akhbar ad-Dairah ‘ala al-Sunna. Cairo: al-Faruq Al-Haditsah li ath-Thaba’at wan Nasyr, Jilid I.
  10. Imam Muslim.
    Shahih Muslim. Riyadh: Dar Taibat lin Nasyr wat Tauzi’, 2006, Jilid I, Cetakan I.
  11. Soewandi.
    Pandangan Mengenai Metafisika Barat dan Timur Serta Metafisika Tasauf Islam. Medan: LIMTI-Medan, 1985.
  12. Kadirun Yahya.
    Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam. Medan: FIKM UNPAB-Medan, 1984.
  13. Kadirun Yahya.
    Azas-Azas & Dalil-Dalil Thariqatullah. Medan: FIKM UNPAB-Medan, 1984.
  14. Kadirun Yahya.
    Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus. Medan: FIKM UNPAB-Medan, 1982.
  15. Kadirun Yahya.
    Sinopsis Sistem Mendarah Dagingkan Pancasila. Medan: FIKM UNPAB-Medan, 1979.
  16. Kadirun Yahya.
    Teknologi Modern dan Al-Qur’an (Mengiringi Seminar Islam pada IAIN Medan). Medan: FIKM UNPAB-Medan, 1983.
  17. Al-‘Alamah bin Ismā‘īl an-Nabhanī Yūsuf.
    Majmū’ al-Arba‘īna Arba’īn min Ahāditș Sayyidil Mursalīn. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1971.

Kesimpulan-Kesimpulan Symposium “Mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa”

Lampiran ini diambil dari buku:
Mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Hasil Symposium I.A.I.N Syarif Hidayatullah Ciputat Kebayoran Lama Jakarta

Symposium “Mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa” yang diselengarakan oleh I.A.I.N. Syarlf Hidayatullah Jakarta bersama-sama dengan Lembaga Penelitian Gerakan/Aliran Kerokhanian Departemen Agama (LEGA) pada tanggal 4 sampai dengan 8 Februari 1960 di Jakarta, setelah:

Memperhatikan:

1. Amanat Y.M. Menko Urusan Agama. Prof. K.H. Saifuddin Zuhri;

2. Ceramah Y.M. Menko Hubra, Prof. Dr. Ruslan Abdul Gani tentang “Falsafah Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila”;

3. Ceramah dari wakil Panitia Interdep Pakem Kejaksaan Agung tentang “Sejarah Perkembangan Aliran-aliran Kebatinan di Indonesia”.

Mendengar:

1. Prasaran Prof. Dr. Selo Sumardjan, berjudul “Kebatinan Mystik sebagai Gejala Sosial”;

2. Prasaran H. Abu Bakar Aceh, berjudul “Islam dan Mystik”;

3. Prasaran Prof. H, Mahmud Junus, berjudul “Tasawuf dan Pembangunan”;

4. Prasaran Y.M. K.H. Moh. Ilyas, berjudul “Bahaya Atheisme terhadap Keamanan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa”;

5. Pembahasan-pembahasan daripada Pembahas Utama dan;

6. Pembahasan Umum dari peserta;

Berkesimpulan

I. Kebatinan/Mystik Sebagai Gejala Sosial.

A. Sikap terhadap Ilmu Ghaib, Kebatinan dan Agama.

1. Mendekati terhadap aliran-aliran Kebatinan yang bersumber asas-asas Islam dan menolak praktek-praktek ilmu Ghaib (dalam pengertian magic/dukun-dukunan).

2. Menolak ajaran-ajaran Kebatinan yang bersifat merusak terhadap ‘aqidah dan ajaran Agama Islam.

3. Membantu aktif pemerintah untuk memberantas ilmu Klenik.

4. Menolak aktif Atheisme.

5. Pengamanan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dijalankan secara integral melalui bidang dan saluran hukum kenegaraan, sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan lain-lain.

6. Para penganjur dan Pembawa Obor Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mau tidak mau, sadar, tidak sadar, tidak akan luput dari pandangan umum bahwa ia merupakan contoh kehidupan baik dalam pekerjaannya maupun hidup privenya, yang akan diikuti oleh masyarakat sekitarnya.

B. Methode mempelajari Agama Islam

1. Menganggap perlu ditumbuhkannya metode untuk mempelajari Agama yang dapat diterima oleh ulama-ulama dan dunia ilmu pengetahuan.

2. Mengharap kepada I.A.I.N. sebagai Lembaga Pendidikan/ pengajaran Tinggi Islam untuk mengambil inisiatif dalam menumbuhkan metode tersebut.

II. Islam dan Mystik

1. Tasawuf adalah salah satu jalan pelaksanaan dari ajaran-ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw, dan merupakan Islam.

2. Tujuan Ilmu Tasawuf, ialah untuk mempertebal Iman dan Tauhid, serta Akhlak.

3. Dengan pengertian tasawuf seperti tersebut di atas, maka tasawuf itu dari suatu segi dapat dinamakan mystik.

4. Mystik yang salah menurut Islam ialah segala praktek keagamaan yang tidak berasal dari Syariat Islam, dan yang berkeyakinan tidak berdasarkan I’tiqad yang telah ditetapkan dalam pendirian-pendirian Ahli Sunnah wal Jama’ah.

5. Tariqat tidak lain dari metode melaksanakan tauhid dan ibadah untuk pendidikan rokhani, sebagai madrasah, suatu metode untuk memudahkan memahami pengajaran ilmu pengetahuan; berfaedah bagi Ilmu dan amal Islam selama tidak menyeleweng dan tidak disalah gunakan untuk pemerasan atau pelanggaran susila.

6. Di samping melaksanakan segala amal ibadat yang wajib dengan sebaik-baiknya. Islam juga menganjurkan memperbanyak amal sunat, seperti dzikir, shalawat, do’a wirid dan sebagainya, sehingga Syariat, tariqat, haqiqat, dan ma’rifat tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu sama lainnya. Oleh karena itu, melaksanakan tariqat harus dibarengi dengan Syari’at.

7. Apa yang dinamakan “Gerakan Kebatinan” di Indonesia, pada umumnya adalah ditimbulkan oleh kegelisahan jiwa, maka penyaluran dan pemberantasannya sesudah penyelidikan dan pengawasan, hendaklah disusul selekas mungkin dengan penerangan-penerangan dan penyuluhan-penyuluhan agama yang benar.

8. Bidang ilmu tasawuf harus mendapat perhatian penuh dari alim ulama, sarjana dan cendekiawan, terutama mahasiswa untuk mengadakan penyelidikan dan pengupasan yang luas, karena ajaran agama di Indonesia tak dapat terlepas dari kehidupan yang ascetik dan mystik (kezuhudan dan keshufian).

9. Dianjurkan kepada guru-guru yang mengajarkan tasawuf, agar menekankan pelajaran-pelajarannya terutama kepada perbaikan Achlak dan menebalkan keyakinan uuhid dalam rangka mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

III. Tasawuf dan Pembangunan

1. Tasawuf adalah ajaran yang mengandung tenaga tersimpan, yang hingga sekarang kurang banyak dipergunakan, padahal bila diterapkan secara baik ternyata akan sangat bermanfaat bagi berhasilnya nation and character building.

2. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat kita masih terdapat salah pengertian terhadap hakikat tasawuf itu, salah pengertian itu antara lain diakibatkan oleh gerakan-gerakan kebatinan yang menyalahgunakan tujuan tasawuf itu dan oleh Kitab-kitab yang berisi Klenik, yang dibolehkan masuk ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda.

3. Untuk memahami tasawuf yang sebenarnya diperlukan sumber-sumber dan literature, terutama karya-karya Imam Ghozali dan penjelasan-penjelasan yang mengenai tasawuf, sesuai dengan syariat yang sebenarnya menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah yang tidak menghambat pembangunan dan kemajuan duniawi.

4. Ekses-ekses yang timbul dalam mengamalkan ajaran tasawuf adalah disebabkan oleh salah pengertian, dan oleh karena itu tidaklah perlu dijadikan alasan untuk menolaknya.

5. Hidup suburnya aliran-aliran kebatinan-kebatinan dan ajaran-ajaran klenik di Indonesia adalah akibat pembawaan manusia yang senang pada tasawuf tetapi tidak mendapat saluran dan bimbingan yang semestinya, sehingga sering merupakan hambatan bagi lancarnya pembangunan. Oleh sebab itu maka tasawuf Islam adalah ajaran yang mampu dan tepat untuk membimbing ajaran-ajaran kebatinan dan klenik yang sesat ke arah yang benar untuk dikerahkan ke bidang pembangunan.

6. Semakin tersiar dan semakin diamalkan ajaran-ajaran tasawuf yang benar semakin kuat pulalah kepercayaan orang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

IV. Bahaya Atheisme Terhadap Keamanan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa:

1. Komunisme adalah berlawanan dengan agama, karena itu kedua-duanya sama sekali tak dapat dipertemukan.

2. Atheisme baik dalam kehidupan maupun dalam keilmuan, wajib diberantas.

3. Dalam masalah Iman, Umat Islam tidak mengenal kompromi.

4. Pemerintah wajib mengawasi aparaturnya dalam pelaksanaan kewajiban beragama.

5. Piagam Jakarta wajib diwujudkan dalam seluruh kehidupan keagamaan dalam negara Indonesia.

6. Pendidikan dan Pengajaran agama, terutama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, harus lebih digiatkan.

7. Lembaga Penerbitan yang ada pada I.A.I.N Al-Jami’ah perlu menerbitkan buku-buku tentang Marxis yang ditinjau dari sudut Agama Islam.

Jakarta, 8 Pebruari 1966

SYMPOSIUM “MENGAMANKAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Ketua Sidang Khusus dan Sidang Paripurna ke-III

ttd

(Prof. R. H. A Sunaryo, S.H)

Ketua Sidang Khusus dan Sidang Paripurna Ke IV

ttd

(Ustadz H. Husen Yahya)

Ketua Sidang Khusus dan Sidang Paripurna Ke V

ttd

(Saaduddin Jambek)

Ketua Sidang Khusus dan Sidang Paripurna Ke-VI

ttd

(Prof. H. M. Toha Yahya Omar M.A)

Ketua Umum Panitia Symposium

ttd

(Prof. Drs. Soenarjo)

Telah Terbit: Trilogi

Telah terbit 3 buku (Trilogi) karya Dr. H. Abi Ahmad Baqi Arifin, SH. MH. MBA. CPM. Cphm dengan judul “Cahaya Terang“, “Kematian Kedua” dan “Semesta Keabadian. Hubungi kami untuk pemesanan (Rp. 350.000/paket).